Jumat, 04 Desember 2009

Bupati Bulukumba Tampar Bawahannya


krshare.com

Rasanya semua orang bisa menjadi penguasa. Minimal menjadi penguasa atas diri sendiri. Tetapi menjadi pemimpin? Ini yang tidak semua orang bisa. Bahkan, terhadap diri sendiri pun kadang seseorang gagal mejadi pemimpin.
Ketika terbetik kabar bahwa Bupati Bulukumba Andi Sukri menampar bawahannya di depan umum gara-gara sang bupati diadang sekelompok warga saat dalam perjalanan dinas menuju salan satu di desa di wilayah kekuasaannya.
Menurut berita yang termuat di media Makassar, rasa kesal sang bupati dilampiaskan dengan cara menempeleng Kepala Satpol PP yang dianggapnya tak bisa menjalankan tugas dengan baik sehingga warga mengadangnya dalam suatu perjalanan dinas.
Penjelasan sang bupati atas tindakan (menempeleng bawahannya) itu dianggap sebagai bagian dari pembinaan seorang atasan terhadap bawahannya yang dia nilai tidak menjalankan tugas dengan baik.
Sebagai orang yang terlahir di Bulukumba, sangat kecewa membaca penjelasan itu karena tindakan itu menurut bukan bentuk pembinaan tetapi sebuah contoh buruk yang dipertontonkan terhadap rakyat.
Apakah itu juga cerminan kepemimpinan sang bupati dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan yang diembannya? Saya sangat kecewa, tanah tumpah darah saya memiliki pemimpin seperti itu.
Sang bupati seharusnya tak perlu menjatuhkan sanksi di depan umum. Aapalagi melakukan pemukulan terhadap bawahan yang dianggap bersalah. Apalagi saat pengadangan konon sang kepala satpol tak ada dalam iring-iringan mobil sang bupati.
Alangkah bijaknya jika sang bupati yang masih keturunan darah biru itu jika dia mencoba mengintrospeksi diri. Mencari tahu mengapa sekelompok warga yang nota bene adalah rakyatnya sendiri nekad mengadang dia dalam perjalanan dinas hanya sekadar BERDIALOG dengannya sebagai pemimpin?
Jika dia seorang pemimpin yang baik maka sejatinya dia berterima kasih kepada bawahannya karena perisitiwa itu telah membuka sebuah tabir bahwa betapa rakyatnya ternyata sangat jauh dari bupatinya sendiri.
Tetapi tak perlu disesali. Semuanya sudah terjadi. Semoga ini tidak menjadi sinyal yang ingin ditunjukkan sang pemimpin dalam kaitan Pilkada Bupati yang sudah menjelang.(rusdy embas).

Tidak ada komentar: