Rabu, 26 November 2008

Kabid Dispora Dirampok, Duit Rp 100 Juta Raib




Hati-hati membawa uang banyak. Ini peringatan bagi mereka yang sering dipercaya mencairkan dana untuk kebutuhan sebuah organisasi agar tidak bertindak sembrono. Sebab kalau salah bisa berakibat fatal seperti yang dialami Kabid Dispora Makassar.

Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Pemerintah Kota Makassar M Basri mengalami nasib apes. Uang tunai senilai Rp 100 juta yang baru saja ia tarik dari Bank Sulsel dan ditaruh di mobilnya dirampok, Selasa (25/11) sekitar pukul 14.00 wita.
Padahal dana tersebut akan digunakan korban membayar biaya kegiatan kewirausahaan pemuda, 2-9 Desember 2008 di Hotel Singgasana. Kegiatan ini merupakan agenda Dispora Makassar.
Perampok diduga mengendarai mobil Toyota Kuda warna perak. Saat itu mobil Suzuki Escudo DD 111 RG milik korban sedang diparkir di depan rumah rekannya, Sunardi, di Kompleks Hartaco 2B, Jl Dg Tata, Makassar.
Hanya berselang sekitar 10 menit saat korban berada di rumah rekannya, beberapa warga berteriak menanyakan siapa pemilik mobil yang kaca jendelanya pecah. Mendengar hal itu, Basri yang juga mantan Wakil Ketua KNPI Sulawesi Selatan bergegas ke luar rumah mendekati mobilnya.
Benar. Kaca jendela mobilnya bagian samping kanan pecah. Uang tunai senilai Rp 100 juta yang dibungkus kantong plastik hitam yang disimpan dalam mobil raib. Diduga pelaku membuka pintu mobil yang terkunci itu setelah kaca jendela itu dipecahkan.
Saat melihat kaca mobilnya pecah dan mengetahui kantong plastik berisi uangnya itu raib, Basri hampir tak sadarkan diri.
"Jangan-jangan pelakunya mengikuti saya sejak dari Bank Sulsel di Jl Ratulangi. Saya memang sebelumnya ambil uang dari Bank Sulsel sebelum saya ke rumah teman di Hartaco," tutur Basri seperti dilansir Tribun Timur, Rabu (26/11).
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa ini. Kenapa uang sebanyak itu tidak dibawa ke kantor dulu. Apalagi jarak antara Balaikota dengan Bank Sulsel tempat uang itu dicairkan lebih dekat dengan rumah teman korban.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Warga Perumahan Bentrok dengan Mahasiswa

Gara-gara dihadang seusai bertamu di rumah teman wanitanya di sebuah kompleks perumahan, seorang mahasiswa mengajak rekan-rekannya untuk mendatangi kelompok pemuda yang telah menghadangnya.
Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) terlibat bentrok dengan puluhan warga Kompleks Perumahan Pemda, Jl Mappala, Makassar, Senin (24/11) tengah malam. Akibatnya seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi UNM bernama Roby (17) mengalami luka di pelipis kirinya.
Polisi kemudian menetapkan lima tersangka dalam bentrokan tersebut. Terdiri empat orang dari kubu warga yakni Unang, Anto, Didi, M Adil dan seorang dari kubu mahasiswa berinisial Ar. Hingga tadi malam, kelimanya masih mendekam di bilik jeruji besi Markas Polresta Rappocini.

Kepala Unit Reskrim Polsekta Rappocini Iptu Edwar yang dikutip Tribun Timur, Rabu (26/11), menceritakan, bentrokan itu bermula saat Roby baru saja pulang dari rumah rekan wanitanya, Ila, di Kompleks Perumahan Pemda. Saat korban dihadang sejumlah pemuda di lorong, tak jauh rumah rekan wanitanya. Tanpa banyak tanya, Roby kemudian dipukul oleh beberapa pemuda. Diduga pemuda itu sedang mabuk. Karena tak bisa melawan, korban kemudian lari menghindari pengeroyokan.
Namun tak berapa lama kemudian, Roby yang diketahui bermukim di Jl Mallengkeri, kembali datang di lokasi kejadian. Kali Roby datang bersama beberapa rekannya dengan mengendarai sepeda motor. Mereka pun terlibat bentrok dengan belasan pemuda yang sempat menghadangnya.
"Beberapa pemuda itu ada yang terlihat membawa parang. Sedangkan dari kubu mahasiswa ada yang membawa kunci inggris," ungkap Edwar, kemarin.
Perkelahian baru reda setelah aparat dari Polsekta Rappocini tiba di lokasi dan langsung mengamankan beberapa orang yang terlibat bentrok.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Bahas Pupuk, Hanya Dihadiri 19 Anggota DPRD

Permasalahan rakyat memang kadang kurang menarik. Tak heran jika pada rapat yang secara khusus membahas kelangkaan pupuk di Gedung DPRD Sulsel anggota dewan yang hadir hanya bisa dihitung sebelah jari.
Sedikitnya tiga anggota Komisi II DPRD Sulsel ngacir saat mereka menggelar rapat kerja (raker) membahas kelangkaan pupuk bersama dinas pertanian tanaman pangan dan holtikultura di Gedung DPRD, Makassar, Selasa (25/11).
Rapat dipimpin Ketua Komisi II Ambas Syam. Hingga rapat usai, hanya lima legislator yang tetap bertahan sedangkan tiga anggota dewan, Ajeip Padindang (Golkar), Yusran Paris (PAN), dan Akmal Pasluddin satu per satu meninggalkan ruangan.
"Saya fokus menyimak materi rapat sehingga tidak memperhatikan kalau teman-teman yang keluar," kata Ambas seperti dikutip Tribun Timur, Rabu (26/11).
Saat dikonfirmasi minimnya legislator di akhir rapat, Ambas menyebut mereka meninggalkan ruangan karena pada saat bersamaan digelar rapat fraksi.
Rapat kerja penting ini dihadiri Kadis Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura, Luthfi Halide, hadir mewakil Gubernur Syahrul Yasin Limpo.
Awalnya, rapat komisi bidang ekonomi dan keuangan ini hanya dihadiri delapan dari 19 anggota komisi. Mereka yang hadir adalah Ambas, Yunus Baso (PDIP), Chaerul Tallu Rahim (Golkar), Arfandy Idris (Golkar), Akmal, Dahlan Maulana (Golkar), Radjagaoe A Basir (PDK), dan Andi Mustaman (PDK). Anggota komisi lainnya absen dengan alasan beragam. Tiga di antaranya sedang melaksnakan ibadah haji.
Materi rapat membahas kelangkaan pupuk di tingkat petani. Dari kalangan eksekutif hadir dinas pertanian, dinas perkebunan, dinas perikanan dan kelautan, badan ketahanan pangan, dinas perindustrian dan perdagangan.
Perwakilan produsen pupuk bersubsidi seperti PT Petro Kimia Gesik, PT Pupuk Kaltim, dan pimpinan PT Pupuk Sriwijaya juga hadir. Peserta raker lainnya adalah pengurus organisasi Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sulsel.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Senin, 24 November 2008

