Senin, 21 Desember 2009

Mahasiswa-Kapolsek Rebutan Foto SBY

Gara-gara rebutan foto Presiden SBY dengan mahasiswa yang sedang unjuk rasa, Kapolsek Panakukang AKP Daryanto terjatuh dan berguling di jalan di depan Kampus Universitas 45 Makassar. Gambar SBY yang diperebutkan adalah foto resmi kenegaraan yang biasa dipajang di kantor pemerintahan dan instansi swasta.
Kapolsek tak luka. Namun beberapa bagian pakaian dinasnya kotor dan lecet. Mahasiswa, lawan rebutan kapolsek juga merasa tak bersalah, dan melanjutkan demonstrasi. Laiknya isu satu bulan terakhir, aksi jalanan mahasiswa perguruan tingi swasta ini menuntut presiden dan aparat hukum segera bersikap dan menuntaskan skandal Bank Century yang diduga melibatkan Wakil Presiden Boediono dan Menkeu Sri Mulyani ini.
Aksi unjuk rasa tersebut awalnya berawal damai, namun tiba-tiba menjadi ricuh saat demonstran yang mengatasnamakan dirinya Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi (Germak) akan membakar sejumlah foto.
Sejumlah polisi yang mengawal aksi ini, langsung bertindak saat demonstran mencoba membakar foto SBY dan Budiono. Kedua foto berhasil diselamatkan meski keduanya robek.
Dalam orasinya, para demonstran mengaku menyesalkan tindakan SBY yang tidak menon aktifkan Budiono dan Sri Mulyani. yang diduga dapat menghambat peroses pemeriksaan.
Selain berorasi, para demonstran juga menarik perhatian sejumlah pengguna jalan tersebut, dengan membakar sebuah ban bekas. Dan membakar bendeta Partai Demokrat.
Para demonstran akhirnya membubarkan aksinya setelah berorasi sekitar satu jam lamanya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Ketua Pilkades di Bulukumba Ditebas Parang

Kebebasan minta korban lagi. Soal keadilan dan rasa diabaikan, biasanya akan memancing seseorang semakin berani mengekspresikan rasa tidak puasnya. Soal risiko biasanya menjadi pertimbangan yang tidak terlalu penting seperti yang menimpa Ketua Pilkades Salemba, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba.
Tribun Timur, Selasa (22/12), memberitakan, Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Salemba, Kecamatan Ujung Loe, Bulukumba, Ibnu Umar (35) ditebas parang oleh Agung (30) sekitar pukul 07.00 wita, Senin (21/12) pagi, saat Ibnu yang juga guru di SDN Babana, Salemba, diparangi sesaat setelah tiba di sekolah tempatnya mengajar.
Ada yang menyebut, peristiwa tersebut merupakan buntut pemilihan kepala desa yang digelar 15 Oktober lalu. Pemilihan ini dimenangkan oleh Zainal Akbar. Dia mengalahkan delapan calon lainnya, yaitu Mattoreang, Abd Rahman, Suparman, Faisal, Akbar, A Roslan, Suliadi, dan A Makmur.
Agung adalah adik kandung Mattoreang. Sebelum peristiwa ini, Agung pernah memimpin demonstrasi memperotes hasil pemilihan yang dinilainya penuh kecurangan. Namun Pemkab Bulukumba tetap melantik Zainal.
Peristiwa ini terkait dengan Pilkades atau bukan tidak terlalu penting dipersoalkan. Yang menjadi tanda tanya adalah, mengapa banyak orang begitu mudahnya melakukan perbuatan yang sangat nekad seperti itu.
Jika benar korban ditebas parang gara-gara pilkades itu menjadi catatan tersendiri bagi pemerintah daerah setempat untuk melakukan perbaikan pelaksanaan pilkades di masa datang agar tidak ada lagi korban yang jatuh.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Pemilik Ruko Tewas Terbakar

Musibah bisa datang kapan saja dan menimpa siapa pun seperti musibah kebakaran yang terjadi di Kota Bulukumba, Minggu (20/12) dini hari. Dua rumah toko alias ruko terbakar yang menyebabkan pemiliknya tewas.
Sebagai kota yang terus tumbuh dan menjadi salah satu daerah yang menjadi titik pertumbuhan di selatan Makassar, Pemerintah Bulukumba seharusnya sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran di ruko-ruko sehingga akan lebih memudahkan penangannya jika terjadi musibah.
Membaca berita Tribun tentang musibah kebakaran tersebut sungguh membuat bulu kuduk saya merinding. Kebayang, betapa menderitanya sang pemilik rumah saat meregang nyawa. PAdahal, di sisi lain, petugas pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api yang mengamuk.
Mereka kewalahan dan terpaksa minta bantuan pemadam dari kabupaten tetangga yang jaraknya sekitar 30-an kilometer dari lokasi kejadian.
Kebakaran itu sudah terjadi dan telah mengambil korban harta dan nyawa. Tidak ada yang perlu disalahkan karena tak seorang pun berharap terjadi musibah.
Hanya saja, sebagai warga tak salah jika berharap kepada pengambil kebijakan di Bulukumba untuk memberi perhatian terhadap ketersediaan mobil pemadam atau mencari upaya lain untuk meminimalisir akibat jika terjadi musibah.
Tapi itu jangan hanya diucapkan sebagai janji saat kampanye Pilkada yang sudah menjelang tetapi dibuat dalam sebuah agenda yang benar-benar akan direalisasikan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Rabu, 16 Desember 2009

Hebohnya Ketua DPRD Bulukumba

Ketika Ketua DPRD Bulukumba Muttamar Mattotorang masuk Lembaga Pemasyarakatan Bulukumba karena kasus korupsi, mantan Ketua DPRD Bulukumba M Arif justru mulai bebas menghirup udara segara setelah menghuni "Hotel Prodeo" sekitar sembilan bulan lebih dengan kasus yang juga terkait dengan uang.
Inikah pertanda hukum sudah ditegakkan? Atau ini juga menjadi salah satu isyarat bagaimana sesungguhnya potret Ketua DPRD Bulukumba dan legislator setempat pada umumnya? Tidak mudah menjawabnya.
Tetapi fakta menunjukkan mereka sudah pernah menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan. Tempat yang secara khusus disiapkan untuk memasyarakatkan kembali mereka yang dianggap perlu dimasyarakatakan.
Sebagai warga biasa sedih juga membaca berita tentang mereka. Sedih karena mereka seharusnya menjadi panutan rakyat. Ini terkait dengan status sebagai anggota legislatif yang tentu saja dipilih oleh rakyat.
Fakta tak terbantahkan ini tentu saja akan menjadi catatan bagi rakyat dan akan menjadi jejak rekam yang bersangkutan. Masihkah layakkah mereka menyandang status sebagai wakil rakyat?
Hanya waktu yang akan menjawabnya. Pemilu masih cukup lama. Rakyat masih lupa karena lebih banyak dibebani bagaimana memenuhi kebutuhan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Minggu, 06 Desember 2009

Perwira Polisi Aniaya Warga Pannampu

PulsaSuper.Com
Sikap ringan tangan memang lebih banyak diperagakan oleh pemegang kekuasaan. Apalagi sang pemegang kekuasaan itu berhadapan dengan rakyat jelata. Rakyat yang hanya bisa menerima perlakuan tanpa mampu melakukan perlawanan secara fisik seperti yang dialami seorang warga Kelurahan Pannampu di Makassar.
Berita yang dilansir Tribun Timur, Senin (7/12), yang menyebut seorang perwira polisi menganiaya warga membuat saya tersentak. Seorang perwira polisi berpangkat AKP menganiaya seorang warga.
Akibat penyaniayaan tersebut, korban berusia 43 tahun bernama H Arise itu melaporkan perisitiwa yang dialaminya ke Propam Polda Sulselbar. Usai dianiaya kondisi H Asrie dikabarkan babak belur akibat dipukul dan ditendang berulang kali oleh Psang perwira.
Padahal penyebab penganiayaan itu kabarnya hanay dipicu soal parkir. H Asrie yang sehari-hari berdagang di Pasar Panampu memarkir mobilnya tidak jauh dari rumah sangat sang perwira polisi menyebabkan mobil sang polisi tidak bisa keluar rumah.
Korban mengaku, tiba-tiba didatangi oknum polisi itu dan langsung memukul dan menendang berulang kali.
"Saya kaget, Pak. Tiba-tiba dia datang dan marah serta langsung memukul dan menendang saya berulang kali. Saya seperti hewan saja," ujar korban seperti dilansir Tribun Timur.
Saya tidak habis pikir mengapa begitu mudahnya sebagian saudara kita berlaku kejam cenderung sadis terhadap sesama bangsa sendiri. Bukankah jauh lebih bijaksana jika sang perwira itu ngomong baik-baik dengan korban jika memang jalannya terganggu gara-gara mobil korban?
Tidak mudah memang mengendalikan diri saat sedang emosi. Tetapi sesungguhnya saat seperti itulah sejatinya seseorang bisa menunjukkan ketinggian derajat manusia yang disandangnya.
Saya hanya bisa berucap Subhanallah. Semoga Allah memberi petunjuk kepada hambaNYA yang terlanjur berbuat zalim dan memberi kesabaran kepada hamba-NYA yang teraniaya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Jumat, 04 Desember 2009

Bupati Bulukumba Tampar Bawahannya


krshare.com

Rasanya semua orang bisa menjadi penguasa. Minimal menjadi penguasa atas diri sendiri. Tetapi menjadi pemimpin? Ini yang tidak semua orang bisa. Bahkan, terhadap diri sendiri pun kadang seseorang gagal mejadi pemimpin.
Ketika terbetik kabar bahwa Bupati Bulukumba Andi Sukri menampar bawahannya di depan umum gara-gara sang bupati diadang sekelompok warga saat dalam perjalanan dinas menuju salan satu di desa di wilayah kekuasaannya.
Menurut berita yang termuat di media Makassar, rasa kesal sang bupati dilampiaskan dengan cara menempeleng Kepala Satpol PP yang dianggapnya tak bisa menjalankan tugas dengan baik sehingga warga mengadangnya dalam suatu perjalanan dinas.
Penjelasan sang bupati atas tindakan (menempeleng bawahannya) itu dianggap sebagai bagian dari pembinaan seorang atasan terhadap bawahannya yang dia nilai tidak menjalankan tugas dengan baik.
Sebagai orang yang terlahir di Bulukumba, sangat kecewa membaca penjelasan itu karena tindakan itu menurut bukan bentuk pembinaan tetapi sebuah contoh buruk yang dipertontonkan terhadap rakyat.
Apakah itu juga cerminan kepemimpinan sang bupati dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan yang diembannya? Saya sangat kecewa, tanah tumpah darah saya memiliki pemimpin seperti itu.
Sang bupati seharusnya tak perlu menjatuhkan sanksi di depan umum. Aapalagi melakukan pemukulan terhadap bawahan yang dianggap bersalah. Apalagi saat pengadangan konon sang kepala satpol tak ada dalam iring-iringan mobil sang bupati.
Alangkah bijaknya jika sang bupati yang masih keturunan darah biru itu jika dia mencoba mengintrospeksi diri. Mencari tahu mengapa sekelompok warga yang nota bene adalah rakyatnya sendiri nekad mengadang dia dalam perjalanan dinas hanya sekadar BERDIALOG dengannya sebagai pemimpin?
Jika dia seorang pemimpin yang baik maka sejatinya dia berterima kasih kepada bawahannya karena perisitiwa itu telah membuka sebuah tabir bahwa betapa rakyatnya ternyata sangat jauh dari bupatinya sendiri.
Tetapi tak perlu disesali. Semuanya sudah terjadi. Semoga ini tidak menjadi sinyal yang ingin ditunjukkan sang pemimpin dalam kaitan Pilkada Bupati yang sudah menjelang.(rusdy embas).
Selengkapnya...

Selasa, 27 Oktober 2009

Pedagang Longmarch Tagih Janji Wali Kota Makassar

Ratusan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Terong Makassar memblokir Jl Terong dan berorasi sekitar satu jam. Usia memblokir jalan mereka long march ke Balaikota menuntut janji Wali Kota Makassar. Pemicunya adalah hembusan isu bahwa lapak mereka akan ditertibkan petugas satpol. Jarak antara Pasar Terong dan Balaikota sekitar 2,1 kilometer.
Mereka ke Balaikota untuk mengingatkan kembali Wali Kota Makasar Ilham Arief Sirajuddin dan Supomo Guntur saat kampenye Pilkada Makassar beberapa waktu lalu yang berjanji tidak akan menggusur pedagang jika terpilih menjadi wali kota.
Sayangnya, niat mereka untuk bertemu wali kota tidak kesampaian. Mereka hanya diterima Kepala Bagian Operasional Satpol PP Imran Mansur dan Koordinator TPHD Suwandi.
Direktur PD Pasar Jamaluddin Yunus menegaskan tidak akan mengutip bayaran terhadap para penjual. Dia menyebut penertiban akan terus berlanjut karena diharapkan akses jalan yang menghubungkan Jl Bawakaraeng-Jl Terong lebih bersih dan rapi.
Dulu saat kampanye pemilihan wali kota, pengejar kekuasaan rajin menemui pedagang di pasar- pasar dengan seabrek janjinya. Kini setelah duduk di kursi empuk, jangankan ke pasar menemui pedagang. Didatangi pedagang ke kantornya pun jangan harapa akan mudah bertemu.
Yah begitulah nasib jadi rakyat biasa.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Senin, 26 Oktober 2009

Gaji Pejabat Negara Naik

PulsaSuper.Com
Kerja belum, gaji sudah dinaikkan. Itulah yang menjadi pembicaraan hangat publik belakangan ini. Ketika publik menyatakan penolakan kenaikan gaji pejabat negara, Ketua DPR justru menyatakan dukungannya terhadap rencana tersebut. Alasannya, untuk menyesuaikan inflasi dengan pertumbuhan ekonomi.
"Sudah lima tahun tidak ada penyesuaian, ya pantas saja naik. Yang penting ada asas kepatutan dan kepantasaan, tidak masalah kalau naik," kata Ketua DPR Marzuki Alie di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (26/10), seperti dilansir detik.com.
Pernyataan ketua DPR RI itu sebenarnya tidak perlu membuat kita kaget. Bukankah mereka juga bagian dari pejabat negera yang akan dinaikkan gajinya?
Sangat disayangkan memang karena anggota DPR yang sejatinya mewakili suara rakyat memilihnya seharusnya memperhatikan suara masyarakat kecil. Alangkah eloknya jika sebelum menyetujui kenaikan gaji mereka, terlebih dahulu membahas masalah yang dihadapi rakyat kecil yang seharusnya mereka urus.
Ini tahun pertama mereka sebagai legislator. Artinya kita masih harus bersabar lagi lima tahun ke depan melihat sepak terjang mereka dengan mengatasnamakan anggota dewan sebagai pemegang mandat rakyat.
Bagi rakyat yang merasa salah memilih wakil harap bersabar saja sambil mengurut dada karena betatapa pun jeleknya mereka adalah pilihan Anda.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Senin, 05 Oktober 2009

PLN Makin Menyebalkan

Pemadaman yang dilakukan oleh PLN di Kota Makassar benar-benar membuat jengkel. Pengumuman jadwal pemadaman bergilir yang dipasang di media tidak bisa dijadikan pegangan untuk mengatur aktivitas yang terkait dengan pasokan listrik karena tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebagai contoh, Minggu, 4 Oktober saya benar-benar jengkel. Jadwal pemadaman yang dimuat media untuk lokasi tempat tinggal saya akan terjadi pemadaman pukul 10.00-12.00. Tetapi kenyataannya listrik padam pukul 10:00 hingga 14:00.
Yang paling menyebalkan malam harinya ketika anak-anak sedang belajar PLN melakukan pemadaman lagi sekitar pukul 20:00. Siapa yang tidak kesal dengan prilaku seperti itu? Ingin rasanya memaki sepuas-puasnya.
Untuk membenarkan kesalahannya PLN lagi-lagi menjadikan alam sebagai penyebabnya. Kalau benar alam menjadi penyebab mengapa tidak diantisipasi sejak awal?
Kalau soal pemadaman PLN memang jagonya. Tetapi rasanya ada ketidakadilan dalam berinteraksi dengan PLN. Kalau terjadi pemadaman tidak akan pernah ada reward kepada pelanggan atas kerelaan mereka menderita karena harus menyiapkan penerangan cadangan atau harus menunda aktivitas karena tidak adanya pasokan listrik.
Tetapi kalo berani menunggak pembayaran maka yakinlah hanya dalam hitungan hari PLN akan datang dengan ancaman mautnya memutus aliran listrik ke tempat Anda. Menyebalkan kan?(rusdy embas)
Selengkapnya...

Rabu, 30 September 2009

Gempa Lagi, Teguran atau Hukumankah ini?

Ibu Pertiwi menangis lagi. Sejumlah penduduk negeri ini meregang nyawa akibat gempa di Pulau Sumatra sana. Semoga ini bukan pertanda yang kurang baik di penghujung tahun menjelang memasuki tahun 2010. Saat saudara kita yang terkena gempa berderai air mata merenungi nasib, di ibu kota negara ini justru digelar hajatan besar dengan biaya miliaran rupiah. Pelantikan anggota DPR RI hasil pilihan rakyat. Termasuk mereka yang ditimpa bencana gempa bumi.
Dua peristiwa ini memang tidak memiliki keterkaitan secara langsung. Derita 200-an warga yang tertimpa gempa di Sumatera Barat tentulah tidak sama dengan perasaan yang dialami ratusan anggota DPR RI yang dilantik hari ini di gedung yang menggunakan nama rakyat.
Hanya saja, biaya yang dikeluarkan untuk melantik anggota dewan selayaknya bisa menjadi pembanding untuk menghitung biaya yang diperlukan oleh rakyat yang sedang ditimpa kesusahan di Sumbar sana.
Tetapi sebagai rakyat kebanyakan, pelantikan anggota DPR RI yang akan digelar hari ini tetap saja mengusik nurani. Betapa tidak, berdasarkan berita di media, biaya yang dibutuhkan untuk melantik mereka yang selalu mengatasnamakan rakyat itu tidak sedikit. Konon negara harus mengeluarkan biaya untuk kepentingan pelantikan itu sekitar Rp 50 miliar.
Pertanyaannya adalah, berapa dana yang disiapkan untuk membantu saudara kita yang sedang menderita itu? Kalau pelantikan anggota dewan saja yang akan bekerja di ruang full AC negara tidak segan-segan mengeluarkan uang rakyat dalam jumlah fantastis bagi rakyat miskin itu. Bagaimana dengan rakyat yang sementara menderita kelaparan di atas lantai beralaskan bumi beratapkan langit itu?
Ya Allah cobaan apalagi yang ENGKAU berikan kepada penduduk negeri ini. Saat ratusan saudara kami menderita akibat amukan alam di Sumatera Barat sana, pesta justru digelar di Jakarta, ibu kota negara ini menggunakan uang rakyat.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Jumat, 18 September 2009

Isu Teroris Dominasi Berita Media

Isu pemeriksaan dua pimpinan KPK oleh kepolisan langsung melorot seiring berita tertembaknya Noordin M Top oleh Densus 88 di Solo. Angkat topi buat jajaran kepolisian atas prestasi ini. Tapi jangan lengah karena masih pekerjaan menunggu.
Musuh utama anak negeri ini adalah ketidakadilan yang dipertontonkan secara vulgar oleh mereka yang seharusnya menjadi benteng utama penegak keadilan. Sudah jamak kita saksikan anak-anak kurang beruntung berdiri di tepi jalan menengadahkan tangan kepada pemilik mobil mewah yang berhenti di perempatan jalan.
Tidak berlebihan jika media memberi apresiasi lebih besar terhadap prestasi jajaran kepolisian dalam mengendus persembunyian sang gembong teroris. Bahkan sang buronan yang telah sembilan tahun diburu itu kini telah tiada.
Tetapi media juga jangan terlena dengan berita soal teroris itu saja. Banyak elemen masyarakat menunggu perkembangan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK oleh pihak kepolisian.
Sangat disayangkan jika berita seputar penetapan tersangka dua pimpinan KPK itu tenggelam begitu saja. Karena harapan masyarakat terhadap institusi terlanjur besar dalam memburu koruptor yang sesungguhnya adalah The Real Terrorist.
Kami harus tetap bersabar menunggu perkembangan berita seputar isu pemberantasan korupsi.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Rabu, 16 September 2009

Penggerebekan Teroris Semoga Tidak Tenggelamkan Kasus KPK

Dalam bulan Ramadan ini seharusnya kita lebih banyak berprasangka baik agar setiap tindak tanduk kita tetap bernilai ibadah Ramadan. Hanya saja kadang banyak hal yang membuat kita lupa dan cenderung tergiring ke arah yang kurang baik.
Penggerebekan tersangka teroris oleh aparat di Solo misalnya. Aksi petugas dalam mengamankan negeri patut diberi respon positif karena negeri ini aman maka rakyat akan tenang melakukan aktivitasnya.
Tetapi seperti biasa, media massa lebih banyak memberitakan isu yang lebih hangat dan menyentuh langsung aspek humanisnya. Dalam penggerebekan hampir selalu membawa korban jiwa. Dan itu pun terjadi di Solo.
Pilihan media massa untuk memberi ruang yang lebih luas untuk isu yang lebih baru tentu tak bisa disalahkan karena nilai jualnya memang sangat besar. Apalagi rasa ingin publik terhadap perkembangan yang terjadi juga sangat besar.
Tetapi tak salah rasanya jika kita berharap isu yang tak kalah besarnya tidak diabaikan begitu saja. Artinya, selain isu teroris, isu lain yang tak kalah berbahayanya buat rakyat juga tetap mendapat tempat.
Salah satu contohnya adalah pemeriksaan dua pimpinan KPK. Saat ini perhatian publik tertuju pada penyelesaian kasus yang banyak orang menyebutnya sebagai kriminalisasi KPK. Banyak yang menunggu ending dari penetapan status tersangka bagi dua petinggi KPK tersebut.
Bagi banyak orang teroris dan koruptor sama berbahayanya. Karena sama-sama akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan negeri ini. Teroris dan koruptor rasanya sama saja. Mereka selalu mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompok.
Sebagai rakyat kebanyakan kita hanya bisa berharap polisi bisa menyelesaikan semuanya secara baik dan tidak menyisakan kecurigaan yang selama ini banyak melingkari jajaran pengayom masyarakat ini.
Koruptor sesungguhnya adalah The Real Terorist dan KPK tetap dibutuhkan untuk mengurusi mereka. Apalagi KPK terbukti sudah menyeret banyak perusak bangsa ini ke bui.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Kamis, 27 Agustus 2009

Bupati Sidrap Sumbangkan Gajinya untuk Fakir Miskin

Janji kampanye Bupati Sidrap, Rusdi Masse, untuk tidak mengambil gajinya sebagai bupati dan akan diberikan kepada rakyat miskin akan ditunaikan di bulan suci Ramadan ini. Janji tersebut diungkapkan kembali Rusdi saat tarawih di Islamic Centre Pangkajene, Sidrap.
Tribun Timur, Jumat (28/8), memberitakan, gaji Bupati yang yang pengusaha ekspedisi laut itu telah terkumpul sebanyak Rp 67 juta. Uang tersebut akan disumbangkan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin pada bulan Ramadan ini.
Selain akumulasi gajinya selama beberapa bulan, secara pribadi, Rusdi juga telah menyiapkan Rp 30 juta yang selama bulan puasa akan disumbangkan sebesar Rp 1 juta setiap hari ke pengelola dan pengurus masjid.
Jika semua pemimpin di negeri ini mau menyisihkan sebagian gajinya (tidak usah seluruhnya) maka akan sangat terasa manfaatnya bagi rakyat kebanyakan. Tetapi berapa banyak pemimpin yang bisa berperilaku seperti itu? Hanya para pemimpinlah yang bisa menjawabnya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Polisi Meninggal Saat Mengamankan Tarawih

Seorang polisi lalu lintas di Makassar tiba-tiba roboh di pos polisi saat bertugas mengamankan pelaksanaan salat tarawih di Masjid raya Makassar. Polisi berusia 43 tahun itu langsung dibawa ke RS Akademis untuk selanjutnay dibawa ke RS Bhayangkara. Namun Allah berkehendak lain, polisi bernama Mansur itu menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit tersebut.
Hingga saat ini, polisi belum menemukan penyebab kematian almarhum. Tetapi Kapolresta Makassar Barat AKBP Totok Triwibowo seperti dilansir Tribun Timur, Jumat (28/8), mengakui jika almarhum sebelumnya mengidap penyakit dalam.
Jenazah almarhum akan dibawa ke Sengkang, Kabupaten Wajo untuk dikebumikan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Rabu, 26 Agustus 2009

Jelang Akhiri Tugas Legislator Sulsel Studi Banding Lagi


krshare.com
Entah keinginan apa yang ada di benak para legisltaor ini. Tiga pekan jelang masa tugasnya berakhir sebagai anggota dewan mereka justru merencanakan lagi studi banding. Mungkin studi banding ini lebih tepat disebut sebagai jalan-jalan perpisahan menggunakan uang rakyat.
Hebatnya lagi, seolah tanpa beban panitia legislasi telah merekomendasikan membentuk pansus untuk menyiapkan sasaran studi para anggota dewan yang katanya terhormat itu.
Pansus direkomendasikan mempelajari daerah yang sudah menerapkan penggabungan dinas pendapatan, biro keuangan, dan biro perlengkapan.
Rekomendasi itu mengisyaratkan akan adanya kunjungan studi banding ke empat provinsi di Indonesia yang telah menerapkan kebijakan yang berasal dari PP 41. Walau akan melakukan studi banding, namun panleg tidak menjamin hasil kunjungan tersebut akan selesai sebelum masa jabatan mereka berakhir.
Ketua Panleg DPRD Sulsel Ramli Haba, seperti dilansir Tribun, Kamis (27/8), mengatakan, empat provinsi yang kemungkinan akan didatangi adalah Sumatera Barat, Kalimantan Timur (Kaltim), Banten, dan Jawa Barat.
"Kaltim dan Sumatera Barat adalah dua provinsi yang telah menerapkan PP 41, namun tidak menggabungkan ketiga lembaga tersebut. Sementara Banten dan Jawa Barat, juga telah menerapkan PP 41," jelas Ramli.
Rekomendasi pembentukan pansus, setelah sebelumnya berlangsung rapat panitia legislasi membahas perubahan Perda No 8 mengenai penjabaran PP 41. Dalam rapat itu, masing-masing pihak, baik eksekutif maupun legislatif, tidak menemui keputusan yang memuaskan sehingga panleg memutuskan merekomendasikan pembentukan panitia khusus.
Ide studi banding itu mengemuka sehari setelah legislator menerima Laporan Pertanggungjawaban (LPj) Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Wakilnya Agus Arifin Nu'mang dalam Rapat Paripurna DPRD Sulsel, Selasa (25/8).
Sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengaku kecewa atas sikap anggota DPRD Sulsel yang secara berjamaah menerima LPj Syahrul-Agus karena diduga mengandung kejanggalan dan mendapat protes legislator yang dimotori politisi PDK dan PKS.
Tiga fraksi yang selama ini dikenal rajin mengoreksi laporan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Sulsel, Golkar, PDK, dan PKS, dalam pandangan akhirnya yang dibacakan oleh masing-masing juru bicaranya, menyatakan menerima LKPj tersebut.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Penerima Elpiji Gratis Dikenai Biaya

