Senin, 21 Desember 2009

Mahasiswa-Kapolsek Rebutan Foto SBY

Gara-gara rebutan foto Presiden SBY dengan mahasiswa yang sedang unjuk rasa, Kapolsek Panakukang AKP Daryanto terjatuh dan berguling di jalan di depan Kampus Universitas 45 Makassar. Gambar SBY yang diperebutkan adalah foto resmi kenegaraan yang biasa dipajang di kantor pemerintahan dan instansi swasta.
Kapolsek tak luka. Namun beberapa bagian pakaian dinasnya kotor dan lecet. Mahasiswa, lawan rebutan kapolsek juga merasa tak bersalah, dan melanjutkan demonstrasi. Laiknya isu satu bulan terakhir, aksi jalanan mahasiswa perguruan tingi swasta ini menuntut presiden dan aparat hukum segera bersikap dan menuntaskan skandal Bank Century yang diduga melibatkan Wakil Presiden Boediono dan Menkeu Sri Mulyani ini.
Aksi unjuk rasa tersebut awalnya berawal damai, namun tiba-tiba menjadi ricuh saat demonstran yang mengatasnamakan dirinya Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi (Germak) akan membakar sejumlah foto.
Sejumlah polisi yang mengawal aksi ini, langsung bertindak saat demonstran mencoba membakar foto SBY dan Budiono. Kedua foto berhasil diselamatkan meski keduanya robek.
Dalam orasinya, para demonstran mengaku menyesalkan tindakan SBY yang tidak menon aktifkan Budiono dan Sri Mulyani. yang diduga dapat menghambat peroses pemeriksaan.
Selain berorasi, para demonstran juga menarik perhatian sejumlah pengguna jalan tersebut, dengan membakar sebuah ban bekas. Dan membakar bendeta Partai Demokrat.
Para demonstran akhirnya membubarkan aksinya setelah berorasi sekitar satu jam lamanya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Ketua Pilkades di Bulukumba Ditebas Parang

Kebebasan minta korban lagi. Soal keadilan dan rasa diabaikan, biasanya akan memancing seseorang semakin berani mengekspresikan rasa tidak puasnya. Soal risiko biasanya menjadi pertimbangan yang tidak terlalu penting seperti yang menimpa Ketua Pilkades Salemba, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba.
Tribun Timur, Selasa (22/12), memberitakan, Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Salemba, Kecamatan Ujung Loe, Bulukumba, Ibnu Umar (35) ditebas parang oleh Agung (30) sekitar pukul 07.00 wita, Senin (21/12) pagi, saat Ibnu yang juga guru di SDN Babana, Salemba, diparangi sesaat setelah tiba di sekolah tempatnya mengajar.
Ada yang menyebut, peristiwa tersebut merupakan buntut pemilihan kepala desa yang digelar 15 Oktober lalu. Pemilihan ini dimenangkan oleh Zainal Akbar. Dia mengalahkan delapan calon lainnya, yaitu Mattoreang, Abd Rahman, Suparman, Faisal, Akbar, A Roslan, Suliadi, dan A Makmur.
Agung adalah adik kandung Mattoreang. Sebelum peristiwa ini, Agung pernah memimpin demonstrasi memperotes hasil pemilihan yang dinilainya penuh kecurangan. Namun Pemkab Bulukumba tetap melantik Zainal.
Peristiwa ini terkait dengan Pilkades atau bukan tidak terlalu penting dipersoalkan. Yang menjadi tanda tanya adalah, mengapa banyak orang begitu mudahnya melakukan perbuatan yang sangat nekad seperti itu.
Jika benar korban ditebas parang gara-gara pilkades itu menjadi catatan tersendiri bagi pemerintah daerah setempat untuk melakukan perbaikan pelaksanaan pilkades di masa datang agar tidak ada lagi korban yang jatuh.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Pemilik Ruko Tewas Terbakar