Rujab Bupati Bone Diteror Bom



Reformasi memberi kebebasan warga negeri ini untuk mengekspresikan isi hati dan pikirannnya. Perbuatan yang selama zaman Orde Baru dianggap tabu dan haram dilakukan kini sudah menjadi pemandangan rutin. Liat saja di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Rumah Jabatan Bupatinya diteror bom.
Rumah jabatan Bupati Bone AM Idris Galigo yang terletak di Jl Petta Ponggawae Kota Watampone, menjadi sasaran diteror bom. Sekitar pukul 16.30 wita seorang penelepon bersuara pria memberi tahu bahwa ada bom yang telah diletakkannya di pos penjagaan dan siap untuk diledakkan. Usai memberi peringatan si penelpon langsung mematikan teleponnya.
Hermanto, anggota Satpol PP Bone yang menerima telepon tersebut kemudian menelepon balik karena tiap nomor yang masuk ke telepon rujab dapat dilihat di monitor dan terdaftar. Telepon kemudian tersambung dan diangkat. Namun, penerima telepon mengaku tidak pernah menghubungi nomor rujab.
Pria tersebut mengaku tinggal di Kabupaten Maros belakang Terminal Maros dan mengaku bernama Erwin. Usai menjelaskan identitasnya, pria tersebut menutup teleponnya dan ketika Hermanto menghubungi kembali sudah dalam keadaan tidak aktif. Anggota Satpol PP yang lain kemudian menghubungi salah seorang anggota Unit Buser Polres Bone yang langsung datang menyisir area rujab.
Unit Buser kemudian meminta bantuan jajaran Polres Bone yang lain. Kapolres Bone AKBP Zarialdi didampingi Kasat Reskrim AKP M Yusuf kemudian tiba di rujab dan meminta anak buahnya melakukan penyisiran. Selama dua jam penyisiran, tidak ditemukan benda berbahaya yang menyerupai bom.
"Kami akan berkoordinasi dengan Telkomsel karena nomor yang dipakai pelaku adalah dari operator tersebut. Yang jelas kami akan terus melakukan penyelidikan," kata Yusuf seperti dilansir Tribun Timur, Selasa (25/11).
Sekitar pukul 21.00 wita, anggota jihandak Brimob Kompi C Watampone kemudian melakukan penyisiran setelah terlebih dahulu, area disterilkan. Selain anggota jihandak, diminta yang tidak berkepentingan agar berada di luar kawasan rujab yang akan disisir. Selama satu jam penyisiran, petugas juga tidak menemukan adanya tanda-tanda keberadaan bahan peledak.
Saat ini AM Idris Galigo sedang menunaikan ibadah haji. Saat kejadian, hanya ada beberapa anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam rujab. Tidak terjadi kepanikan pada penghuni rumah. Hingga saat ini polisi masih berjaga-jaga di sekitar rujab. Ruas jalan yang berada di depan rujab ditutup dan kendaraan yang tidak berkepentingan dilarang melintas.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

17 Anggota DPRD Maros Terancam Jadi Tersangka

Rakyat mestinya berhato-hati memilih calon legislatif. Pengalaman menunjukkan banyak anggota legislatif yang ternyata tidak bekerja untuk rakyat tetapi bekerja untuk memperkaya diri sendiri. Tak heran jika banyak anggota yang terseret kasus korupsi dan kini menunggu giliran untuk digiring ke sel.
Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Maros, Nurzal Pewadjoi, membuat pengakuan tertulis yang membeberkan keterlibatan 17 anggota DPRD setempat dalam kasus pengadaan tiga unit mobil dinas (mobdin) yang menyeretnya sebagai tersangka kasus korupsi.
Di dalam surat yang diketik dengan komputer sebanyak dalam dua lembar yang berisi empat halaman, Nurzal menyebut Wakil Ketua DPRD Andi Fachry Makkasau (Golkar) dan Wakil Ketua DPRD dari PAN, Hatta Rahman, ikut mengetahui pengadaan mobil tersebut.
Terdapat 16 anggota panitia anggaran di DPRD Maros menyetujui pengadaan tersebut pada tahun 2004-2005, termasuk putri Bupati Maros Andi Nadjamuddin Aminullah, Andi Emma.
Surat tersebut disampaikan kepada Tribun, Senin (24/11). Kabarnya, surat tersebut juga disampaikan kepada sejumlah anggota DPRD setempat dan kepada penyidik Kejaksaan Tinggi Sulselbar di Makassar.
"Setelah menjalani pemeriksaan, sekwan membuat catatan kronologis tiga kendaraan dinas (randis) DPRD Maros untuk diserahkan kepada Kejati Sulselbar," begitu kalimat pada surat tersebut.
Dalam surat tersebut, Nurzal yang kini ditahan di Rutan Klas I Makassar mengakui pengadaan tiga unit mobil Nissan tersebut tidak sesuai prosedur.
"Jika ditelusuri kronologis dari tanggal ke tanggal, maka proses pembayaran, secara jujur saya mengakui jika proses pengadaan kendaraan tersebut tidak sesuai prosedur," katanya dalam pernyataan tersebut.
Dalam surat tersebut, Nurzal yang ditahan sejak 12 November lalu juga menuliskan kronologis proses pengadaan mobil itu terjadi.
Menurutnya, pengadaan bermula pada 24 Desember 2004.
Saat itu, Wakil Ketua DPRD Maros Andi Fahry Makkasau dinatarkan mobil Nissan oleh anggota panitia anggaran, Arfan Abdullah alias Andi Opang.
Opang dan Fahry kemudian disebut-sebut akan ditetapkan sebagai tersangkan oleh Kejaksaan Tinggi Sulselbara dalam kasus yang sama.
Selanjutnya, pada 27 Desember 2004, Fahry menggunakan kendaraan tersebut ke sekretariat DPRD. Pada 10 Januari 2005, kembali didatangkan dua unit Nissan yang diperuntukkan untuk ketua DPRD Maros Burhanuddin dan Wakil Ketua DPRD Maros Hatta Rahman.
Beberapa hari kemudian, setelah kedatangan mobil tersebut, Fahry bersama Opang memperkenalkan Faizal kepada Nurzal sebagai rekanan yang telah mengadakan tiga mobil.
Seminggu kemudian, Hatta mengganti mobil tersebut dengan Mitsubishi Grandis. Tidak cukup sepekan, mobil tersebut kemudian diganti lagi dengan Toyota Kijang Innova.
Selanjutnya, dalam buku inventaris sekretariat DPRD tercatat ada empat kendaraan dinas. Pertama, Nissan Terano Kingroad G 2, nomor polisi DD 2 DD yang kini digunakan Ketua DPRD Maros. Kedua, Kijang Innova XW 2.700 CC nomor polisi DD 551 D. Saat ini nopolnya sudah terganti dan digunakan Hatta.
Ketiga, Nissan Terrano DD 157 D. Sampai saat ini, BPKB kendaraan belum diserahkan ke sekretariat dewan padahal sesuai tanda terima pada diler, BPKB telah diserahkan pada Faizal pada 27 Desember 2004. Namun hingga tahun ini mobil tersebut belum pernah mengganti STNK.
Keempat adalah mobil Nissan Terrano DD 4 D. Mobil tersebut sekarang dipinjam pakaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri Maros.
Nurzal mengatakan bila identitas mobil Mitsubishi Grandis tidak pernah disampaikan secara resmi kepadanya. Untuk mengakomodasi pengadaan kendaraan tersebut dalam APBD 2005, maka sekretariat membuat rencana anggaran satuan kerja (RASK) dan mengusulkan pengadaan kendaraan sebanyak tiga unit.
Ketiganya mobil Nissan Terano sebesar Rp 1.032.675.000.
Selanjutnya, 7 Maret 2005, ketua DPRD menyetujui pembayaran dengan panjar sebelum APBD ditetapkan dengan pertimbangan rekanan mendesak.
Pada tanggal yang sama, Kabag Keuangan Syamsul Fahry menerbitkan surat permintaan pembayaran barang. Pada proses pembahasan RAPBD yang selanjutnya disahkan menjadi APBD TA 2005 ternyata nilainya menjadi Rp sudah menjadi Rp 1.070.000.000.
Lalu pada 3 Maret 2005 dikeluarkan persetujuan pembayaran panjar.
Atas dasar surat tersebut, kas daerah membayar ke rekanan CV Bina Kale yang merupakan perusahaan yang digunakan Faisal.
Oleh pihak Bawasda Provinsi Sulsel ditemukan adanya kelebihan pembelian Rp 412.000.000. Dalam pernyataannya, Faisal sempat mengatakan akan mengembalikan kelebihan tersebut pada negara. Faisal masih menjadi buronan.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Gara-gara Tapal Batas, Nyawa Melayang