Program gratis yang digulirkan pemerintah untuk rakyat kadang tidak bisa jalan seperti harapan. Penyaluran elpiji 3 kilogram beserta satu unit kompor gas untuk mengkonversi pemakaian minyak tanah misalnya. Penerima bantuan ini justru dikenai biaya seperti terjadi di Kota Parepare, sekitar 150 kilometer dari Makassar.
Tribun Timur, Kamis (27/8) memberitakan, di beberapa tempat di Kota Parepare, warga penerima elpiji gratis 3 kg plus kompor itu dipungut biaya Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu. Tabung dan kompor tersebut didistribusikan melalui RT/RW masing-masing.
Informasi ini dibenarkan Kabag Humas Pemkot Parepare, Iwan Asaad, yang menyebut banyak laporan yang masuk ke pihaknya terkait pungutan tersebut. Ini bertentangan dengan penegasan pemerintah yang sedari awal menjelaskan pembagian kompor gas plus elpiji 3 kilogram itu tidak dikenakan biaya alias gratis.
Tetapi Ketua RT III-RW II Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Bacukiki Barat, Sugeng, punya alasan sendiri perihal kutipan biaya tersebut. Dia mengaku menarik pungutan sebesar Rp 5.000 kepada 23 warga penerima di lingkungannya sebagai pengganti biaya transportasi penyaluran tabung dan kompor ke rumah warga.
"Itu untuk biaya transportasi dan distribusi langsung ke rumah warga. Karena tiga kali barang itu berpindah, dari kantor kelurahan, ke RT-RW, dan langsung diantar ke rumah penerima," katanya.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak semua pengurus RT-RW yang memungut biaya sama sekali kepada warganya. Seperti di RW II Kelurahan Labukkang. Sebanyak 150 KK telah menerima kompor gas dan elpiji 3 kilogram tanpa dikenai pungutan.
Kalo sudah begini siapa lagi yang harus disalahkan??? Hanya pemerintah lah yang bisa menjawab dan mengaturnya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Eks Galian Kabel di Makassar Rusak Jalanan

Kebiasaan buruk pekerja proyek di Makassar ini sudah bukan rahasia lagi. Liat saja, di sejumlah jalan. Setiap selesai galian untuk pemasangan kabel atau pipa bawah tanah maka yang dikorbankan adalah jalanan yang ujung-ujungnya adalah pengguna jalan.
Liat saja hasil pengerjaan penimbunan dan perbaikan jalan bekas penggalian kabel listrik di sepanjang Jl Kumala hingga Jl Veteran Selatan, Makassar. Begitu pula di Jl Abdul Kadir dan Jl Dg Tata, hingga Selasa (25/8) masih tampak buruk.
Kontraktor proyek tersebut memang sudah mengaspal bekas pengerjaan sepanjang sekitar tiga kilometer. Namun bekas galian kabel bawah tanah PT PLN yang dikerjakan sejak Mei lalu belum tertutup sempurna.
Bahkan masih terlihat meninggalkan lubang di sepanjang di kedua jalan tersebut, sehingga rawan menyebabkan kecelakaan, mulai ujung Jl Kumala sampai dekat Masjid Mamajang Jl Veteran Selatan.
Padahal, kondisi tersebut juga pernah dikeluhkan Wakil Wali Kota Makassar Supomo Guntur. Sampai-sampai, Supomo mengaku telah menegur kontraktor PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengerjakan penggalian untuk kabel bawah tanah.
"Kualitas perbaikan jalan untuk penimbunan pekerjaan galian kabel PLN jelek. Kami (pemkot) sangat keberatan dan mengimbau pemborong kembalikan kualitas jalan seperti semula tidak asal tutup saja," kata Supomo di Balai Kota Makassar, akhir Juli lalu.(axa)
Pengerjaan penggalian tersebut juga beberapa kali menyebabkan pecahnya pipa milik PDAM.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Selasa, 25 Agustus 2009

Astagfirullah, Gadis 7 Tahun Dicabuli


krshare.com
Gara-gara iseng mencium anak gadis usia tujuh tahun, seorang warga Jl Tamalate Kecamatan Rappocini Makassar, dilapor ke Polresta Makassa Timur. Pria berusia 34 tahun tersebut melakukan pencabulan di kantor kelurahan. Padahal, bulan Ramadan ini seharusnya menjadi ajang untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.
Peristiwa ini terungkap saat korban pulang ke rumahnya sambil menangis sekitar pukul 18.00 wita. Melihat ketidak biasaan itu, NA dicecer pertanyaan oleh keluarganya.
Dari mulut NA, mengalir sebuah cerita kalau ia, baru saja diciumi dan digerayangi tersangka di kamar mandi Kantor Kelurahan Kassi-kassi.
Korban menceritakan peristiwa itu terjadi saat NA bersama empat rekannya sedang bermain di sebuah lapangan yang tak jauh dari kantor kelurahan tersebut .
Usai bermain, kelima gadis kecil tersebut bermaksud pulang, hanya saja NA dipanggil tersangka yang juga penjaga kantor tersebut, dengan alasan ingin diberi hadiah.
NA yang masih terbilang polos ini, tanpa ragupun mendatangi ajakan tersebut, NA kemudian dibawa ke kamar mandi, dan saat itulah "dikerjai". Sementara empat pulang.
Selain itu, usai melaksanakan keinginannya, mengatakan agar korban keesokan harinya datang lagi, namun dengan satu syarat kejadian itu tidak disampaikan kepada siapapun.
Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Makassar Timur, Unit A Ipda Iman Teguh yang konfirmasi seperti dimuat Tribun Timur, Rabu (26/8), mengatakan bahwa laporan kerabat korban sudah diterima dan sudah diserahkan di ke Unit Reskrim.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Senin, 24 Agustus 2009

Ratusan PNS Pemkot Makassar Telat Ngantor



Inilah perilaku sebagian besar pegawai negeri di negeri ini. Hari pertama kerja bulan Ramadan tahun ini, ratusan PNS di lingkup Pemerintah Kota Makassar disebutkan telat ngantor. Palayanan macam apa yang diharapkan dari mereka?
Dari sekitar 800 pegawai di lingkup sekretariat pemkot, hanya sekitar 638 PNS yang terdata melakukan absensi pagi dengan menggunakan scan sidik jari.
Mereka yang tidak hadir kerja di awal puasa ini disebutkan sudah mengantongi izin. "Yang tidak hadir dilaporkan ada izin. Sakit, tugas belajar, cuti, maupun umrah," kata Petugas Scan Kantor Arsip dan Perpustakaan Pemkot Makassar Arsyad di balai kota, kemarin.
Sekretaris Kota (Sekkot) Makassar Anis Zakaria Kama mengaku berdasarkan pemantauan tingkat kehadiran pegawai di hari pertama bulan Ramadan masih baik. "Untuk pimpinan SKPD maupun kepala bagian tadi pagi (kemarin) langsung mengikuti paripurna di DPRD," kata Pelaksana Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Makassar ini.
Anis mengimbau seluruh pegawai untuk memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat. Bukan menjadikan bulan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan.
Kepala Bidang Penegakan Kinerja dan Kesejahteraan Aparatur Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Apriady yang ditemui terpisah mengaku di hari pertama kemarin masih banyak pegawai yang telat ngantor.
"Sudah toleransi sekitar setengah jam. Tetapi memang awal Ramadan ada penyesuaian fisik," jelas pria yang disebut-sebut akan bersaing dalam Pilkada Selayar ini.
Namun, ia memastikan seperti tahun-tahun sebelumnya produktivitas pegawai bisa lebih meningkat di bulan puasa karena mereka terfokus melakukan pekerjaan. Berdasarkan pantauan Tribun, kemarin siang sampai petang, kondisi balai kota tampak lengang.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Polisi Ringkus Jaringan Penipu SPG

Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Barat menangkap Gerrard Gustaf, warga Jl Tanjung Bira, Kecamatan Mariso, Makassar, Senin (24/8). Pria berusia 33 tahun ini dicurigai sebagai jaringan pemasok wanita jelita, sales promotion girl (SPG) yang akan dipasok ke perusahaan dan jasa pengguna. Gerrad diduga menipu sejumlah perempuan jelita asal Sulsel dan sekitarnya.
Polisi masih terus melakukan penyidikdan dan pengembangan terhadap kasus yang terjadi satu bulan lalu. Selain tersangka, polisi juga menahan sejumlah barang bukti, yaitu empat buah posel, satu diantaranya adalah BlackBerry.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Barat Ajun Komisiaris Polisi Agung Kanigoro seperti dilansir Tribun Timut, Selasa (25/8). Menurut Agung, modus yang digunakan tersangka cukup unik, pasalnya ia mendatangi sejumlah warung kopi kemudian mendekati calon korban dan menjanjikan sebuah pekerjaan.
Beberapa korban yang memang tidak memiliki pekerjaan, langsung tertarik, kemudian memberikan nomor ponselnya, hal tersebut terus dilakukan oleh tersangka hingga jumlah korban berjumlah puluhan orang.
Setelah terkumpul tersangka kemudian menghubungi para korban, dan memberikan tiga lembar kertas yang berisi sejumlah pertanyaan.
Hanya saja sebelum menjawab, para korban terlebih dahulu disuruh mengumpulkan ponsel mereka dengan alasan, agar mereka konsentrasi mengerjakan soal tersebut.
Waktu inilah yang digunakan tersangka untuk melarikan diri, saat para korban sedang asyik mengerjakan soal yang disodorkan.
Tersangka yang sudah menjadi target operasi, tidak bisa lagi melarikan diri saat aparat kepolisian menjemputnya ditempat persembunyian tersangka di Jl Tidung Lama, Kecamatan Panakukang, Senin (24/8) dini hari.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Sentuh Mobil, Anak 6 Tahun Ditampar

Bulan Ramadan harusnya membuat seseorang lebih mudah mengontrol emosinya. Apalagi terhadap anak kecil. Tetapi lain halnya dengan yang dialami bocah enam tahun. Gara-gara menyentuh mobil tetangganya yang diparkir di depan rumah dia kena bogem mentah. Nauzubillah ....
Seorang pria berusia 35 tahun, warga Jl Adipura Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Makassar, tak kuasa menahan emosi saat mobilnya yang diparkir di depan rumahnya disentuh oleh bocah berusia enam tahun bernama Akhsan.
Mengetahui anaknya diperlakukan tidak layak, ibu kandung Aksan, Sri Kurnia, keberatan dan melaporkan perlakuan pria berkumis tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Markas Kepolisian Resort Kota (Mapolresta) Makassar Timur di Jl AP Pattarani, Makassar.
"Saya kasihan Pak, setelah ditempeleng Pak Kumis, Akhsan sakit," katanya di hadapan aparat SPK Mapolresta Makassar Timur, seperti dilansir Tribun, Senin (24/8).
Dalam laporannya, Sri yang juga bertetangga dengan tersangka, tidak menerima perbuatan tersangka, yang telah semena-mena menganiaya anaknya. "Masak mobilnya hanya disentuh pak, tapi anak saya ditempeleng. Kami juga sudah pertimbangkan ekses masalah ini," katanya.
Sri menambahkan, peristiwa tersebut terjadi Rabu (19/8), namun memilih melaporkan hal tersebut ke polisi karena mengaku sudah mempertimbangkanya dengan baik..(rusdy embas)
Selengkapnya...

Kamis, 20 Agustus 2009

Polisi “Cabul” Mulai Diadili


krshare.com
"Mau diabadikan dulu foto-fotomu." Begitu kata Ketua Majelis Hakim Andi Cakra, sebelum membuka sidang kasus Video Bugil Mahasiswi STIEM Bungaya, di Pengadilan Negeri (PN) Makassar. Ini baru proses. Yang sangat ditunggu-tunggu publik adalah akhir dari persidangan ini.
Ucapan itu langsung direspon wartawan yang bertugas di Pengadilan Negeri Makassar. Empat dari lima personel Patmor Polwiltabes Makassar, yang duduk sebagai terdakwa kasus pencabulan mahasiswi ini hanya terdiam. Mimik muka mereka datar.
Sidang perdana kasus ini dihadiri ratusan orang. Ruang sidang disesaki pengujung. Ada puluhan jurnalis yang meliput kasus yang terjadi Mei 2008 ini. Majelis hakim membuka untuk umum ini kasus ini. Andi Cakra, didampingi Sutoto Adi Saputra dan Jan Manopo.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Hariani A Gani membacakan berkas tuntutan. Berkas dibagi tiga bundel tuntutan. Sidang perdana ini mengagendakan pembacaan dakwaan lima terdakwa. (lihat Dakwaan Para Polisi Cabul). Kelimanya didampingi tiga penasihat hukum, Dadang, Djamil Misbach, dan Ali Jaya.
Saat mendengarkan dakwaan, dari rudang sidang terdengar komentar pengunjung. "Bbetul, betul kurang ajar," bisik seorang, saat mendengarkan kronologis kejadian. Reaksi mereka seragam, mengecam dengan menggeleng-gelengkan kepala, atau suara lirih "uhhh!"
Atas kasus pelecehan tersebut, kelima terdakwa dikenakan pasal berlapis dengan hukuman maksimal sembilan tahun penjara.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Rabu, 19 Agustus 2009

Subhanallah... Bapak Hamili Anak Kandung

Entah hukuman yang layak diberikan kepada orang tua yang tega menodai darah dagingnya sendiri. Peristiwa nan tragis ini dialami seorang siswi kelas dua SMP di Kabupaten Tana Toraja. Sang ayah yang seharusnya menjaga anaknya justru berbalik menjadi iblis perusak masa depan anak kandungnya sendiri.
Akibat perbuatan ayahnya sendiri yang telah berusia 50 tahun, anak yang baru berusia 14 tahun ini harus menanggung malu. Dia mengandung akibat hubungan luar nikah dengan ayahnya sendiri.
Akibat perbuatan tak senonoh terhadap anaknya sendiri, sang ayah berinisial LR kini mendekam di sel tahanan Mapolres Tana Toraja. Kasusnya sementara ditangani tangani Polres Tana Toraja.
Kepada penyidik seperti dilansir Tribun Timur (Kamis, 20/8), LR mengaku pertama kali memperkosa anak semata wayangnya, pertengahan Februari 2009. Saat itu, dia hanya berdua dengan sang anak karena istrinya masih di kebun.
LR mengawali aksi bejatnya dengan merayu si anak dan berjanji akan memperlakukannya melebihi perlakuan terhadap ibunya. Dengan sedikit paksaan, sekitar pukul 13.00 wita, LR berhasil menodai anaknya.
Perbuatan itu ternyata membuat LR ketagihan dan mengulangi perbuatan bejatnya itu berkali-kali. Tidak hanya di rumah, LR kadang menggauli anaknya di kebun. LR mengaku terakhir menggauli anaknya awal Agustus 2009 lalu.
Saat itu, LR hanya berdua dengan anaknya di rumah karena sang istri ke Sorowako, Luwu Timur menghadiri resepsi pernikahan salah satu keluarganya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Selasa, 18 Agustus 2009

Empat Tewas di Pantai Barombong

Pantai Barombong, sekitar 10 kilometer dari Pantai Losari Makassar makan korban lagi. Empat pengunjung masing-masing Solihin Sagita (17), M Sadiqin Amir alias Dewa (13), Akbar (17) dan Rifki (13), terbawa arus dan tenggelam saat sedang bermain air di pantai tersebut, Senin (17/8), sekitar pukul 17.00 wita.
Akbar ditemukan sekitar pukul 18.00 wita. Sedangkan Dewa sekitar pukul 19.30 wita. Keduanya sudah tewas saat ditemukan tim SAR Maritim yang melakukan pencarian. Lokasi penemuan kedua korban tidak jauh dari lokasi mereka tenggelam.
Sedangkan Solihin dan Rifki, hingga pukul 23.30 wita, tadi malam, belum berhasil ditemukan baru ditemukan hari ini. Solihin adalah siswa SMK Pelayaran Barombong tingkat IV. Puluhan rekan Solihin di SMK Pelayaran Barombong ikut melakukan pencarian bersama-sama tim SAR.
Keterangan dari sejumlah saksi mata, keempat remaja ini tenggelam setelah berusaha saling menolong saat seseorang dari mereka tenggelam dan meminta pertolongan. Namun, belum diperoleh informasi siapa yang lebih dulu tenggelam. Kapolsek Tamalate, AKP Suaib, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (18/8), mengatakan, pihaknya belum bisa memberi keterangan mengenai kronologis kejadian karena masih memintai keterangan sejumlah saksi.
Solihin dan Dewa adalah kakak beradik yang tinggal di Jalan Daeng Tata I, Kompleks Perumahan Tabaria Blok A24 Nomor 1. Solihin dan Dewa bertetangga dengan Akbar. Rumah mereka hanya dipisahkan tiga rumah. Sedangkan Rifki tinggal di blok lain namun di perumahan yang sama.
Keterangan dari adik Solihin, Sinta (15), mereka sekeluarga ke Barombong untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-15.
Rombongan berjumlah tiga mobil. Ayah dan ibu Sinta, Andi- Amiruddin-Farida, serta sejumlah keluarganya ikut serta ke Barombong. Selain keluarga, ada empat teman Solihin dan Dewa yang diajak ke Barombong. Yakni Akbar, Rifki, Wawan, dan Arfes.
Menurut Sinta, sebelum tenggelam, Solihin, Dewa, Akbar, Rifki, Wawan dan Arfes bermain-main air di tepi pantai. Namun, Sinta mengaku tidak melihat langsung saat kakak dan adiknya itu tenggelam karena dia dan keluarganya yang lain berada di rumah peristirahatan yang mereka sewa. Rumah ini, berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
"Saya tidak tahu persis kejadiannya. Yang saya tahu cuma mereka berenam mandi-mandi. Yang tahu itu Arfes dan Wawan," ujar Sinta.
Jenazah Akbar dipulangkan ke rumahnya sekitar 20.30 wita. Sedangkan mayat Dewa, hingga pukul 23.30 wita tadi malam, masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk divisum. Rencananya, jenazah Akbar akan dimakamkan di kampung orang tuanya, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Jeneponto, Selasa (18/8). Sedangkan jenazah Dewa dimakamkan di Makassar.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Sabtu, 15 Agustus 2009

Guru di Makassar Pukul Siswa Hingga Terkapar


krshare.com
Ini salah satu perbuatan oknum guru yang tidak patut dicontoh. Bahkan wajib dijauhi agar pelesetan pepatah Guru Kencing Berdiri Murid Kencingi Guru tidak berlaku. Orang tua murid melaporkan guru olahraga SMA Negeri 12, Antang Makassar, ke Polresta Makassar Timur karena memukul siswanya.
Tribun Timur, Sabtu (15/8), memberitakan, guru tersebut memukul siswanya bernama Rahmat Saputra yang menyebabkan berambut cepak dan bertubuh tambun ini menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Mappoauddang Makassar.
Ibu korban, Hj Singgara (45), saat melapor ke Polresta Makassar Timur menyayangkan kelakuan oknum guru tersebut. "Saya juga guru, tapi kalau memberi hukuman, ya jangan sampai melukai anak didik," ujar wanita yang juga Kepala SD Negeri Borong Antang, Makassar tersebut.
Singara menceritakan, dia dikejutkan dengan sebuah pesan singkat di ponselnya yang mengabarkan bahwa anaknya sedang terkapar di sekolahnya.
Kontan Singgara kemudian menghubungi suaminya Briptu Rahman yang bertugas di Polresta Makassar Timur. Keduanya pun langsung meluncur ke sekolah anak pertamanya itu.
"Ternyata benar anak saya sudah terkapar dengan wajah pucat. Tak ingin ambil risiko, kami membawanya ke RS Bhayangkara ,"jelas Singara didampingi suaminya.
Informasi yang dihimpun dari lapangan mengungkapkan bahwa, ayah korban sempat marah di sekolah tersebut begitu mengetahui anaknya dipukul berulang kali oleh oknum guru tersebut.
Usai melaporkan tindakan oknum tersebut, Singara ditemani beberapa aparat dari Sentra Pelayanan Kepolisian Polresta Makassar Timur menjemput oknum guru itu di kediamannya di Jl Nipanipa, Makassar.
Sementara korban yang ditemui di RS Bahyangkara mengatakan dirinya tidak tahu menahu peyebab ia dipukul oleh gurunya. "Padahal saya sudah menuruti semua perintahnya," ujar Rahmat kepada sejumlah wartawan.
Rahmat juga menceritakan peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 09.30 wita. Dia disuruh lari-lari kecil berputar di lapangan sekolah tersebut sebanyak dua kali. "Begitu selesai lari perut saya dipukul, kemudian punggung saya, dan terakhir menendang pinggul saya,"ujarnya.
Hukuman
Secara terpisah Rahyuddin yang dikonfiramsi membenarkan adanya pemukulan tersebut. "Sebenarnya saya sama sekali tidak bermaksud menyakiti anak itu," ujarnya melalui telepon selularnya.
Menurut Rahyuddin peristiwa tersebut berawal saat ia memberikan pelajaran olahraga pada kelas tiga IPS 1, pelajaran sudah berlanjut beberapa puluh menit, Rahmat bersama temannya datang terlambat.
"Karena belum pemanasan kedua anak itupun kemudian saya suruh untuk lari-lari kecil berputar sebanyak dua kali, karena bermalas-malasan saat lari anak itupun saya hukum,"ujar Rahyuddin.
Rahyuddin juga membantah jika ia menendang pinggul anak tersebut. "Memang saya tendang tapi di bagian pantat, bukan di pinggul, " katanya membantah keterangan korban sebelumnya.
Singara yang selalu didampingi suaminya mengatakan dia siap berdamai dengan oknum guru tersebut, asalkan dia tidak mengulangi perbuatannya yang sudah mencoreng citra guru.
"Saya mau berdamai, asal oknum tersebut berjanji tidak mengulangi lagi perbuatannya, bukan cuma untuk anak saya tapi untuk siswa lainnya,"tegas Singgara.(rusdy embas)

Selengkapnya...

Minggu, 09 Agustus 2009

Warga-Polisi Bentrok, Kapolres Terluka

Kalau polisi sebagai aparat keamanan bentrok dengan warga siapa yang harus menengahi? Tidak perlu menunggu jawaban. Lebih baca peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan berikut ini.
Ratusan warga dari 11 desa di Kecamatan Polombangkeng Utara (Polut), Takalar, sekitar 50-an kilometer arah selatan Makassar, Sulawesi Selatan, terlibat bentrok dengan polisi saat mereka (warga) berusaha menduduki lahan garapan PT Perkebunan Nasional (PTPN) XIV di Pabrik Gula Takalar, Minggu (9/8).
Versi warga, sekitar sembilan orang dilaporkan terkena tembakan polisi yang berusaha menghalau mereka. Dua warga, Jufri Daeng Tona (30) dan Haris Daeng Naba (25), hingga tadi malam masih menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Makassar, tadi malam.
Sementara lima polisi dilaporkan mengalami luka-luka terkena sabetan senjata tajam maupun lemparan batu, termasuk Kapolres Takalar AKBP Andi Asdi dan Kapolsek Polut, AKP Abd Malik.
"Kasusnya masih dalam penanganan. Laporan yang kami terima, polisi memang melepaskan tembakan peluru karet karena massa sudah anarkis dan menyerang petugas dengan senjata tajam," kata Kepala Bidang Humas Polda Suselbar, Kombes Polisi Hery Subiansari seperti dikutip Tribun Timur, Senin (10/8).
Sejumlah warga menuturkan, saat kejadian terdengar rentetan tembakan yang dilepaskan oleh polisi yang bertugas di kawasan tersebut.
Bentrokan ini adalah yang kesekian kalinya terkait sengketa lahan tebu antara warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan dengan pihak PTPN XIV melalui PG Takalar.
Kontributor Metro TV, Agus, juga menjadi korban pengeroyokan dalam insiden tersebut. Warga Gowa ini dikeroyok karyawan PG Takalar. Kameranya juga ikut dirusak.
Membakar
Bentrokan berawal sekitar pukul 09.00 wita. Ratusan orang tiba-tiba mendatangi lahan di petak A 28 Blok A2, Desa Pa'rappunganta, Polut. Saat itu, ada beberapa warga yang mulai membakar bibit tebu. Massa dipimpin oleh Haji Bani.
Perwira Polresta Takalar, Ipda Masdar, yang datang untuk menenangkan warga mendapat sebetan parang padan bagian telunjuk kanan yang dilakukan oleh Do'do Dg Gassing, warga Pakkawa, Kelurahan Mattoppodalle.
Suasana kemudian bisa dikendalikan. Namun suasana kembali memanas saat kapolres tiba di lokasi. Sekitar pukul 11.00, warga kembali merapat ke lokasi lahan dan mulai menyerang.
Kapolres saat itu sedangkan menenangkan warga agar tidak menghalangi karyawan karena mereka mengolah lahan yang sudah jadi milik pemerintah berdasarkan surat pembebasan yang dimiliki oleh PTPN XIV untuk digunakan sebagai hak guna usaha (HGU).
Kepada warga, mantan Kapolres Mamasa ini meminta diperlihatkan bukti kepemilikan lahan serta menunjukkan lahan dimaksu bila mereka belum mendapat ganti rugi.
"Kalau ada bukti hukumnya, saya siap memfasilitasi mempertemukan dengan kepemerintah. Semua harus taat pada hukum," kata kapolres saat itu.
Kapolres Dilempar
Tiba-tiba terjadi keributan. Kapolres yang sedang menyampaikan penjelasan terkena lemparan batu. Koordinator aksi, Bahrun Dg Situju, mencoba menenangkan warga agar tidak melempar.
Namun aksi massa sudah tidak terkendali. Aparat kepolisian dari Polres Takalar bersama pasukan brimob kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Warga tidak menggubris tembakan tersebut.
Warga bahkan merusaka tiga tameng brimob. Seorang anggota polisi, Bipda Amal, juga terkena lemparan warga pada bagian dada. Kanit Resintel Polsek Polut, Ipda Idrus, juga mengalami nasih serupa.
Kena Tembak
Kejadian ini juga mengakibatkan beberapa warga terkena tembakan petugas saat dibubarkan. Selain Jufri dan Haris, warga lainnya yang terkena tembakan adalah Baso Dg Nanring warga Desa Timbuseng, Dg Masso,Jamaluddin Dg Lebang, Massu Dg Manrung, dan Hamid Dg Mone.
Sebagian korban sudah diizinkan pulang setekah mendapat perawatan di RSU Takalar. Sementara sejumlah orang lainnya yang diduga sebagai pemicu diperiksa di Mapolres Takalar.
Mereka yang diamankan, di antaranya, Bani bersama tiga warga lainnya yang diduga sebagai penggerak massa.
Selengkapnya...

Selasa, 04 Agustus 2009

Kecewa, Warga Tutup Jalan


krshare.com
Di era reformasi ini rakyat mendapat ruang gerak lebih besar untuk mengekspresikan keinginannya. So, penyelenggara negara atau mereka yang ditunjuk mengerjakan proyek yang dibiayai oleh negara harus hati-hati. Sebab kalau keseleo rakyat tidak jarang langsung bertindak seperti yang terjadi di salah satu desa di Sulawesi Selatan.
Sejumlah warga di Desa Salassae, Kecamatan Bulukumpa, Bulukumba (sekitar 170 kilometer arah selatan Makassar) menutup jalan sebagai bentuk protes karena pengerjaan jalan dinilai tidak berkualitas, dan merugikan warga.
"Penutupan ini dilakukan karena PT Harpiah Graha Perkasa dan PT Sabar Jaya Pratama hanya mengerjakan asal-asalan dan tidak berkualitas," kata Komite Pemuda Salassae, Sri Puswandi, seperti dikutip Tribun Timur, Rabu (5/8).
Menurut warga, sejak pengerjaan dimulai jalan tersebut sejauh 17 kilometer yang meliputi tiga desa yakni Salassae, Bonto Mangiring, dan Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang tidak ada taransparansi penggunaan anggaran dari pihak PT Harpiah Graha Perkasa dan PT Sabar Jaya Pratama.
Mereka juga menemukan kesalahan pada pengaspalan jenis laston tersebut yang tertuang dalam perencanaan pengerjaan sepanjang 17 kilometer. Namun yang dikerjakan hanya 11 kilometer.
Selain itu, pelaksana juga mengerjakan tidak sesuai aturan yang ada sebab ketebalan aspal hanya empat centimeter (cm) yang seharusnya enam cm. "Ini pelanggaran besar dan membohongi rakyat serta merugikan negara. Mereka harus membongkar ulang jalan ini," tegas Irfan.
Tidak Tahu
Kepala Bina Marga Bulukumba Syafrullah Arief mengaku tidak tahu menahu masalah tersebut. Ia mengaku baru mendengar informasi itu dan akan segera melakukan konfirmasi ke pihak penanggung jawab di lapangan.
"Saya baru tahu kalau ada yang seperti itu. Harus dicek kebenaran jika ada informasi yang seperti itu dan biasanya banyak info yang seperti itu perlu dipastikan dulu," katanya Syafrullah.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Kamis, 30 Juli 2009

369 Petugas Keamanan Jaga Ba'asyir

Kedatangan Ustad Abu Bakar Ba'syir di Sulsel membuat aparat keamanan meningkatkan kesiagaan. Rencana kunjungan pimpinan Ponpes Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Solo, Jawa Tengah, ini sempat menimbulkan kontroversi. Ba'syir hadir di Sulsel untuk menghadiri acara tausyiah dan pelantikan pengurus FUI Bulukumba, sekitar 153 kilometer arah selatan Makassar.
Terkait kedatangan Pimpinan Ponpes yang namanya sering dikaitkan dengan teroris ini membuat Polres Bulukumba dan Kodim 1411 Bulukumba melakukan pengamanan khusus terkait dengan kedatangan Ba'asyir tersebut.
Polisi menyiagakan 369 orang personel gabungan yang terdiri atas 189 anggota Polres Bulukumba, 30 anggota Polres Sinjai, 30 anggota Polres Jeneponto 30 orang, 25 personel Polres Bantaeng 25 orang, dan 30 personel Polwil Bone.
Mereka juga dibantu satu peleton anggota Kodim 1411 Bulukumba bersama Polisi Pamong Praja Pemkab Bulukumba dan petugas DLLJR.
Wakapolres Bulukumba, Kompol Nofly F Pitoy, mengatakan, meski belum mendapat izin dari Polda Sulselbar namun pihaknya tetap memberikan pengamanan khusus terkait dengan kedatangan mantan Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu.
"Kami menyiagakan ratusan personel gabungan TNI/Polri untuk pengamanan mulai malam nanti (tadi malam) hingga besok (hari ini) sampai kegiatan tersebut berakhir," kata Novly seperti dikutip Tribun Timur, Kamis (30/7).
Pengamanan tersebut masing-masing akan dibagi menjadi delapan pos dan menempatkan satu prawira pada setiap posnya. Khusus untuk TNI tetap di stand by di markas kodim untuk memantau dan sewaktu-waktu juga akan turun ke Mesjid Agung Bulukumba jika diminta.
Polisi juga membuat pengamanan berlapis di Masjid Agung. Di antaranya pada pos gerbang utama sebelah timur dan pintu masuk masjid. Sementara sejumlah jalan yang rencananya pagi ini juga akan ditutup diantaranya sekitar Jl Manggis dan Jl Nenas. Sementara jalan di sekitarnya masih dibuka.
Khusus bagi tamu, undangan, dan Muspida Bulukumba disediakan tiga tempat parkir, di antaranya di Lapangan Gelanggang Olah Raga di depan Rujab Bupati Bulukumba bagi masyarakat biasa, halaman dan pelataran masjid bagi undangan dan muspida.
FUI Bulukumba telah menyebar ribuan undangan kepada masyarakat di Bulukumba dan sekitarnya. Panitia juga akan menghadirkan tokoh KPPSI Sulsel, Abd Aziz Qahhar Mudzakkar dan sejumlah tokoh di Sulsel dan tokoh Islam dari Kabupaten Jeneponto, Bantaeng,dan Sinjai.
"Ribuan umat Islam akan menghadiri tausyiah ini. Acara ini terbuka bagi umat Islam untuk mendengarkan ajaran Islam yang sebenarnya. Islam bukan teroris," kata Ketua Advokasi dan Hukum FUI Bulukumba, Musafir.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Minggu, 26 Juli 2009

Polisi - Anggota TNI Bentrok di Bulukumba

Suasana di kantor Polres Bulukumba, sekitar 155 kilometer dari Makassar, Minggu (26/7), terasa mencekam, menyusul bentrokan yang melibatkan oknum anggota TNI AD dengan personel Polres Bulukumba. Kabarnya, sebelum bentrokan, dua anggota TNI tersebut sempat dikeroyok oleh sejumlah anggota polisi. Mengapa?
Kasus tersebut dipicu oleh ketersinggungan antara kedua belah pihak saat Muliadi dan Suparman melintas di depan kantor polres dalam perjalanan menuju ke Pantai Merpati Bulukumba. Pantai ini sering digunakan sebagai tempa ngumpul kawula muda untuk menghibur diri.
Kedua bintara TNI yang dikabarkan masih berstatus siswa di Dodiklatpur Bancee ini dikabarkan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi di depan polisi yang sedang piket di polres sehingga memicu perkelahian hingga keduanya sempat dikeroyok oleh anggota polisi.
"Awalnya saya lihat keduanya melintas di depan polres dengan mengeraskan suara sepeda motornya di depan polisi yang sedang piket malam. Keduanya diminta menghentikan ulahnya. Namun mereka tidak mengindahkannya dan justru tidak menerima sehinggga terjadi bentrok. Tapi karena kalah jumlah. Mereka jutsru dikroyok oleh sejumlah polisi," kata seorang saksi mata bernama Anwar seperti dilansir Tribun Timur terbitan Senin (27/7).
Namun polisi membantah terjadi pengeroyokan. Polisi mengatakan, yang terjadi adalah kedua anggota TNI itu melakukan perlawanan saat akan diamankan karena mereka diduga dalam keadaan mabuk berat sehingga mengeluarkan kata-kata kurang etis kepada aparat kepolisian.
"Ini hanya kesalahpahaman saja. Mereka diamankan di Polres Bulukumba dan tidak ada pengeroyokan," kata Wakapolres Bulukumba, Kompol Novly F Pitoi.
Kapolres Bulukumba, AKBP Agus Budi Karyanto mengatakan, masih melakukan penyelidikan untuk menuntaskan masalah itu sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
"Kami bersama dandim, denpom, dan rindam akan bersama sama melakukan penyelidikan dan mendudukkan masalah ini sesuai hukum yang berlaku dan sementara lima anggota kami masih diperiksa sebagai saksi," katanya.
Polisi juga menemukan barang bukti berupa sarung badik yang sempat dijatuhkan saat terjadi kejar-kejaran dan sebuah sepeda motor yang digunakan kedua oknum anggota TNI tersebut. Polisi juga mengamankan sejumlah warga yang tengah menuguk minuman keras di Kafe Phinisi yang juga merupakan diduga tempat meminuman keras dua anggota TNI itu sebelum melakukan aksi ugal-ugalan di depan Polres Bulukumba.
Mulyadi dan Suparman dikabarkan sedang berlibur di kampung halamannya, Bulukumba.
Komandan Kodim 1411 Bulukumna Letkol Infanteri Rudi Syamsir membahtah bila Serda Muliadi dan Serda dalam keadaan mabuk saat dikeroyok.
Menururnya, tidak ada bukti botol minuman keras yang diperoleh. "Anggota TNI itu tidak mabuk dan hanya membawa soft drink bersama minuman suplemen. Mereka sedang menuju ke Pantai Merepati dari arah Leppe'E. Di tengah jalan, dia diminta berhenti oleh polisi namun tidak diterima oleh keduanya sehingga terjadi kesalahpahaman," kata Rudi.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Kamis, 23 Juli 2009

Polisi Pembuat Video Mesum Diisolasi di Rutan


krshare.com
Lima anggota Patroli Motor (Patmor) Samapta Polwiltabes Makassar yang tersandung kasus pembuatan video mesum beberapa waktu lalu, ditolak keberadaannya oleh sejumlah penghuni Rumah Tahanan (Rutan) Makassar, Kamis (23/7), sehingga kelima polisi tersebut diisolasi.
Beruntung seluruh penghuni rumah tahanan tersebut sudah berada dalam kamar masing-masing sehingga penolakan hanya melalui teriakan, dan menimbulkan kegaduhan dari dalam sel tahanan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Rutan Makassar Heru Setiana yang dikonfirmasi melalui teleponnya.
"Beruntung semua tahanan sudah ada dalam ruangan masing-masing,"jelas Heru seperti dilansitr Tribun, Jumat (24/6).
Sebelumnya, kondisi di rumah tahanan tersebut biasa saja, namun sekitar pukul 21.00 wita, saat kelima polisi tersebut masuk, tiba-tiba para tahanan berteriak dan membuat kegaduhan.
Menurut Heru kejadian ini adalah hal yang lumrah, mungkin karena ada pengaruh psikis terhadap aparat kepolisian. Heru menambahkan bahwa kejadian yang sama juga terjadi beberapa bulan lalu.
Heru juga menegaskan, antisiapasi adanya tindak kekerasan besok (hari ini) para penghuni tersebut akan diisolasi untuk sementara, dan keluarga tidak diperbolehkan untuk menjenguk hingga kondisi membaik.
Selain itu heru menambahkan bahwa, pihaknya juga akan menambah jumlah personil yang akan melakukan pengawasan di sekitar lima polisi yang menjadi buah bibir beberapa pekan lalu.
Sekadar mereview kembali penyebab kelima polisi ini dirutankan. Peristiwanya terjadi di Kawasan Tanjung, Makassar, Mei 2008 lalu. Saat itu korban yang mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar bersama teman lelakinya sedang menikmati liburan dengan mengendarai mobil.
Tiba-tiba beberapa anggota patroli motor (patmor) Polwiltabes Makassar datang dan menduga korban bahwa mereka melakukan perbuatan tak senonoh.
Untuk menguatkan tuduhannya, tersangka memaksa korban untuk bugil. Adegan tersebut kemudian direkam pelaku menggunakan ponselnya. Dari rekaman yang berdurasi sekitar satu menit itulah yang dijadikan tersangka untuk memeras korban.
Karena korban tak kuat terus menerus diperas dan tak bisa memenuhi permintaan sang oknum video mesum itu pun beredar d sejumlah kalangan. Ujung-ujungnya, ya... oknum petugas itu masuk tahanan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Gara-gara Tebang Pohon Biro Iklan Dipolisikan


Pemerintah Kota Makassar melaporkan salah satu perusahaan periklanan di Makassar ke Polresta Makassar Timur, gara-gara perusahaan tersebut ketahuan menebang pohon saat memasang iklan di Jl AP Pettarani, Makassar.
"Pada prinsipnya ada larangan menebang pohon sembarangan sesuai perda (peraturan daerah) maupun undang-undang lingkungan hidup nomor 23. Bukan tidak boleh, tetapi harus ada izin dari instansi berwenang," kata Asisten II Pemkot Makassar Burhanuddin seperti dilansir Tribun Timur, Rabu (22/7) .
Pemangkasan dahan maupun penebangan pohon tanpa izin tersebut terjadi mulai depan kantor Polresta Makassar Timur hingga depan Pusat Bisnis Ramayana, Sabtu (18/7) lalu. Namun, baru diungkapkan ke wartawan, kemarin.
Penebangan dilakukan karena dahan pohon yang sudah rindang tersebut menghalangi pemandangan ke iklan bando salah satu perusahaan rokok yang melintas di atas ruas jalan utama ini.
Pelaku aktivitas terlarang ini kepergok langsung Asisten I Pemkot Ruslan Abu yang kebetulan melintas di AP Pettarani sore hari. Ruslan yang heran dengan aktivitas tersebut langsung menghubungi pimpinan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) taman untuk mengecek izin melakukan penebangan.
Saat dimintai keterangan, mereka mengaku mendapat perintah dari pimpinan perusahaan yang juga mengelola agen travel dan tour ini.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Senin, 20 Juli 2009

Caleg Terpilih Gunakan Ijazah Palsu

Dua aktivis LSM mempersoalkan ijazah SMA Fitriah A Sibali, calon anggota legislatif terpilih dari Partai Golkar nomor urut lima dari dapil satu Kabupaten Takalar. Wah kalau ini benar-benar palsu entah apa yang diharapkan dari legislator nekad seperti ini.
Bahkan Dinas Pendidikan Sulsel mengakui ijazah Fitriah yang juga adalah istri wakil bupati Takalar itu memang bermasalah. "Kepastian ijazah palsu tersebut diperoleh berdasarkan klarifikasi dari pihak sekolah," kata Saleh Gottang, Wakil Kepada Diknas Sulsel, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (22/7).
Kasus ini mencuat setelah diungkapkan seseorang yang mengaku mahasiswa jurusan Komunikasi Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, bernama Kasim. Pria ini juga mengaku sebagai Ketua Forum Pemerhati Pendidikan Sulsel (FPPS).
Rumor mengenai ijazah bermasalah muncul di masyarakat setelah menemukan beberapa kejanggalan pada ijazah istri orang nomor dua di Tkalar. AFDAS, FPPS, dan sejumlah warga kemudian mulai mengecek kebenaran ijazah itu ke Kantor Dinas Pendidikan Sulsel. Mereka juga ke SMA Hasanuddin Makassar karena di ijazah Fitriah tertulis bahwa sekolah inilah yang mengeluarkan ijazah tersebut.
Tanggal 26 Mei, mereka mendapatkan balasan surat dari SMA Hasanuddin. Berdasarkan surat tanggapan keabsahan STTB dari SMA Hasanuddin diketahui bahwa bahwa Fitriah bukan pemilik Nomor Induk Siswa (NIS) 214 seperti yang tertera di ijazah yang diklaim Fitriah. Nomor itu malah dimiliki oleh siswa bernama Alan Abd Hamid.
Pada surat yang ditandatangani Yusuf Londongsalu itu juga menyebutkan beberapa kejanggalan. Ijazah Fitriah tertulis nomor seri XXII 06 Ch 046510, padahal SMA Hasanuddin hanya pernah mengeluarkan nomor seri XXIII Ch.050614 sampai XXII Ch 050691.
Perbedaan yang mencolok juga ada pada tanda tangan Kepala Sekolah (mendiang) YS Bubun serta nomor induk pegawai (NIP) YS Bubun. NIP YS Bubun yakni 130 049 119, bukan 130 049 128 seperti yang tercetak di ijazah Fitriah.
Perbedaan ini diduga muncul karena adanya pemalsuan. Terlebih pada ijazah Fitriah, stempel sekolah berbentuk oval. Padahal sejak 1980, stempel sekolah sudah berbentuk bundar.
Kecurigaan pelapor makin kuat setelah Wakil Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Saleh Gottang, juga mengeluarkan surat yang intinya menguatkan keterangan yang dikeluarkan pihak SMA Hasanuddin.
Surat bertanggal 27 Mei itu juga menyatakan stempel pengesahan yang ditandatangani Kasubdin Dikmenun & Dikti atas nama Yusuf Nippi tidak benar.
Surat itu merupakan balasan dari surat yang dikirim Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Takalar pada 19 Mei.(rusdy embas)

Selengkapnya...

Sabtu, 18 Juli 2009

Pencuri Laptop Incar Warkop


krshare.com
Sejumlah warung kopi yang menyiapkan layanan internet gratis sambil ngopi menjadi salah satu tempat favorit mahasiswa menghabiskan waktunya sambil berselancar di dunia maya. Tetapi harus mulai hati-hati karena penjahat pun sudah mulai mengincar tempat tersebut sebagai salah satu sasaran untuk mencuri.
Seperti dialami Ronny, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Makassar, Kamis malam lalu. Komputer jinjing merek Axio milik Ronny dirampok saat ia sedang asyik ngobrol via internet (chatting) di situs jejaring pertemanan, facebook, di salah satu Warkop di bilangan Jl Abd Dg Sirua, Panakkukang, Makassar.
Ronny menduga dirinya sudah diincar sejak beberapa jam sebelumnya. "Kebetulan saya duduk di dekat pintu masuk," katanya seperti dilansir Tribun, Sabtu (18/7).
Aksi pencurian dengan kekerasan ini bahkan terbilang nekat. Di warkop pinggir jalan itu, ada sekitar 12-an peminum kopi, namun hanya Rony yang menjadi korban.
Pengunjung lainnya tidak bisa memberikan pertolongan, sebab perampok yang berkulit hitam tersebut, usai merampas laptop milik Rony, langsung mengeluarkan badik sambil mengayunkan dan mengancam pengunjung lain.
"Saat sudah ambil laptop, langsung naik ke boncengan motor yang sudah bunyi di tempat parkir," ujarnya. Rifai salah seorang saksi, yang mencoba menggagalkan aksi tersebut justru terkena tebasan badik, di bagian jemarinya.
Dalam kesaksiannya, terungkap, salah satu rekan perampok sudah bersiap di atas motor bebek jenis Satria FU. Jenis motor yang digunakan adalah empat tak, dan biasa digunakan untuk road race.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Kamis, 16 Juli 2009

Kepala Sekolah Bakar Diri

Seorang Kepala Sekolah Dasar berusia 40-an tahun membakar diri. Peristiwanya terjadi Kamis (17/7) di Desa Padangloang, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, sekitar 160 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Dari keterangan istri korban, Ida, mengaku masih sempat bersama suaminya sekitar pukul 07.15 wita. Namun, korban malah menyuruh istrinya yang juga bekerja untuk berangkat lebih dulu ke tempat kerja.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Cina AKP Bakhri kepada wartawan kemarin membenarkan kejadian tersebut.
"Informasi sementara yang dihimpun, korban membakar dirinya dengan terlebih dahulu mengunci pintu kamar mandi dari dalam," katanya seperti dilansir Tribun Timur, Jumat (17/7).
Keluarga yang mendapat informasi kesulitan masuk kamar mandi. Jadi, mereka mengintip melalui cela dinding dan melihat korban dalam keadaan terbakar. Melihat kejadian itu, pintu kamar mandi lalu didobrak.
Kepala Polres Bone AKBP Zarialdi menyatakan, pihaknya tetap akan mengembangkan kejadian tersebut, meskipun baru dugaan bunuh diri.
Korban sebelumnya akan dipromosikan sebagai pengawas sekolah tingkat SD, namun dengan persyaratan harus menjadi kepala sekolah terlebih dulu, sehingga dinaikkan jadi kepala sekolah.
Namun setelah menjadi kepala sekolah, korban justru sering terlihat seperti orang stres, dan sering memperlihatkan tingkah yang aneh.
Informasi lain menyebutkan korban mengalami stres sekitar dua tahun terakhir. Bahkan, korban pernah dibawa ke rumah sakit jiwa di Kota Makassar.
Korban sebelumnya telah melakukan tiga kali percobaan bunuh diri. Mulai dengan cara menggantung diri, melompat dari motor, serta meminum obat nyamuk cair. Namun, selalu berhasil diselamatkan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Pawai Waisak di Makassar

Hari ini saudara kita penganut Budha merayakan Hari Raya Tri Suci Waisak. Vihara Girinaga yang terletak di Jl Gunung Salahutu Makassar dipadati umat Budha. Kegiatan serupa juga terlihat di beberapa vihara seperti di Jl Sulawesi dan Jl Sungai Poso Makassar.
Siang ini mereka melakukan pawai untuk memperingati Tri Suci Waisak merupakan hari kelahiran, hari mencapai penerangan sempurna, dan hari mangkat (Parinibbana) Sang Buddha, yang terjadi tepat pada hari Purnama Siddhi di bulan enam (Mei).
Tadi malam umat Budha juga melakukan salah satu kegiatan dengan mengitari lilin di vihara yang menggambarkan seribu pelita, sejuta harapan.
Keberagaman memang merupakan salah satu kekayaan bangsa ini. Inilah yang harus dijaga dan dipelihara sebagai aset yang akan membuat bangsa ini makin kuat dan kian terpandang.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Makassar Punya Pemimpin Baru

Jumat, 8 Mei 2009, Kota Makassar mencatat sejarah baru. Ilham Arief Siradjuddin dan Supomo Guntur dilantik sebagai walikota dan wakil walikota Makassar periode 2001-1019. Disebut sejarah baru karena walikota ini merupakan walikota pilihan rakyat.
Untuk pertama kalinya juga Wali Kota Makassar dilantik di Lapangan Karebosi. Anggota DPRD Kota Makassar menggelar sidang di lapangan yang ketika didandani mendapat protes dari berbagai pihak karena dianggap akan kehilangan fungsi sosialnya.
Pelantikan Ilham dan Supomo yang lebih populer disebut IASmo juga menjadi salah satu ajang mempertemukan sejumlah tokoh Sulsel yang selama ini jarang bertemu.
Sebut saja, mantan Gubernur Amin Syam dan pelanjutnya Syahrul Yasin Limpo. Kedua tokoh yang bersaing di Pilkada Sulsel tahun lalu bertemu. Mereka pun bercipika-cipiki.
Pelantikan sudah selesai. Tak perlu pesta besar untuk merayakannya. Yang ditunggu sekaranga adalah kapan dan bagaimana IASmo merealisasikan janji kampanyenya.
Selamat memimpin Makassar lima tahun ke depan. Jangan lagi ada warga yang kelaparan karena tidak terurus. Biarkan warag bebas bergerak dengan nyaman kapan saja mereka mau tanpa rasa takut.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Kamis, 07 Mei 2009

Hakim Vonis Bebas Tersangka Korupsi

Vonis bebas yang dijatuhkan hakim terhadap tersangka kasus korupsi bukan berita baru di negeri ini. Salah satu kasus dugaan korupsi yang menyeret mantan Kepala Badan Pertanahan Parepare divonis bebas oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Parepare, Sulawesi Selatan.
Tribun Timur, Jumat (8/5), memberitakan, Majelis hakim Pengadilan Negeri Parepare memvonis bebas Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Parepare Andi Asmar Wirawan dari segala dakwaan jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Parepare, Kamis (7/5).
Dalam putusannya bernomor 154/Pid.B/2009/PN.Parepare yang dibacakan secara bergantian oleh majelis hakim menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan JPU.
Sebelumnya JPU menuntut terdakwa satu tahun penjara karena terbukti melakukan tindak pidana korupsi (gratifikasi) dalam kasus proyek prona atau pembuatan sertifikat tanah yang dibiayai oleh negara.
Majelis hakim kasus tersebut terdiri Muhammad Zainal Arifin (ketua), Yoga Perdana, dan Triapsari. Dalam pertimbangannya majelis mengungkapkan bahwa dari segi tempus delicti tindak pidana Pasal 11 dan 12e UU Tipikor (gratifikasi) yang didakwakan JPU tidak bisa dijeratkan pada diri terdakwa.
Alasan hakim, tindak pidana itu sudah terjadi sempurna atau selesai dilakukan dua terdakwa lain dalam kasus yang sama yakni pimpro prona, Budi Hartono, dan Lurah Bukit Indah, Setiawan. Kedua terdakwa tersebut sebelumnya telah divonis bersalah masing-masing selama 1,5 tahun oleh PN Parepare.
Sementara terdakwa Asmar menjabat sebaga Kepala Kantor Pertanahan Parepare pada akhir Agustus 2006 lalu menggantikan pejabat sebelumnya setelah dana itu telah dinikmati oleh kedua terdakwa lainnya.
Majelis juga sependapat dengan penasihat hukum (PH) terdakwa Irwan Muin MH dan ahli yang diajukan PH, Prof Dr Aswanto MH bahwa terdakwa tidak dapat dimintai pertanggungjawaban hukum atas perbuatan dua terdakwa lain tersebut.
Atas putusan hakim tersebut, JPU menyatakan pikir-pikir. Sedangkan terdakwa dan keluarganya yang ikut menyaksikan sidang terharu dan menangis sesenggukan mendengar putusan hakim. (Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Biadab, Siswi SMP Diperkosa

Entah hukuman apa yang pantas diberikan kepada manusia seperti ini. Pria berusia 24 tahun bernama Gery ini telah menistai seorang pelajar SMP setelah lima lima malam dibawa kabur. Kuat dugaan siswi SMP tersebut dihipnotis oleh pelaku.
Polisi yang menerima laporan tersebut bergerak cepat dan mencari informasi seputar hilangnya anak tersebut. Pelaku diringkus aparat kepolisian dari Polsekta Tamalate, Kamis (7/5), di rumahnya Jl Tidung Lima, Kecamatan Tamalate, Makassar.
Gery yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang servis barang elektronik itu pun terancam akan menjalani hari-hari mendatangnya selama tujuh tahun di balik jeruji besi.
AN yang menjadi korban perkosaan mencerita kronologis kejadian yang menimpanya. Pekan lalu, saat pulang dari sekolah, tiba-tiba Gery mendekat dan memegang belakang kupingnya.
"Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saya merasa langsung menurut saja sama dia. Siang itu saya ikut sama dia," tutur AN yang berambut ikal ini.
Selama dibawa kabur korban yang berparas ayu ini mengaku tidak tahu menahu apa yang telah menimpa dirinya. Tersangka yang memiliki kulit agak gelap itu menyangkal jika dirinya melakukan hubungan suami istri dengan korban dengan cara memaksa.
"Saya tidak pernah memaksa dia untuk berhubungan, justru saya yang diajaknya," jelas Gery di depan penyidik kepolisian.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Senin, 04 Mei 2009