Musibah bisa datang kapan saja dan menimpa siapa pun seperti musibah kebakaran yang terjadi di Kota Bulukumba, Minggu (20/12) dini hari. Dua rumah toko alias ruko terbakar yang menyebabkan pemiliknya tewas.
Sebagai kota yang terus tumbuh dan menjadi salah satu daerah yang menjadi titik pertumbuhan di selatan Makassar, Pemerintah Bulukumba seharusnya sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran di ruko-ruko sehingga akan lebih memudahkan penangannya jika terjadi musibah.
Membaca berita Tribun tentang musibah kebakaran tersebut sungguh membuat bulu kuduk saya merinding. Kebayang, betapa menderitanya sang pemilik rumah saat meregang nyawa. PAdahal, di sisi lain, petugas pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api yang mengamuk.
Mereka kewalahan dan terpaksa minta bantuan pemadam dari kabupaten tetangga yang jaraknya sekitar 30-an kilometer dari lokasi kejadian.
Kebakaran itu sudah terjadi dan telah mengambil korban harta dan nyawa. Tidak ada yang perlu disalahkan karena tak seorang pun berharap terjadi musibah.
Hanya saja, sebagai warga tak salah jika berharap kepada pengambil kebijakan di Bulukumba untuk memberi perhatian terhadap ketersediaan mobil pemadam atau mencari upaya lain untuk meminimalisir akibat jika terjadi musibah.
Tapi itu jangan hanya diucapkan sebagai janji saat kampanye Pilkada yang sudah menjelang tetapi dibuat dalam sebuah agenda yang benar-benar akan direalisasikan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Rabu, 16 Desember 2009

Hebohnya Ketua DPRD Bulukumba

Ketika Ketua DPRD Bulukumba Muttamar Mattotorang masuk Lembaga Pemasyarakatan Bulukumba karena kasus korupsi, mantan Ketua DPRD Bulukumba M Arif justru mulai bebas menghirup udara segara setelah menghuni "Hotel Prodeo" sekitar sembilan bulan lebih dengan kasus yang juga terkait dengan uang.
Inikah pertanda hukum sudah ditegakkan? Atau ini juga menjadi salah satu isyarat bagaimana sesungguhnya potret Ketua DPRD Bulukumba dan legislator setempat pada umumnya? Tidak mudah menjawabnya.
Tetapi fakta menunjukkan mereka sudah pernah menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan. Tempat yang secara khusus disiapkan untuk memasyarakatkan kembali mereka yang dianggap perlu dimasyarakatakan.
Sebagai warga biasa sedih juga membaca berita tentang mereka. Sedih karena mereka seharusnya menjadi panutan rakyat. Ini terkait dengan status sebagai anggota legislatif yang tentu saja dipilih oleh rakyat.
Fakta tak terbantahkan ini tentu saja akan menjadi catatan bagi rakyat dan akan menjadi jejak rekam yang bersangkutan. Masihkah layakkah mereka menyandang status sebagai wakil rakyat?
Hanya waktu yang akan menjawabnya. Pemilu masih cukup lama. Rakyat masih lupa karena lebih banyak dibebani bagaimana memenuhi kebutuhan.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Minggu, 06 Desember 2009