Di era yang serba sulit ini, nyawa kadang menjadi sangat murah. Seperti insiden yang terjadi perbatasan Kabupaten Gowa-Kabupaten Takalar, sekitar 30 kilometer selatan Kota Makassar. Bentrok warga ini menyebabkan tiga orang tewas.
Gara-gara memperebutkan lahan di tapal batas, tiga orang terpaksa melayang nyawanya menyusul bentrokan antar-warga yang memperebutkan lahan seluas 1,45 hektare di perbatasan Kabupaten Gowa dengan Takalar, Minggu (23/11).
Bentrokan melibatkan warga Dusun Bilampang, Desa Tanakaraeng, Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa dengan warga Dusun Jene Tallasa, Desa Toata, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
Salah satu korban yang tewas adalah adalah Kepala Dusun Jene Tallasa, Takalar, Daeng Nompo (45). Sedangkan dua korban tewas lainnya adalah warga Gowa, Saharudin Daeng Lawa' (45) dan Daeng Rahim (60) yang juga mertua Saharudin.
Satu orang korban lainnya, Baharudin Daeng Nompo (41), saudara Haerudin, dilarikan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassat, karena mengalami luka parah. Hingga tadi malam, korban masih dalam keadaan kritis dan menjalani operasi di RSU Wahidin.
Bentrokan juga menyebabkan satu rumah warga di wilayah Gowa dibakar oleh kelompok warga dari wilayah Takalar yang menyerang desa bertetangga tersebut.
Rumah yang terbakar adalah milik Mamak Daeng Pasang (45). Rumah terbuat dari kayu tersebut habis terbakar dan hanya menyisakan atap seng saja.
Mamak diamankan ke Mapolres Gowa. Dia dimintai keterangan karena diduga sebagai pelaku pembunuhan Dg Nompo.
Untuk meredakan ketegangan, aparat kepolisian dari Polresta Gowa dan Polres Takalar dikerahkan ke lokasi untuk meredam ketegangan.
"Kita sementara tempatkan 15 polisi di sekitar rumah duka. Situasi sudah bisa dikendalikan. Tim masih melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah saksi," kata Kapolresta Gowa AKBP Raden Purwadi seperti dikutip Tribun Timur, Senin(24/11).
Informasi yang dihimpun menyebutkan, kejadian berawal saat salah satu kelompok bermaksud menanam jagung di lahan tersebut. Namun kejadian tersebut memancing amarah kelompok lain. Kedua pihak tidak mau mengalah dan akhirnya terjadilah persitiwa berdarah tersebut.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Sabtu, 22 November 2008

Bersih-bersih Preman di Makassar

Aparat kepolisian di Makassar terus membersihkan preman yang sering mengganggu ketenangan warga Makassar. Baik di mal maupun tempat-tempat strategis yang sering dikunjungi warga.
Kepolisian Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Makassar berhasil menciduk 33 preman yang sehari-hari berpangkalan di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Jumat (21/11), dalam operasi bertajuk Operasi Cipta Kondisi yang dipimpin Kapolresta KPPP AKBP Sri Rejeki.
Sebelum ditangkap sejumlah preman terlibat aksi saling kejar-kejaran dengan aparat kepolisian.
Selain preman pihak kepolisian juga menahan penjual asongan yang selama ini naik ke kapal menggelar tikar dan memaksa penumpang kapal membeli tikar mereka.
"Biasanya mereka membawa tikar ke atas kapal kemudian memaksa penumpang yang tidak memiliki tempat untuk membeli tikar mereka," kata Sri seperti dikutip Tribun Timur, Sabtu (22/11).
Hingga saat ini jajaran Kepolisian Wilayah Kota Besar Makassar gencar melakukan Operasi Cipta Kondisi dan berhasil mengamankan 264 preman dan 3.923 botol minuman keras dari berbagai merek.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Jumat, 21 November 2008

TNI-Polisi Duel di Rumah Sakit


krshare.com
Satu lagi pertunjukan adu otot gratis yang dipertontonkan oknum anggota TNI dan oknum polisi. Atraksi tak layak ini terjadi, Kamis (21/11), di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo. Kota ini terletak sekitar 390 kilometer arah timur Kota Makassar. Kenapa oknum polisi dan tentara itu duel?
Anggota Polri yang bertugas di Polwiltabes Makassar, Briptu Ahsan, berduel dengan anggota anggota TNI AD yang bertugas di Kodim 1403/Sawerigading, Praka Marzuki. Penyebabnya sebenarnya sederhana saja. Bahkan menurut bahasa awam hanya salah paham. Tetapi aparat keamanan ini selalu saja salah paham?
Menurut keterangan sejumlah saksi, seperti dikutip Tribun Timur, Jumat (21/11), perkelahian dua aparat keamanan tersebut berawal saat Ahsan bermaksud membesuk anaknya yang dirawat di RS tersebut sekitar pukul 08.45 Wita. Namun di pintu masuk, Ahsan dicegat petugas satpam dengan alasan pasien belum bisa dibesuk sebelum pukul 10.00 Wita.
Merasa dihalangi, Ahsan yang emosi mencabut dan mengancam satpam tersebut. Marzuki yang menyaksikan kejadian tersebut langsung bereaksi dengn merebut pistol Ahsan untuk diamankan.
Ahsan tak terima dengan upaya Marzuki tersebut terjadi adu mulut dan berujung pada adu fisik. Perkelahian tersebut baru berhenti setelah sejumlah pengunjung di RS tersebut turun melerai.
Beberapa warga kemudian melaporkan kekadian tersebut ke Polres Palopo dan pos Sub Detasemen Polisi Militer (Denpom) Kota Palopo.
Petugas polisi militer kemudian menjemput Marzuki untuk dimintai keterangan. Sedangkan Ahsan diamankan oleh petugas provos Polres Palopo. Keduanya masih menjalani pemeriksaam intensif hingga tadi malam.
Kapan ya… polisi dan tentara berhenti salah paham?(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Kamis, 20 November 2008

Mahasiswa Makassar Bentrok Lagi




Bentrok antar sesama mahasiswa sepertinya sudah menjadi tren di Makassar. Saling serang di antara mereka seolah menjadi mata kuliah rutin yang tak boleh dilewatkan. Saking gemarnya berantem dan melihat teman sendiri tergeletak bergelimang darah, maka jangan heran jika banyak senjata tajam yang menjadi koleksi mahasiswa yang tersimpan di dalam kampus. Papporo, anak panah dan senjata rakitan lainnya sudah bukan barang aneh lagi bagi mahasiswa yang merasa diri hebat ini.
Bentrok antarsesama mahasiswa Universitas 45 Makassar terjadi lagi, Rabu (19/11). Saling serang itu melibatkan mahasiswa dari fakultas hukum dan teknik di universitas yang didirikan salah satu tokoh Sulsel, Andi Sose. Akibatnya, Ersal, mahasiswa Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 45 angkatan 2008 dilaporkan kritis.
Ersal mengalami luka cukup serius. Di tubuhnya, ada empat luka yang diduga kuat karena terkena tikaman. Korban sekarang dirawat di RS Ibnu Sina, samping Kampus Universitas 45 Makassar.
Bentrokan baru bisa diredakan setelah puluhan polisi dari Polresta Makassar Timur yang di-back-up Polwiltabes Makassar tiba di lokasi kejadian. Sejumlah barang bukti seperti parang, anak panah, ketapel, kayu, dan puluhan botol minuman keras berbagai merek ditemukan polisi di beberapa lokasi dalam kampus tersebut.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas 45 Makassar Natsir Abduh yang dikutip Tribun Timur (Kamis, 20/11) mengatakan, bentrokan berawal dengan aksi penutupan pintu gerbang kampus yang dilakukan mahasiswa fakultas teknik sebagai protes atas keputusan Senat Universitas 45 yang memecat dua mahasiswa. Salah seorang di antaranya adalah Amri, mahasiswa fakultas teknik yang berdasarkan hasil investigasi internal univeritas, Amri diketahui sebagai pelaku pemarangan terhadap seorang mahasiswa fakultas hukum saat insiden pertama yang terjadi, 3 November 2008 lalu. Insiden ini juga melibatkan mahasiswa dari fakultas teknik melawan fakultas hukum.
Seorang mahasiswa fakultas hukum, bernama Imran, juga ikut dipecat.
Kesalahannya karena dianggap sebagai pemicu insiden pertama.
Imran juga sudah tiga semester tidak terdaftar sebagai mahasiswa fakultas hukum.
Namun pemecetan itu tidak mendapat protes dari mahasiswa fakultas hukum. Hanya mahasiswa fakultas teknik yang tak puas.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Selasa, 18 November 2008