Tolak BHP, 65 Mahasiswa Ditangkap

Sekelompok anak muda bercelana jeans, berkaos hitam memakai helm dan cadar hitam melemparkan batu ke arah petugas keamanan. Batu berceceran di jalan yang saban hari padat kendaraan. Pemandangan seperti tidak hanya terjadi di Jalur Gaza Palestina, tetapi menjadi tontonan gratis warga Makassar yang kebetulan lewat di depan kantor Gubernur Sulsel, Senin (5/5). Koran berpengaruh di Makassar, Tribun Timur, secara apik menyajikan foto-foto aksi mahasiwa dan reaksi polisi terkait unjuk rasa tersebut.
Sekitar 1.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Makassar bentrok dengan aparat kepolisian saat para mahasiswa itu unjuk rasa menolak Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) di depan Kantor Pemprov Sulsel. Insiden itu menyebabkan 17 polisi terluka dan 65 mahasiswa ditangkap. Jalan poros yang merupakan akses terpadat dari Bandara Sultan Hasanuddin ker Kota Makassar itu pun macet sekitar tiga jam lamanya.
Akibat insiden tersebut, sekitar 65 mahasiswa diamankan polisi. Sejumlah mahasiswa juga dilaporkan mengalami luka terkena batu dan pentungan polisi. Sementara 16 personel Brimob Polda Sulselbar mengalami luka karena terkena lemparan batu. Seorang anggota Resmob Polda Sulselbar mengalami luka serius di bagian bibir karena terkena pukulan oleh polisi lain.
Mahasiswa mendatangi kantor gubernur untuk menyampaikan aspirasi mereka di kantor gubernur. Namun polisi meminta agar mahasiswa hanya diwakili oleh perwakilan. Mahasiswa ngotot untuk masuk secara bersama. Saat kejadian, Gubernur Syahrul Yasin Limpo tidak berada di kantornya karena sedang menghadiri Hari Ulang Tahun (HUT) Luwu Timur di Malili.
Menyusul bentrokan tersebut, Jl Urip Sumoharjo sempat ditutup selama hampir tiga jam. Akibatnya, terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan di sekitar Jl AP Pettarani seperti Jl Abd Dg Sirua, Jl Racing Canter.
Ini adalah bentrokan pertama antara polisi dengan mahasiswa pada tahun ini terkait dengan penolakan UU BHP. Selama tahun 2008, juga terjadi beberapa kali bentrokan antara mahasiswa dengan polisi. Salah satunya, adalah penyerbuan polisi ke kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) yang menyebabkan tiga mahasiswa luka parah akibat dianiaya.
Demo kemarin diawali konvoi mahasiswa yang menamakan diri Komite Aksi Cabut UU BHP (Kacau BHP). Awalnya, demo berjalan aman sejak dari Jl AP Pettarani hingga ke kantor gubernur.
Aksi berubah menjadi anarkis saat salah seorang perwira polisi meminta agar hanya perwakilan dari mahasiswa berdialog dengan pejabat di kantor gubernur.
Ajakan tersebut tidak ditolak. Seluruh mahasiswa memaksa untuk masuk. Bentrokan pun tak terhindarkan yang didahului dengan aksi lemparan batu. Beberapa mahasiswa yang berorasi di atas salah satu mobil yang diparkir depan kantor gubernur juga dibubarkan oleh polisi.
Suasana saat itu berubah menjadi aksi kejar-kejaran antara polisi dengan mahasiswa. Mahasiswa berlarian menyelamatkan diri menuju area kantor gubernuran. Sebagian lainnya, karena terdesak oleh puluhan personel polisi, menyelamatkan diri dengan melompati pagar kantor gubernur disertai dengan lemparan batu.
Massa pun terpecah menjadi dua bagian, puluhan mahasiswa didesak mundur hingga mendekati salah satu SPBU di depan lahan bekas Terminal Panaikang. Sebagian mahasiswa lainnya bergabung di depan pintu masuk UMI. Polisi yang sudah melihat aksi mahasiswa yang berubah menjadi anarkis, akhirnya mengeluarkan tembakan peringatan. Bahkan beberapa kali mengeluarakan tembakan gas air mata.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Polisi Ringkus DPO Narkoba

Jempol buat jajaran kepolisian Makassar, Satuan Reserse dan Kriminal Polsekta Mamajang yang berhasil meringkus seorang yang selama ini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) narkoba. Bagaimana polisi bisa melakukan penangkapan?
Tersangka As (35), warga Jl Onta Baru ini ditangkap di atas mobil Honda Accord dengan nomor polisi DD 889 LA yang dikendarainya. Di dalam mobil, polisi menemukan barang bukti (BB) berupa 27 butir pil ekstasi berwarna biru.
Kapolsek Mamajang AKP Kamaluddin di Makassar, seperti dikuti Tribun Timur, Selasa (5/5), mengatakan, penangkapan yang dilakukan anggotanya itu berkat usaha dan kesabaran mereka membuntuti pelaku, dalam empat pekan terakhir.
"Tersangka yang sudah lama menjadi DPO ini akhirnya bisa diringkus setelah dilakukan pengintaian," ujarnya.
Karena aksi yang dilakukannya tergolong rapi, membutuhkan waktu untuk meringkusnya. Tersangka juga dinilai lihai karena tidak menetap di suatu tempat dan sering berpindah-pindah.
Tersangka diidentifiksi sebagai pemain lama karena pernah ditangkap anggota Satreskrim Polresta Pengamanan dan Kepolisian Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Makassar.
"Bukan saya pemilik dari ekstasi itu. Saya hanya dititipi pil ekstasi oleh teman saya dari Pinrang," ujarnya.
Na... gitu dong... biar rakyat makin yakin bahwa polisi memang pelindung mereka.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Tanda Jasa Buat Legislator Sulsel

Enak benar jadi anggota dewan di Sulsel. Saat masa tugasnya di DPRD berakhir mereka diberi uang jasa senilai Rp 15 juta per orang. Itu buat mereka yang masa kerjanya di dewan selama lima tahun. Tidak peduli mereka bekerja untuk diri sendiri atau untuk rakyat banyak. Mereka malas masuk kantor atau rajin tanda tangan daftar hadir. Anggota dewan di Sulsel menghabiskan uang rakyat sekitar Rp 2,779 miliar per tahun. Rakyat dapat apa ya???
Harian terkemuka di Makassar, Tribun Timur, Selasa (5/5), melansir pernyataan Sekretaris DPRD Sulsel, Abdul Kadir, mengatakan, bagi 75 anggota DPRD Sulsel periode 2004-2009, yang masa jabatannya berakhir Agustus 2009, akan mendapatkan jasa pengabdian selama lima tahun, Rp 15 juta per orang.
Bagi anggota DPRD yang mengabdi kurang dari lima tahun, hanya akan mendapatkan uang pengabdian sesuai masa kerjanya. "Jadi meski ia malas atau tidak pernah masuk kantor sekalipun, ia akan tetap mendapatkan uang pengabdian," kata Kadir.
Lalu siapa saja anggota dewan yang malas itu? Kadir tidak menjawab dengan alasan etika.
Anggota DPRD Sulsel yang baru nanti akan menerima sejumlah tunjangan dari pemerintah. Di antaranya, tunjangan perumahan sebesar Rp 6,8 juta per bulan, dan tunjangan anggota sebesar Rp 3,2 juta per bulan.
Informasi yang dihimpun Tribun dari Biro Keuangan Pemprov Sulsel, menyebutkan, khusus untuk tunjangan perumahan, Pemprov Sulsel hanya menganggarkan untuk 72 legislator, sedangkan tiga lainnya diberikan perumahan dinas lengkap dengan sejumlah fasilitasnya.
Pemprov menyiapkan dana sebesar Rp 5,8 miliar per tahun dan tunjangan anggota sebesar Rp 2,779 miliar per tahun.
Bagi anggota DPRD yang beruntung masuk sebagai panitia anggaran dan menempati posisi ketua, ia akan mendapatkan tunjangan panitia anggaran sebesar Rp 4,8 juta per bulan dn tunjangan legislasi sebesr Rp 19 juta per bulang per orang.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Electric Soul Band di Botol Musik Makassar

Kabar gembira bagi pengunjung tetap Botol Musik. Manajemen tempat hiburan tersebut melakukan lagi pergantian home band. Bulan Mei ini pengunjung Botol Musik akan dihibur Electric Soul Band Jakarta.
Home band asal Jakarta ini akan manggung menghibur tamu setia Botol Musik selama tiga bulan ke depan dengan mengusung lagu dari berbagai jenis musik seperti R&B, hiphop, oldies, dan musik yang sedang tren. Termasuk rock alternatif dan rock legend.
Band asal Jakarta ini beranggotakan delapan personel yaitu Louis yang bertindak sebagai basis sekaligus manajer, Reinhardt (gitar), Andi (drum), Vita (vokal), Winda (vokal), Kiki (vokal), dan Echo (vokal). Mereka akan tampil mulai Senin-Jumat (pukul 22.15-02.00), dan Sabtu (22.30-02.45).
Jadi, bagi yang ingin melepaskan penat, datang saja ke Botol Musik, karena band ini akan tampil selama tiga bulan ke depan sejak 1 Mei lalu.
Manajer Botol Musik, Udha, mengatakan, penampilan Electric Soul Band ini merupakan yang ketiga kalinya di Botol Musik.
"Setiap tahun kami mengagendakan Electric Soul Band tampil di Botol Music karena permintaan pengunjung setia Botol Musik, kata Udha saat mendampingi Electric Soul Band.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Minggu, 03 Mei 2009

Warga Maccini Tewas Tertembak

Seorang warga Makassar bernama Herman Boy yang sedang berjualan tiba-tiba roboh. Pria berusia 60 tahun itu tewas dalam perjalanan dari Maccini Parang ke RS Mappaouddang Makassar, Minggu (3/5). Herman tewas setelah sebuah timah panas menancap di rusuk kirinya. Dari pistol mana berasal timah panas itu?
Menurut informasi yang dilansir Tribun Timur sebelum penembakan tersebut terjadi, sekitar pukul 14.00 Wita, puluhan warga Karuwisi mendatangi para pemuda yang berada di Pasar Maccini.
"Saat itu, warga Maccini tidak memberikan perlawanan, namun setelah warga Karuwisi mengambil ikan, dan menghancurkan tempat penjualan mereka, bentrokan pun terjadi," ujar warga Maccini yang enggan disebutkan namanya.
Hanya saja tawuran tersebut tidak berlangsung lama, pasalnya beberapa aparat kepolisian yang sudah ada di lapangan, melerai tawuran tersebut, sehingga tidak ada korban yang jatuh dari kedua belah pihak.
Namun sekitar pukul 16.30 Wita, tawuran yang melibatkan warga dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Panakukang, dan Makassar dan hanya dipisahkan oleh setapak jalan itu kembali terjadi.
Saat itulah, Herman yang sedang membereskan ikan jualannya, terkena timah panas yang diduga dilepaskan oleh aparat kepolisian yang melakukan pengamanan saat itu.
"Tidak ada tembakan peringatan, saya hanya mendengar suara letusan sekali, dan tiba-tiba korban yang tak jauh dari saya jatuh tersungkur,"jelas Ardi salah seorang warga Maccini yang ditemui di RS Bhayangkara Makassar.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Kamis, 16 April 2009

Dikasari Guru, Siswa Tak Masuk Sekolah Sebulan

Parepare, Tribun - Seorang murid kelas 6 SD 36 Kota Parepare (sekitar 150 kilometer dari Makassar, ibukota provinsi Sulsel), Baharuddin, tidak lagi masuk sekolah selama sebulan. Ia dikabarkan takut ke sekolah, setelah dipukul salah seorang guru yang juga wali kelasnya, Darwis Barangkolli.Padahal, Baharuddin seharusnya sudah mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir sekolah (UAS), Mei mendatang. Kenapa bisa terjadi?
Peristiwa ini terungkap oleh aktivis Aliansi Komunitas Rakyat Miskin (Akram) Parepare, Dandi, yang melakukan pendataan warga di Kampung Baru, Rabu (15/4). Keluarga Baharuddin tinggal di sebuah lorong Jl Kusuma, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Ujung, Parepare.
Ketika dijumpai dikediamannya, ibu Baharuddin, Jamaliah, mengaku baru tahu masalah ini beberapa waktu lalu, setelah mendapat informasi dari teman sekolah putranya.
Informasi yang diperoleh wanita ini, anaknya diperlakukan kasar sehingga hidungnya berdarah.
"Kalau dia (Baharuddin), dia tidak pernah menyampaikan sama saya kalau dikasari seperti itu. Nanti ada temannya yang beri tahu, barulah saya datang ke sekolahnya dan menghadap kepala sekolah," terang Jamaliah seperti dikutip Tribun Timur, Jumat (17/4).
Aktivis Akram juga mendatangi sekolah itu. Baharuddin kemudian diajak lagi masuk sekolah, 15 April lalu, oleh guru pengawas dan wali kelasnya.
Mestinya, Baharuddin sudah masuk sekolah lagi, Kamis (16/4) kemarin. Namun, ia tidak masuk.
Ketika Tribun ke SD 36 Parepare, kemarin, kepala sekolah dan wali kelasnya tidak berada di tempat. Menurut rekannya sesama guru, yang bersangkutan sedang mengawas di sekolah lain.
Beberapa guru membenarkan, Baharuddin memang sudah lama tidak masuk sekolah.
Seorang guru yang tak ingin ditulis namanya menilai, Baharuddin sering terlambat masuk sekolah dan tidak mengerjakan tugas sekolah.
Seorang rekan sekelasnya, juga membenarkan Baharuddin sudah tidak lama masuk sekolah. Ia kadang-kadang diejek rekan sekelasnya karena sering mendapat sanksi gara-gara terlambat masuk dan tidak mengerjakan tugas sekolah.
Orangtua Baharuddin menyebutkan, anaknya sudah masuk kemarin. "Dia sudah pergi ke sekolah tadi dan diantar langsung wali kelasnya. Dia cepat pulang karena sudah diberi ujian," kata ibunya.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Anak Bupati Ribut dengan Sekretaris PPK