Perwira Polisi Aniaya Warga Pannampu

PulsaSuper.Com
Sikap ringan tangan memang lebih banyak diperagakan oleh pemegang kekuasaan. Apalagi sang pemegang kekuasaan itu berhadapan dengan rakyat jelata. Rakyat yang hanya bisa menerima perlakuan tanpa mampu melakukan perlawanan secara fisik seperti yang dialami seorang warga Kelurahan Pannampu di Makassar.
Berita yang dilansir Tribun Timur, Senin (7/12), yang menyebut seorang perwira polisi menganiaya warga membuat saya tersentak. Seorang perwira polisi berpangkat AKP menganiaya seorang warga.
Akibat penyaniayaan tersebut, korban berusia 43 tahun bernama H Arise itu melaporkan perisitiwa yang dialaminya ke Propam Polda Sulselbar. Usai dianiaya kondisi H Asrie dikabarkan babak belur akibat dipukul dan ditendang berulang kali oleh Psang perwira.
Padahal penyebab penganiayaan itu kabarnya hanay dipicu soal parkir. H Asrie yang sehari-hari berdagang di Pasar Panampu memarkir mobilnya tidak jauh dari rumah sangat sang perwira polisi menyebabkan mobil sang polisi tidak bisa keluar rumah.
Korban mengaku, tiba-tiba didatangi oknum polisi itu dan langsung memukul dan menendang berulang kali.
"Saya kaget, Pak. Tiba-tiba dia datang dan marah serta langsung memukul dan menendang saya berulang kali. Saya seperti hewan saja," ujar korban seperti dilansir Tribun Timur.
Saya tidak habis pikir mengapa begitu mudahnya sebagian saudara kita berlaku kejam cenderung sadis terhadap sesama bangsa sendiri. Bukankah jauh lebih bijaksana jika sang perwira itu ngomong baik-baik dengan korban jika memang jalannya terganggu gara-gara mobil korban?
Tidak mudah memang mengendalikan diri saat sedang emosi. Tetapi sesungguhnya saat seperti itulah sejatinya seseorang bisa menunjukkan ketinggian derajat manusia yang disandangnya.
Saya hanya bisa berucap Subhanallah. Semoga Allah memberi petunjuk kepada hambaNYA yang terlanjur berbuat zalim dan memberi kesabaran kepada hamba-NYA yang teraniaya.(rusdy embas)
Selengkapnya...

Jumat, 04 Desember 2009

Bupati Bulukumba Tampar Bawahannya


krshare.com

Rasanya semua orang bisa menjadi penguasa. Minimal menjadi penguasa atas diri sendiri. Tetapi menjadi pemimpin? Ini yang tidak semua orang bisa. Bahkan, terhadap diri sendiri pun kadang seseorang gagal mejadi pemimpin.
Ketika terbetik kabar bahwa Bupati Bulukumba Andi Sukri menampar bawahannya di depan umum gara-gara sang bupati diadang sekelompok warga saat dalam perjalanan dinas menuju salan satu di desa di wilayah kekuasaannya.
Menurut berita yang termuat di media Makassar, rasa kesal sang bupati dilampiaskan dengan cara menempeleng Kepala Satpol PP yang dianggapnya tak bisa menjalankan tugas dengan baik sehingga warga mengadangnya dalam suatu perjalanan dinas.
Penjelasan sang bupati atas tindakan (menempeleng bawahannya) itu dianggap sebagai bagian dari pembinaan seorang atasan terhadap bawahannya yang dia nilai tidak menjalankan tugas dengan baik.
Sebagai orang yang terlahir di Bulukumba, sangat kecewa membaca penjelasan itu karena tindakan itu menurut bukan bentuk pembinaan tetapi sebuah contoh buruk yang dipertontonkan terhadap rakyat.
Apakah itu juga cerminan kepemimpinan sang bupati dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan yang diembannya? Saya sangat kecewa, tanah tumpah darah saya memiliki pemimpin seperti itu.
Sang bupati seharusnya tak perlu menjatuhkan sanksi di depan umum. Aapalagi melakukan pemukulan terhadap bawahan yang dianggap bersalah. Apalagi saat pengadangan konon sang kepala satpol tak ada dalam iring-iringan mobil sang bupati.
Alangkah bijaknya jika sang bupati yang masih keturunan darah biru itu jika dia mencoba mengintrospeksi diri. Mencari tahu mengapa sekelompok warga yang nota bene adalah rakyatnya sendiri nekad mengadang dia dalam perjalanan dinas hanya sekadar BERDIALOG dengannya sebagai pemimpin?
Jika dia seorang pemimpin yang baik maka sejatinya dia berterima kasih kepada bawahannya karena perisitiwa itu telah membuka sebuah tabir bahwa betapa rakyatnya ternyata sangat jauh dari bupatinya sendiri.
Tetapi tak perlu disesali. Semuanya sudah terjadi. Semoga ini tidak menjadi sinyal yang ingin ditunjukkan sang pemimpin dalam kaitan Pilkada Bupati yang sudah menjelang.(rusdy embas).
Selengkapnya...