Siswa Pukul Gurunya


krshare.com
Guru kencing berdiri, murid kencingi guru. Ini mungkin bisa menjadi ungkapan lain untuk menggambarkan betapa perilaku siswa terhadap gurunya sudah melewati jauh di atas ambang batas kesopanan. Jangan kaget, peristiwa tidak selayaknya itu terjadi di Bulukumba sana, sebuah kabupaten yang terletak sekitar 150 kilometer selatan Makassar.
Polres Bulukumba mengamankan tujuh siswa SMAN 2 Bulukumba. Siswa yang duduk di kelas tiga itu dilaporkan telah memukul gurunya, Mudasir di sekolah. Mereka dijemput setelah polisi menerima laporan Mudasir, sang guru yang mengaku dipukul.
Dalam keterangannya kepada polisi, Mudasir mengaku dipukul oleh siswanya bernama Faisal (17) saat menegur supaya merapikan baju sebelum mengikuti upacara bendera.
Merasa peringatannya tidak digubris, Mudasir mencubit perut Faisal dan dibalas pukulan oleh Faisal. Melihat kejadian ini, lanjut Mudasir, enam siswa lainnya, ikut membantu Faisal memukuli sang guru.
Akibatnya, kening sebelah kanan Mudasir mengalami memar setelah dipukul. Di hadapan polisi, enam siswa rekan Faisal membantah ikut memukul Mudasir. Mereka mengaku hanya melerai saat Mudasir dan Faisal terlibat perselisahan. Sementara Faisal mengatakan bahwa ia memukul Mudasir karena spontanitas.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Guru SMP Jadi Buronan Polisi

Seorang guru SMP Negeri di Makassar menjadi buron Polsekta Tamalate. Ini berita unik karena yang menjadi buronan polisi adalah pendidik. Tetapi buron yang satu ini dicari polisi bukan karena profesinya sebagai guru tetapi lantaran perbuatannya yang tentu saja tak layak dipelajari siswanya.
Ibu guru yang diidentifikasi berinisial Ri itu menjadi buron saat berhasil meloloskan diri dari sergapan polisi saat digrebek ketika sedang berjudi di sebuah tempat di Makassar. Sang Ibu guru kabur bersama dua rekannya sesama pemain judi.
Sedangkan tiga rekannya bermain judi (goccang-goccang) dengan menggunakan kartu remi lainnya mengalami nasib apes. Mereka ditangkap aparat Polsekta Tamalate.
Kapolsekta Tamalate AKP Ahmad Mariadi yang dikutip Tribun, Selasa (18/11), mengatakan meski tergolong kecil, tetapi perjudian tersebut sempat meresahkan warga sekitar. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa pengaduan masyarakat yang dimuat di beberapa media.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Bentrokan di KPU Sidrap

Slogan siap kalah siap menang yang diusung para kandidat bupati/ wali kota ternyata slogan kosong. Tengoklah rangkaian kekerasan yang terjadi pasca pilkada di daerah ini. Dan itu umumnya dilakukan pendukung kandidat yang kalah. Bukan hanya di ibu kota provinsi tetapi kejadiannya sudah menyebar sampai ke kabupaten.
Unjuk rasa warga yang mengatasnamakan Masyarakat Peduli Sidrap diwarnai bentrokan dengan massa yang diduga pendukung pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Sidrap terpilih di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidrap, Senin (17/11), menyebabkan satu aparat kepolisian setempat dari bagian reserse dan kriminal Polres Sidrap Ipda Aulia Nasution luka di bagian tangan yang diduga terkena sabetan nyasar senjata tajam dari kedua kubu massa yang terlibat bentrokan.
Kasatreskrim Polres Sidrap AKP Bambang Sugiarto seperrti dikutip Tribun, Selasa (18/11), membenarkan salah satu perwira bawahannya yang sempat terluka saat hendak berusaha melerai bentrokan antar massa pengunjuk rasa dengan massa pendukung Rusdi Masse-Dollah Mando (Ridho).
"Dia itu perwira saya. Jabatannya kanit khusus di bagian reskrim Polres Sidrap. Dia memang terluka tetapi tidak sampai terluka berat. Dia sudah mendapat pengobatan dan kembali beraktifitas seperti biasa," jelasnya.
Bentrokan antarpendukung calon bupati tersebut terjadi saat salah satunya menggelar unjuk rasa dan orasi di depan Kantor KPU Sidrap. Massa ini menuntut KPU agar menunda pelantikan Rusdi-Dollah sebagai Bupati-Wakil Bupati Sidrap terpilih yang direncanakan 15 Desember mendatang.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Mahasiswa-Polisi Bentrok Lagi

Di sebuah poros jalan arah selatan Kota Makassar yang padat, terlihat aksi saling dorong. Tidak sulit menduga apa sesungguhnya yang terjadi di jalan tersebut karena tepat berada di depan sebuah kampus. Kenapa? Karena kemacetan yang terjadi di depan kampus penyebabnya hampir dapat dipastikan adalah karena sekelompok mahasiswa sedang menyampaikan aspirasinya dengan cara lain.


Head line Tribun Timur hari ini, Selasa (18/11), kembali menohok kegelisahan pemerhati pendidikan. Ratusan mahasiswa Unismuh Makassar terlibat bentrok dengan polisi di depan kampus perguruan tinggi tersebut, Senin (17/11). Mereka menggelar aksi memprotes kasus rekan mereka, Basir (19), yang diduga menjadi korban penembakan di Jl Veteran Selatan, Minggu (16/11) dini hari.
Akibatnya, tiga mahasiswa dan seorang polisi dilaporkan terluka. Mahasiswa terkena lemparan batu, sedangkan polisi yang luka akibat dikeroyok saat melintas di depan kampus.
Polisi juga memeriksa tiga mahasiswa dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unismuh Muhlis Madani yang ikut menjadi korban dalam bentrokan tersebut.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Barat AKP M Nur Akbar mengatakan, kelima korban dari insiden tersebut dimintai keterangan di Mapolresta Makassar Timur.
Insiden ini berawal saat puluhan mahasiswa menutup ruas jalan di depan kampus mereka di Jl Sultan Alauddin sehingga menimbulkan kemacetan hingg dua kilometer.
Sejumlah polisi dari Kepolisian Resor Kota (Polresta) Makassar Timur mendesak mahasiswa agar melakukan aksinya di dalam kampus.
Puluhan polisi yang dilengkapi tameng disiagakan sekitar 200 meter dari kampus. Saat polisi mencoba mendekat, beberapa mahasiswa berusaha melawan dan megejar polisi tersebut hingga menjauh dari area kampus.
Suasana pun sempat memanas saat itu. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena hujan yang cukup deras mengguyur.
Saa hujan reda, mahasiswa kembali mulai berorasi. Saat orasi tahap kedua mahasiswa kembli memblokir jalan sehingga tak satupun kendaraan yang bisa melintas di jalan poros yang menghubungan Makassar dengan daerah lain di bagian selatan Sulsel.
Polisi kembali membubarkan aksi tersebut. Namun lagi-lagi mendapatkan perlawanan sengit dari mahasiswa dengan lemparan batu.
Mendapat lemparan batu, barisan polisi yang menggunakan tameng dan membawa pentungan tersebut kemudian merapatkan barisan dan berusaha memukul mundur mahasiswa.
Meski mahasiswa tersebut sudah berada di area kampus akan tetapi batu tetap melayang baik dari pihak mahasiswa maupun dari polisi dan mengenai beberapa sepeda motor yang sedang diparkir depan kampus.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Kamis, 13 November 2008