Keributan terjadi di Sekretariat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Makassar yang juga Kantor Camat Makassar di Jl Gunung Nona, Makassar, Kamis (16/4) dini hari. Putra Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo, Adnan Purichta Ichsan, yang merupakan caleg Partai Demokrat adu mulut dengan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Makassar, Sudarmawan Mahir.
Sudarmawan adalah anak menantu calon Wakil Wali Kota Makassar, Supomo Guntur. Sebagai sekcam, Sudarmawan exofficio juga menjabat Sekretaris PPK Makassar. Sedangkan Adnan adalah calon anggota legislatif (caleg) Partai Demokrat untuk DPRD Sulsel.
Keributan dipicu oleh kecurigaan saksi Partai Demokrat ketika melihat Sudarmawan bersama Lurah Barana dan Lurah Maccini Gusung datang ke Kantor Camat Makassar, Rabu tengah malam.
"Ada urusan apa sekcam dan lurah masuk ke dalam kantor camat pada tengah malam. Ini sangat mencurigakan karena mereka juga menolak didampingi saksi dan anggota panwas pemilu ketika masuk ke ruangannya," kata Master Campaign Adnan, Ian Latanro, tadi malam.
Menurutnya, sangat wajar bila saksi Partai Demokrat mempertanyakan hal tersebut. Apalagi, lurah tidak punya kaitan dengan PPK dalam proses rekapitulasi suara. Mereka pun datang tanpa sepengatuan panwas.
Dikonfirmasi terpisah, Sudarmawan menjelaskan, dia masuk ke ruangan kerjanya untuk menuntaskan tugasnya sehari-hari. "Mereka terlalu negative thingking (berpikir negatif). Saya sudah menjelaskan bahwa tidak ada apa-apa tapi mereka ngotot mengusir saya. Ini yang membuat saya tersinggung," kata Sudarmawan.
Insiden keributan yang melibatkan saksi dan caleg dengan petugas PPK di Makassar sudah beberapa kali terjadi. Sebelumnya, keributan juga terjadi di PPK Tamalate, Biringkanaya, dan Wajo. Keributan juga dilaporkan terjadi di PPK Ujung Tanah, tadi malam.
Anggota KPU Makassar, Nurmal Idrus, mengatakan, pihaknya sudah meminta polisi yang bertugas di PPK melarang semua caleg masuk ke area rekapitulasi. KPU juga meminta penambahan personel polisi di masing-masing PPK.
Keributan di PPK Makassar berawal ketika Sudarmawan masuk ke ruangannya didampingi dua lurah sekitar pukul 23.00 setelah rekap untuk hari itu dihentikan sementara dan akan dilanjutkan keesokan harinya.
Namun sejumlah pria yang mengaku anggota organisasi Brigade 02 masuk ke ruangan dan meminta Sudarwaman meninggalkan ruangan karena tidak didampingi saksi.
Saksi Demokrat yang bertugas saat itu mengaku dilarang masuk ke dalam ruangan sekcam. "Kalau saksi kami diizinkan memantau aktivitas sekcam saat itu, tentu suasananya menjadi lain," kata Ian.
Sementara Sudarmawan mengaku emosi dengan sikap anggota Brigade 02 yang mengusir dari ruang kerjanya. Karena itu dia sempat adu mulut dengan seorang pria yang memimpin organisasi tersebut.
Di saat suasana masih tegang, sekitar pukul 00.30 wita, Adnan bersama beberapa anggota tim suksesnya dan kader Demokrat juga datang ke kantor Camat Makassar.
Adnan pun terlibat pertengkaran dengan Sudarmawan. Beruntung sejumlah polisi datang melerai sehingga keributan yang lebih besar bisa dilerai.
"Saya datang untuk mengantarkan logistik (makanan) kepada saksi Demokrat. Saya mendapat kabar soal sekcam itu ketika sudah dekat kantor camat," kata Adnan.
Ketika tiba di kantor camat, Adnan langsung mempertanyakan alasan keberadaan sekcam di saat tidak ada lagi aktivitas rekapitulasi. Namun dia mendapat jawaban dengan nada tinggi dan Sudarmawan sempat menyentuh tangannya.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Rabu, 15 April 2009

Caleg PDK Nyaris Adu Jotos

Pemilu 2009 ini membuat banyak orang kehilangan hati nurani. Saling sikut sudah menjadi pemandangan rutin. Itu terjadi menjelang hari pencontrengan dan masa penghitungan suara hasil pemilu. Saling lapor pun di antara sesama kader bukan lagi menjadi masalah tabu.
Tribun Timur, Rabu (15/4) memberitakan adu jotos sesama kader partai yang sama nyaris saja terjadi di Luwu Timur, saat peroses rekapitulasi perolehan suara caleg sementara berlangsung di Kantor Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Selasa (14/4). Dua caleg Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Suparjo dan Juber Sangga, nyaris adu jotos.
Suparjo dan Suber adalah caleg PDK untuk daerah pemilihan (dapil) tiga yang meliputi Kecamatan Mangkutan, Tomoni, Tomoni Timur, dan Kecamatan Kalaena. Suber adalah caleg nomor satu dan Suparjo nomor empat.
Kejadian ini berawal saat Suber yang memperoleh sekitar 600-an suara hendak mengganti saksi dari PDK yang ditugaskan mengikuti proses rekapitulasi perolehan suara di tingkat PKK.
Suparjo yang perolehan suaranya diperkirakan di atas 1.000 menolak rencana Suber tersebut dengan alasan penunjukan saksi mulai dari tingkat TPS, PPK, hingga tingkat KPU, telah disepakati bersama oleh pengurus partai.
Karena keduanya ngotot dengan pendirian masing-masing, adu mulut pun tak terhindarkan. Suasana memanas saat Suparjo melontarkan kata-kata yang tidak dapat diterima oleh Suber.
Beruntung beberapa petugas pengamanan dari kepolisian merelai keduanya sehingga tidak terjadi adu jotos. Hingga kemarin, proses rekapitulasi perolehan suara masih berlangsung di sejumah kecamatan di Lutim. Berdasarkan data sementraa yang dihimpun Tribun, Partai Golkar masih mendominasi perolehan suara.
Partai pemenang pemilu tahun 2004 ini juga dipastikan akan meraih kursi di setiap daerah pemilihan. Dari data sementara, Golkar kemungkinan besar mendapat dua kursi di tiga daerah pemilihan, yaitu dapil 2, 3, dan dapil 4. Sementara untuk dapil 1, Golkar diperkirakan hanya meraih satu kursi.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Tidak Pilih Caleg, Sembilan Warga Diminta Pindah Rumah

Pemilu baru saja digelar. Hasilnya pun sementara dalam proses penghitungan. Tetapi eksesnya sudah terlihat secara kasat mata. Sejumlah caleg kini meradang. Perbuatan mereka pun kadang melampaui batas manusiawi.
Tribun Timur, Rabu (15/4), memberitakan, sembilan warga yang selama ini menyewa lahan untuk membangun rumah di Lingkungan Cempae, Kelurahan Watang Soreang, Kecamatan Soreang, Kota Parepare, diminta pindah oleh pemilik tanah, Selasa (14/4).
Mereka terdiri atas lima warga RT I-RW V yaitu Bur (50), Lewa (30), Hamzah (30), Ahmad (35), dan Damis (48). Empat lainnya adalah warga RT I-RW Bulonipong, Eko (35), Cengmi (30), Dahlan (70), dan Bidayani (30).
Informasi dari masyarakat setempat, seperti Ketua RT I-RW V Cempae, Asri, menyebutkan, pemilik lahan adalah Abu Nawar yang disebut-sebut sebagai tim sukses caleg PKS untuk DPRD Parepare di Dapil Kecamatan Soreang, Nur Aida Burairah.
Menurutnya, pindahnya kesembilan warga itu terkait Pemilu Legislatif 2009, 9 April lalu. Selama ini, mereka menyewa dengan harga murah, hanya Rp 150 ribu per tahun.
"Penyebabnya seputar pemilihan caleg, pak. Mungkin gara-gara mereka diketahui memilih caleg partai lain, bukan dari PKS," sebuat Ketua RT I-RW V Cempae, Asri, yang menyaksikan warga itu membongkar rumahnya.
"Sekarang mereka belum memiliki lokasi untuk tempat tinggal yang baru. Untuk sementara, mungkin mereka menumpang di rumah keluarganya di sekitar Cempae," kata Aris, yang mengaku telah menyampaikan ke kelurahan mengenai masalah ini.
Asri mengisahkan, pascapemilu, ada beberapa tim pemenangan caleg mendatangi warganya. Mereka meminta kembali barang yang pernah diberikannya, karena warga itu tidak mencontreng calegnya.
"Seperti sarung atau ambal, diminta dicuci kembali untuk dikembalikan," katanya.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Minggu, 12 April 2009

Kalah, Caleg Tutup Jalan

Jalan sepanjang 300 meter yang biasanya digunakan warga melakukan aktivitas tiba-tiba terganggu. Seorang tokoh masyarakat setempat yang mengklaim jalan tersebut dibuat di atas tanah milik leluhurnya kesal bin kecewa gara-gara warga setempat tidak mencontreng namanya saat pemilihan. Makanya, om caleg jangan merasa sudah jadi tokoh.
Calon anggota legislatif (caleg) untuk DPRD Bulukumba dari Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), Andi Langade, menutup Jalan Andi Mappatunru di Kampung Biroro, Kelurahan Tanete, Kecamatan Bulukumpa, Minggu (12/4) siang.

Musababnya, caleg nomor urut satu PPDI di dapil dua ini merasa kecewa karena tidak memenangkan perebutan suara di Biroro yang merupakan kampungnya sendiri.
Bersama 300-an pendukungnya dari berbagai desa di daerah pemilihan dua, meliputi Kecamatan Bulukumpa dan Rilau Ale, Langade menutup jalan dengan memalangkan balok dan batu serta mobilnya di tengah jalan di tiga titik jalan sepanjang 300 meter di kampung ini.
"Saya sangat kecewa terhadap warga kampung ini karena lebih memilih caleg lain. Mestinya saya yang menang di kampung ini, bukan caleg dari kampung lain. Saya akan membongkar aspal ini dan membuat sawah," ujarnya kepada wartawan.
Saat mengatakan rencananya untuk membongkar aspal tersebut, Langade yang dikenal sebagai salah satu tokoh masyarakat di Kampung Biroro, telah memerintahkan beberapa pendukungnya untuk mencari dan menyewa alat berat untuk membongkar aspal tersebut.
Pria paruh baya ini juga berencana membuat tembok dari beton di tengah jalan tersebut agar tidak bisa dilalui kendaraan. Dari sekitar tiga kilmeter jalan tersebut, 300 meter di antaranya diklaim sebagai tanahnya.
Perolehan Suara
Di TPS Kampung Biroro, Langade hanya mendapat 28 suara. Padahal, kampung ini adalah basis keluarganya. Semula Langade sangat yakin memenangkan perolehan suara di kampung tersebut.
Kenyataannya, beberapa caleg lain yang tidak berasal dari Kampung Biroro malah mendapat suara dukungan lebih banyak.
Andi Langade menutup jalan tersebut, karena merasa tanah yang dibuat jalan sejak puluhan tahun lalu itu, adalah milik kakeknya bernama Karaeng Muhammad. Tanahnya itu ia banguni jalan atas inisiatifnya sendiri untuk memperlancar akses transportasi warga.
Ia kecewa karena ternyata warga termasuk beberapa keluarganya tidak membantunya pada pemilu ini. Jalan Andi Mappatunru menghubungkan sejumlah kampung di Kelurahan Tanete.
"Setiap tahun saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas tanah yang dibanguni jalan ini. Saya memiliki sertifikat atas tanah yang dibanguni jalan ini," ujarnya.
Akibat aksi tersebut, masyarakat terpaksa mencari jalan alternatif untuk bisa sampai ke rumahnya. Banyak warga yang mengeluhkan aksi ini. Namun, mereka tidak berani melakukan protes.
Belasan anggota Polsek Bulukumpa, termasuk Kapolsek M Amir yang datang ke lokasi berupaya membujuk Langade agar menghentikan aksinya. Namun, bujukan tersebut tidak dihiraukan. Aksi terus berlanjut di hadapan polisi.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Usai Ditikam, Jenazah Diarak di Pantai Losari

Ini bukan adegan dalam film tetapi peristiwanya benar-benar terjadi di Makassar. Jenazah seorang warga Makassar berusia 19 tahun yang tewas akibat enam kali tikaman diarak oleh keluarganya dari rumah sakit menuju rumah duka yang berjarak sekitar 300 meter. Kenapa bisa terjadi?
Koran Tribun Timur, Senin (13/4), memberitakan, jenazah Bayu (19) warga Mariso diarak oleh keluarganya dari RS Stella Maris menuju kediamannya di Jl Rajawali Makassar, setelah tewas dengan enam tikaman badik di Pantai Laguna Makassar, Minggu (12/4) dini hari.
Terjadinya penikaman yang berlangsung sekitar pukul 01.30 Wita ini, membuat pengunjung pantai Laguna gempar. Sebelum penikaman tersebut, terjadi aksi kejar-kejaran antara korban dan pelaku. "Seperti di film hollywood," kata Wawan, seorang penjaga kafe di Laguna.
Informasi yang berhasil dihimpun dari lapangan mengungkapkan, penikaman dipicu dendam pelaku terhadap tersangka. Beberapa jam sebelum insiden tersebut, Bayu sempat menempeleng, Iwan, adik Imran (18) yang juga termasuk pelaku penikaman.
Imran yang tidak menerima adiknya yang masih berusia 5 tahun itu ditempeleng, kemudian bermaksud membuat perhitungan dengan korban, kesempatan itupun digunakan oleh pelaku saat bertemu dengan korban di Pantai Laguna.
Meski korban sudah berusaha menghindar, akhirnya terkapar setelah ditikam enam kali tepat di pintu masuk pantai Laguna. Beberapa warga yang melihat kejadian tersebut, langsung melarikan korban ke RS Stella Maris, yang berjarak sekitar 300 meter dari kawasan hiburan malam di bibir pantai itu.
Tak lama setelah tiba di rumah sakit tersebut, korban pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga korban yang terlihat marah dengan kejadian tersebut, sontak mengambil keputusan untuk mengarak jenazah Bayu dari RS Stella Maris ke kediaman korban, meski mayat tersebut belum divisum.
Puluhan aparat kepolisian, baik dari Polsekta Mariso, Polresta Makassar Barat, dan Polwiltabes Makassar, pascakejadian tanpak melakukan ekstra pengamanan di sekitar TKP.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...