Kepala Sekolah Divonis Satu Tahun Penjara

Kalau hukum sudah pandang bulu maka cepat atau lambat kepercayaan publik terhadap pengadil akan semakin pudar dan menuju kehancuran. Tak heran jika banyak pertanyaan yang muncul ketika Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Makassar menjadi terdakwa dalam kasus korupsi pengadaan perlengkapan dan revitalisasi laboratorium sekolah yang terletak di Jl Bandang Makassar itu. Bahkan sampai ketika Pengadilan Negeri Makassar menjatuhkan vonis satu tahun penjara dan denda Rp 100 juta, sang kepala sekolah masih menjabat sebagai kepala sekolah. Ada apa ya?
Majelis Hakin Pengadilan Negeri (PN) Makassar menjatuhkan vonis satu tahun penjara dan denda Rp 100 juta terhadap Kepala SMK Negeri 4 Makassar, M Rais, Rabu (12/11) sore. Yang bersangkutan adalah terdakwa kasus korupsi pengadaan perlengkapan dan revitalisasi laboratorium komputer di sekolah yang dipimpinnya. Sebelumnya, SMK Negeri 4 dikenal bernama SMEA Negeri 1.
Selain Rais. Pengadilan Negeri Makassar juga menjatuhkan vonis terhadap Najmayanti yang merupakan pengusaha rekanan yang memasukkan barang ke SMKN 4 Makassar. Keduanya terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi.
Berbeda dengan beberapa terpidana korupsi, Rais dan Najmayanti tidak diperintahkan masuk penjara oleh majelis hakim. Saat ditetapkan sebagai tersangka pun, keduanya tak ditahan oleh kejaksaan.
Rais juga masih duduk sebagai kepala sekolah. Ini berbeda dengan sejumlah kepala sekolah yang langsung dicopot meski kasusnya tak sampai diproses secara hukum.
Fakta itu makin menyuburkan anggapan miring bagi banyak orang. Apalagi berhembus kabar bahwa sang kepala sekolah dikabarkan memiliki kedekatan dengan pejabat penting di Pemerintah Kota Makassar sehingga posisinya tidak terusik.
Menarik ditunggu langkah tegas yang akan diambil Wali Kota Makassar untuk membuktikan janjinya. Bukankah putusan pengadilan itu sudah memiliki kekuatan hukum?(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Rabu, 12 November 2008

Konser Changcuters di Makassar

Area Botol Musik Hotel Musik disesaki pengunjung. Meski malam sudah mulai larut, Senin malam itu pengunjung tetap saja bersemangat mengikuti acara. Mereka umumnya remaja yang tentu saja masih usia sekolah. Kenapa mereka betah berada di tempat tersebut padahal bukan hari libruan sekolah?
Kepiawaian Tria, Dipa, Erick, Qibil dan Alda, dalam mengesplorasi musik ternyata menjadi penyebabnya. Yah itu terjadi gara-gara konser The Changcuters. Ratusan penggemarnya menyesaki tempat hiburan yang terletak di kawasan Jl Somba Opu Makassar itu.
Mereka para Changcut Ranger itu betah rela berdesakan demi menyaksikan penampilan band asal Bandung ini. Para Changcut Ranger ini tampak ikut bergoyang mengikuti musik irama 80-an khas The Changcuters.
Hebohnya lagi para Changcut Ranger itu menghapal hampir semua lagu yang dilantunkan Tria.
Gaya unik lima personel The Changcuters yang tampil dengan gaya rambut unik, katro, dan lucu yang menyihir para remaja menjadi fans mereka.
Pada konser ketiga The Changcuters di Makassar ini mereka mengusung lagu-lagu andalan mereka dari album Mencoba Sukses Kembali. Termasuk hits Gila-Gilaan, I Love U Bibeh, Hijrah ke London, serta hits terpopuler mereka Racun Dunia.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Sabtu, 08 November 2008

Siswa SMP Pun Tawuran


Belum hilang rasa sesal dan kecewa akibat bentrokan antar sesama mahasiswa UMI Makassar, muncul lagi kabar yang tak kalah menyesakkkan dada dan mencoreng dunia pendidikan di provinsi ini. Jika di Makassar saling serang dilakukan mahasiswa maka di Bone tawuran justru dilakukan anak-anak berseragam putih-biru dari sekolah berbeda. Ingin disebut lebih hebat dari kakak-kakaknya yang sudah mahasiswa ya? Atau ini tren baru untuk menunjukkan sikap pemberontakan mereka terhadap sistem?
Puluhan siswa SMPN 2 dan SMPN 4 Watampone terlibat saling lempar batu. Meski tidak sedikit yang terkena lemparan namun tak ada dilaporkan yang mengalami luka serius akibat tawuran tersebut.
Namun sejumlah kaca ruangan di kedua sekolah yang bertetangga tersebut pecah. Aparat kepolisian dari Polsek Tanete Riatang mengamankan dua siswa masing-masing satu siswa dari SMP 2 dan seorang siswa dari SMP 4. Keduanya dimintai keterangan sebagai saksi.
Apapun alasannya, aksi saling lempar antar sesama siswa ini perlu mendapat perhatian serius pemerintah dan pemerhati pendidikan lainnya. Ini sudah menyangkut sikap mental anak didik.
Jika ada dugaan pemicu tawuran dilakukan pihak lain, maka tugas dan tanggung jawab pihak sekolahlah untuk memberi pengertian kepada siswanya agar mereka tetap bisa menjaga ketertiban sekolah.
Sekolah memang tidak bisa diberi tanggung jawab sendiri dalam membina mental anak, tetapi orangtua siswa pun sudah selayaknya memantau perkembangan anak masing-masing.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Bentrok, Tiga Warga Tertikam

Berita menyengat dada juga masih terjadi Makassar. Bentrokan terjadi lagi. Kali ini melibatkan warga Talasalapang dan warga Jl Toddopuli V Perumnas. Adakah yang salah dalam mengelola kota ini. Jika bentrokan demi bentrokan terus berlanjut itu akan membuat rasa tidak aman bagi warga Kota Makassar. Siapa yang bertanggung jawab?
Bentrokan yang terjadi Jumat (7/11) siang itu menyebabkan Irwan (24), Awu (21), dan Damma (23) luka serius dan harus dirawat di Rumah Sakit Islam Faisal. Selain mereka dua warga lain juga terluka meski hanya luka ringan dan tidak butuh perawtan intensif.
Irwan mengalami luka serius di bagian dahinya sehingga mata korban tidak bisa terbuka saat diobati. Sedangkan Awu dan Damma menderita beberapa luka tusukan badik di bagian perutnya. Basri Dg Sila hanya bisa meregang karena bagian dadanya terkena hantaman palu-palu sedangkan Sul menderita luka ringan karena terkena pukulan benda tumpul. Kasusnya sedang ditangani Polresta Makassar Timur.
Jangan hanya sekadar diselisiki Pak Polisi. Tetapi carikan solusi terbaik untuk menghindari perisitwa serupa terulang lagi. Bukankah peristiwa seperti ini sudah nyaris rutin terjadi?
Ada akar permasalahan yang rasanya perlu segera diamputasi dan itu menjadi tugas bersama tetapi perlu dimotori oleh mereka yang memang diberi amanah untuk menjaga ketertiban masyarakat.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Jumat, 07 November 2008

Gudang Ilmu atau Gudang Senjata




Seorang pemuda mengenakan celana jeans memanggul tas punggung. Di tangannya tergenggam sebuah samurai. Dia berjalan di halaman kampus Universitas Muslim Indonesia Makassar. Di jalanan tergeletak seorang mahasiswa yang bersimbah darah akibat sabetan parang. Di bagian lain sejumlah mahasiswa berlari. Ada yang memegang pentungan dan anak panah. Mahasiswa UMI sedang mempertunjukkan sisi lain dari kehidupan mereka sebagai calon pemimpin.
Dua kelompok mahasiswa di UMI terlibat bentrok di kampus mereka, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (6/11) sore. Bentrokan melibatkan mahasiswa fakultas teknik dengan mahasiswa yang tergabung di unit kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UMI menyebabkan tiga mahasiswa terluka. Satu di antaranya dalam keadaan kritis.
Dua mahasiswa lainnya juga menderita luka akibat bentrokan tersebut dan dilarikan RS Ibnu Sina. Namun luka keduanya tak separah Fajrin. Polisi masih menyelidiki kasus tersebut.
Parade kekerasan yang diperlihatkan mahasiswa itu membuat banyak orang miris. Betapa tidak, kampus yang sejatinya menjadi tempat menimba ilmu justru dijadikan basis untuk mengembangkan kekerasan.
Indikasi kekerasan terlihat pada ditemukannya sejumlah senjata tajam dan senjata rakitan di tangan mahasiswa yang terlibat bentrok. Tak salah jika muncul anggapan sejumlah oknum mahasiswa menjadikan kampusnya sebagai gudang senjata.
Berita tentang aksi saling serang mahasiswa di Makassar sudah tidak mengagetkan lagi. Saking seringnya terjadi bentrokan antarmahasiswa di Makassar mahasiswa lain kadang malu mengaku sebagai mahasiswa.
Bentrokan yang pecah Kamis siang itu menambah panjang daftar hitam dunia kemahasiswaan di Makassar. Padahal, harus diakui masih banyak mahasiswa lain yang berprestasi dan berpeluang menjadi pemimpim bangsa.
Kekerasan ini harus dihentikan. Apapun caranya agar Makassar tidak menjadi Kota Menakutkan bagi pendatang.
Tidak terlalu rumit mengurai benang kusut kegemaran mahasiswa Makassar tawuran. Hanya butuh keseriusan dan sikap tegas. Jangan sungkan memecat mereka. Tidak perlu ada diskusi untuk membahas siapa yang memulai.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Buruh Demo di Kantor Gubernur Sulsel



Sekitar seribuan buruh berkumpul dan melakukan unjuk rasa di Kantor Gubernur Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (6/11). Mereka menolak SKB 4 menteri yang menetapkan kenaikan Upah Minimal Provinsi (UMP) maksimal enam persen dan menuntut kenaikan UMP sebesar 22,21 persen atau sebesar Rp 905 ribu per bulan.
Buruh yang mengklaim diri berasa dari 20 perusahaan di Sulsel ini berunjuk rasa karena SK tentang kenaikan UMP Sulsel sudah ada di meja gubernur dan akan segera ditandatangani.
Kepala Badan Kesbang Andi Baso Gani yang menemui perwakilan demonstran menolak menandatangani kesepakatan pembicaraan yang dibuat dengan perwakilan buruh dari Gabungan Serikat Buruh Nusantara ini.
Aksi ini membuat Jl Urip macet total sekitar empat jam. Mereka memblokir total jalan karena dilarang masuk ke halaman kantor gubernur.
Massa nyaris bentrok dengan pengantar jenazah dan warga yang ingin melintas jalan. Namun berhasil digagalkan oleh massa lainnya. Kendaraan baru bisa melintas meski tidak lancar setelah mereka diperbolehkan masuk. Aparat kepolisian berusaha mengalihkan kendaraan ke jalur alternatif yaitu di Jl Racing Centre.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Kamis, 06 November 2008

Astagfirullah, Bocah 4 Tahun Dicabuli


SUBHANALLAH. Maha Suci Engkau Ya ALLAH. Seorang pria berusia 17 tahun tega mencabuli gadis kecil yang seharusnya dia lindungi. Akibat perbuatan biadabnya itu sang bocah harus menanggung menanggung mental sepanjang hidupnya.
Sebuah kejahatan yang lebih tepat disebut kebiadaban kembali terjadi di sebuah desa sekitar 150 kilometer dari Makassar, Selasa (4/11).
Sore itu, mungkin menjadi hari paling kelam nan suram bagi seorang bocah kecil di Bone sana. Usai bermain sebagaimana biasanya sang bocah kembali ke rumahnya. Tetapi berbeda hari-hari sebelumnya. Keceriaan hilang dari wajah mungilnya.
Sore itu, sang bocah kembali ke rumah sambil menangis seolah menahan rasa sakit. Kepada ibunya dia bercerita telah diganggu lelaki FN yang tinggal bertetangga dengan mereka.
Usai mendengar penuturan bocah kecil dengan uraian air mata yang menceritakan kejahatan tetangganya sendiri, sang ibu langsung melapor ke Kepolisian Wilayah (Polwil) Bone, Selasa (4/11) malam itu juga.
Kanit Khusus Polwil Bone Aiptu Sudarman, seperti dilansir Tribun membenarkan adanya laporan tentang dugaan pencabulan tersebut yang pelakunya diduga adalah lelaki FN yang kini telah kabur dari rumahnya.
Untuk kepentingan bahan pengusutan polisi telah menyita celana dalam korban yang ada bercak darahnya sebagai barang bukti.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Karebosi Link Terendam Banjir




Lima ratus kios yang berada di Karebosi Link, pusat perbelanjaan yang berada di perut Lapangan Karebosi terendam banjir setinggi 30 centimeter. Proyek yang sejak awal revitalisasi ini kontan menjadi tontonan masyarakat Kota Makassar. Banyak cerita yang beredar seputar peristiwa tersebut. Dari yang berbau mistik sampai yang masih bisa diterima akal sehat.
Lapangan Karebosi tergenang air alias kebanjiran saat musim penghujan sebenarnya bukan hal luar biasa. Karena kejadian itu sudah merupakan peristiwa rutin saban musim penghujan mengguyur Makassar.
Tetapi banjir yang terjadi kali ini berbeda. Karena bukan banjir di permukaan Lapangan Karebosi yang menjadi sorotan, tetapi deretan bangunan atau kios yang ada di perut Lapangan Karebosi.
Karebosi sekarang bukan lagi Karebosi yang dulu ketika belum tersentuh program revitalisasi. Meski proyek yang sempat mengundang protes sejumlah kalangan itu belum rampung namun aktivitas bisnis sudah mulai menggeliat di dalamnya. Bahkan Carrefour sudah membuka outletnya di sana.
Hingga kemarin, air yang merendam lods itu belum juga bisa teratasi tuntas. Meski pengelola telah mengerahkan 20 pompa untuk menyedot air yang terlanjur masuk.
Pengelola Karebosi Link berusaha meyakinkan publik bahwa genangan air tersebut bukan karena kesalahan konstruksi tetapi karena musibah akibat jebolnya saluran air sementara yang dibuat kontraktor.
Apapun alasannya, air sudah terlanjur masuk menggenangi kios yang ada di basement dan pedagang telah menderita kerugian.
Niat baik datang dari pengelola Karebosi Link yang berjanji akan membicarakan soal kerugian yang dialami pedagang itu secara kekeluargaan.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Rabu, 05 November 2008

Tiga Bocah Gizi Buruk Dan Mobil Rp 1,4 Miliar


Ketika Pemerintah Provinsi Sulsel dan DPRD Sulsel sibuk membahas rencana membeli mobil mewah untuk mobil dinas Presiden RI yang akan dijadikan mobil cadangan jika berkunjung ke Makassar, di Rumah Sakit Labungbaji yang juga milik pemerintah tergolek lemas tiga bocah yang didiagnosa menderita gizi buruk. Sebuah ironi kehidupan sedang diparadekan pemimpin baru daerah ini.
Usulan Pemerintah Provinsi Sulsel dalam APBD Perubahan 2008 untuk membeli mobil dinas untuk presiden senilai Rp 1,4 miliar langsung disetujui DPRD Sulsel. Berita ini sangat bertolak belakang dengan kepahitan hidup yang dirasakan keluarga tiga anak kekurangan gizi yang tergolek lemas di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Dan sejumlah warga miskin lainnya.
Andai saja sebesar itu dimanfaatkan untuk membantu warga miskin yang sangat membutuhkan, betapa mulianya para pengambil keputusan itu karena mereka lebih mementingkan warga yang kesulitan dibandingkan kemewahan yang akan disajikan.
Belum juga terketuk nurani para pemimpin daerah ini melihat warganya dalam kesulitan sementara di sisi lain mereka ingin menikmati kemewahan dengan memanfaatkan uang dari rakyat?
Tiga bocah warga Makassar masing-masing Hendrik (2), Zainal (4), dan Sarginah (4) kini masih tergolek di rumah sakit. Ketiganya dirawat di kamar berbeda di ruang perawatan anak RS Labuang Baji.
Yang membuat hati makin miris adalah, pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Andi Naisyah Tun Nurainah Azikin seperti dimuat Tribun Timur (Rabu, 5/11) yang mengaku belum menerima laporan mengenai warganya yang sementara dirawat terkait kasus gizi buruk.
Nauzubillah. Salah siapakah ini. Salah bawahan yang tidak melapor ke atasannya atau salah atasan yang kurang rajin mengechek ke bawahan tentang masalah terkini seharusnya diketahui atasan?
Bocah malang itu tidak perlu perdebatan panjang, mereka hanya ingin mendapat perawatan agar bisa menjalani kehidupan normal sebagaimana layaknya anak seusianya.
Betapa eloknya jika para pemimpin di daerah ini memiliki naluri kepemimpinan yang benar-benar merakyat. Yang bukan hanya menengok rakyat saat menjelang pemilihan anggota legislatif atau pemilihan gubernur, bupatai dan walikota.
Keelokan itu akan lebih terasa lagi jika dana sebesar Rp 1,4 miliar yang dianggarkan untuk mobil presiden yang belum tentu akan dipakai presiden sampai rusak itu dialokasikan untuk membantu mereka yang serba kekurangan.
Tetapi masih punyakah keberanian mereka yang mengklaim diri sebagai pemimpin itu untuk bersusah-sudah meraih tangan orang yang dulu sering didatanginya ketika belum menjadi pemimpin?(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Anggota Kostrad Ditikam

Seorang anggota Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) 433/Sambo Eja, Pratu Patta Lolo, menjadi korban penikaman saat sedang liburan di Pantai Tanjung Bayam, Kecamatan Tamalate, Makassar, Selasa (4/11). Beruntung, nyawa anggota satuan elite TNI AD itu masih terselamatkan meski sampai sekarang dalam keadaan kritis dan dirawat di Rumah Sakit Pelamonia.
Gara-gara melerai orang yang sedang berkelahi pria tersebut mengalami nasib nahas dan terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit.
"Informasi yang kami terima pelaku pengeroyokan enam orang. Masing-masing Indra Perwira, Rukman, Andi Muhlis, Anas, Chandra, dan Ali," ungkap Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Kombes Polisi Hery Subiansauri, seperti dikuti Tribun Timur, Rabu (5/11).
Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian, perkelahian tersebut berawal saat Muhlis mengontak pacarnya yang bernama Nina via telepon, Senin (3/11) sekitar pukul 23.30 wita. Saat itu Muhlis mengeluarkan kata-kata kasar kepada Nina karena diketahui sedang menginap di salah satu pemondokan di Tanjung Bayam bersama Patta Lolo dan dua pasangan lainnya.
Nina pun meminta bantuan ke rekannya Idul untuk menasihati pacarnya. Idul pun menelepon Muhlis dan menasehatinya. Namun yang ditelepon tak terima. Bahkan Muhlis mengajak berkelahi Idul. Keesokan harinya, Selasa (4/11), Muhlis kembali mengontak Idul untuk bertemu.
Muhlis bersama lima rekannya pun menemui Idul di Tanjung. Saat bertemu, Muhlis cs langsung mengeroyok Idul. Salah seorang pelaku sempat mengeluarkan badik dan melayangkan ke tubuh Idul. Melihat kejadian itu, Pratu Patta Lolo dan rekannya Prada Muhajir, anggota Kostrad 433/SJ datang melerai.
Namun salah seorang pengeroyok berbalik arah menikam Patta Lolo sebanyak dua kali dan mengena pinggang korban. Sementara dari kubu pengeroyok, juga mengalami luka yakni Muhlis dan Indra Perwira. Sebagian pelaku sudah ditahan di Markas Polresta Makassar Timur.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Senin, 03 November 2008

Mobil Rp 1,4 M dari Pemprov untuk Presiden




Pemimpin di daerah ini benar-benar tidak memiliki rasa lagi. Di tengah kesulitan sebagian besar warganya yang berjuang dalam kemiskinan pemerintah provinsi justru mengusulkan pembelian mobil dinas khusus untuk keperluan Presiden RI. Sudah tidak adakah lagi hal penting mendasar yang bisa dibiayai dengan dana sebesar itu sehingga pemerintah provinsi harus beli mobil untuk presiden? Dan benarkah presiden butuh mobil dinas di Makassar?
Usulan pembelian mobil dinas untuk presiden itu diajukan Pemerintah Provinsi Sulsel melalui biro perlengkapan dalam APBD Perubahan 2008 yang dibahas di DPRD Sulsel, Senin (3/11). Mobil yang akan dibeli jenis Toyota Crown yang harganya ditaksir sekitar Rp 1,4 miliar.
Alasan yang dikemukakan Kepala Biro Perlengkapan Pemprov Sulsel, Tau Toto Tanaranggina karena selama ini bila pemimpin negara berkunjung daerah, mobil dinasnya juga dibawa serta. Jadi mobil itu akan menjadi cadangan jika mobil dinas yang dibawa tiba-tiba rusak.
Selain untuk presiden, pemprov juga mengusulkan pengadaan mobil dinas jenis sedan Mercedes Benz (Mercy) untuk Ketua DPRD Sulsel, Moh Roem. Pdahal saat ini sudah ada mobil dinas jenis mercy untuk sang ketua.
Entah ada motif apa di balik rencana pengadaan mobil dinas untuk cadangan jika sewaktu-waktu mobil dinas presiden yang dibawa dalam setiap kunjungannya mengalami kerusakan.
Banyak kalangan yang menilai pembelian itu hanya membuang-buang anggaran saja yang sesungguhnya jauh lebih bermanfaat jika dialokasikan untuk membangun infrastruktur yang bisa mendukung aktivitas warga.
Atau coba tengok janji pemerintahan yang baru ini menjelang Pilkada dulu. Sudahkah semuanya terpenuhi? Tengoklah berapa banyak anak yang tidak bisa sekolah lantaran tidak memiliki uang? Kenapa bukan mereka yang diurusi?
Ribut-ribut mengenai pembelian mobil bagi pejabat pemerintah di Sulsel ini bukan hal baru. Beberapa waktu lalu, juga pernah ada usulan pengadaan mobil kijang innova untuk anggota dewan. Untungnya, rencana tersebut gagal terwujud karena menuai protes dari sejumlah elemen masyarakat.
Yang tak kalah menariknya adalah ide pengadaan mobil dinas baru untuk Ketua DPRD Sulsel. Bukankah mobil yang ada sekarang masih sangat laik digunakan? Rasanya terlalu berlebihan jika mobil mewah itu sudah harus diganti. Apalagi ini menggunakan uang rakyat.
Keinginan biro perlengkapan itu sangat bertolak belakang dengan ide penghematan yang selalu digaungkan gubernur Sulsel dan wakilnya dalam dalam berbagai kesempatan.
Yang patut diwaspadai sesungguhnya adalah motif lain yang kemungkinan besar mendasari usulan pengadaan mobil baru itu. Apalagi nilainya lumayan besar Rp 1,8 miliar.
Tidak berlebihan rasanya jika muncul dugaan bahwa rencana pengadaan mobil itu sebagai bentuk pemberian jatah kepada pengusaha tertentu yang kemungkinan akan menangani pengadaan mobil tersebut.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Mahasiswa Universitas 45 Tawuran, Dua Luka


Mahasiswa tawuran? Itu bukan berita biasa bagi mahasiswa Makassar tapi merupakan tradisi memalukan. Yang dapat giliran tawuran Senin (3/11) adalah mahasiswa Universitas 45 Makassar yang melibatkan fakultas teknik dan fakultas hukum. Insiden tersebut menyebabkan dua mahasiswa terluka. Hingga tadi malam, polisi tidak menahan satu pun mahasiswa yang bentrok.
Bentrokan berlangsung di depan kampus mereka, Jl Urip Sumoharjo, Makassar. Dua mahasiwa terluka yakni Hasanuddin alias Doang dan Isa Supalatu. Hasanuddin yang diketahui mahasiswa dari FH ini mengalami luka robek di bagian tangan kirinya.
Diduga luka itu terkena sabetan benda tajam. Sedangkan Isa yang diketahui mahasiswa FT mengalami luka di bagian pelipis terkena lemparan batu.
Arus lalu lintas di jalan protokol yang menjadi akses masuk ke Kota Makassar dari Maros itu sempat macet total lebih sejam.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Oknum Polisi Tembak Warga Makassar

Berita kurang sedap berhembus lagi dari jajaran Polda Sulsel. Seorang anggota polisi dari kesatuan Satrsekrim Polwiltabes Makassar bernama Briptu Aras menembak seorang warga Jl Sukamaju, Kelurahan Panaikang, Makassar, Hamzah Dg Nyengka (38), Senin (3/11) malam. Hamzah ditembak tepat di paha kirinya.
Hamzah adalah seorang pengawas proyek bangunan di Tana Toraja. Dia berada di Makassar karena menghadiri acara aqiqah seorang keluarganya di Jl Sukamaju.
Nurhayati mengaku memang ada sedikit percekcokan saat kelima orang tersebut duduk- duduk di depan rumah.
Kejengkelan terjadi saat Upi yang berasal dari Bulukumba merasa tersinggung karena diungkit soal suku oleh rekan-rekannya yang kebanyakan berasal dari Tana Toraja.
"Saya tidak tahu bagaimana jelasnya siapa yang mengejek. Saling ejek soal suku berakhir dengan damai. Upi dan adik saya tetap duduk di luar dan Adi masuk ke rumahnya. Kami semua berdekatan, tapi kami kemudian kaget Pak Aras tiba-tiba keluar dan langsung menembak adik saya," ujar Nurhayati, kakak korban.
Tembakan terdengar sebanyak dua kali, Nurhayati mengaku tembakan pertama ditujukan kepada adiknya dan tembakan kedua ditujukan kepada Upi yang juga teman Hamzah. Tapi beruntung Upi hanya terluka di bagian tangan kirinya. Tidak ada penembakan peringatan saat kejadian.
Usai penembakan Nurhayati langsung keluar rumah dan mengejar Aras yang lari ke dalam rumah Adi. Nurhayati kemudian berteriak meminta kepada semua warga agar mengepung rumah Adi dan meminta Aras tidak kabur.
Sesaat kemudian beberapa anggota polisi dari Polwiltabes tiba untuk mengamankan korban dan membawa pelaku ke mapolwiltabes. Hamzah dilarikan ke RS Ibnu Sina sedangkan Upi dibawa ke RS Bayangkara.
Kejadian ini terjadi sekitar pukul 20.15 wita. Beberapa warga tampak berkerumun di lorong depan rumah korban hingga aparat kepolisian tiba dan membawa pelaku dan korban. Beberapa keluarga korban juga ikut menemani korban di rumah sakit.
Kapolwiltabes Makassar, Kombes Burhanuddin Andi, menjenguk Hamzah dan
memerintahkan anak buahnya memindahkan korban ke RS Bayangkara agar kondisi korban lebih baik.
Versi Berbeda
Sementara itu pihak polisi memberikan keterangan berbeda soal kronologis kejadian.
"Saya akan memberikan penjelasan awal sesuai dengan apa yang dilaporkan anggota saya. Saya tidak akan membela anggota saya kalau dia memang salah," kata Burhanuddin, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (4/11).
Menurut Burhanuddin, Aras datang tiba di sebuah kampung untuk bertemu dengan temannya yang bernama Adi.
Lalu ada sekelompok orang yang lagi minum- minum dan ada ketersinggungan hingga ada salah seorang yang mengeluarkan badik.
"Anggota saya sempat dikejar dan jatuh, lalu dia mengeluarkan tembakan peringatan. Namun karena posisinya semakin lama semakin tidak aman, dia lalu mengeluarkan tembakan yang mengena ke paha kiri korban," kata Burhanuddin.
Kapolwiltabes menyangkal kalau anggotanya menembak dua orang yang salah satunya mengenai tangan Upi. "Upi itu tidak terkena tembakan. Dia hanya terkena sabetan pisau atau badik yang berasal dari daerah situ. Dia cuma luka tangan," katanya.
Burhanuddin mengaku belum bisa memberi penjelasan rinci kasus ini karena masih akan memanggil beberapa saksi yang ada di tempat kejadian.
Burhanuddin menjamin tidak akan melindungi anggotanya jika memang terbukti melakukan kesalahan.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Satu Keluarga Tewas Disambar Petir

Ajal bisa datang dan kapan saja menjemput. Tidak mengenal tempat dan waktu. Penyebab kematian pun sulit dipastikan seperti yang dialami sebuah keluarga di Desa Paccelekang, Kecamatan Pattalassang, Gowa. Mereka tewas tersambar petir ketika berteduh di sebuah gubuk di tengah sawah sekitar 35 kilometer dari Makassar.
Minggu (2/11) sekitar pukul 16.00 wita satu keluarga tewas mengenaskan dengan tubuh hitam menggosong. Mereka adalah, Haruna (40), Salika—istri Harun (30), dan anaknya Ical (5). Seorang warga lain bernama Dg Ngitung (60) yang berteduh di tempat yang sama ikut tewas. Kendati demikian, seorang anak Haruna bernama Najir yang berusia 15 tahun selamat dari perisitwa tersebut.
Najir yang ikut berteduh di tempat yang sama saat hujan deras mengguyur selamat dan kini sementara mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Meski selamat, namun Najir yang kini sebatang kara harus diamputasi kaki kirinya akibat tersambar petir yang mengambil nyawa kedua orangtua dan seorang adiknya itu.
Haruna bersama istri dan anaknya telah dikebumikan di Pekuburan Tamalate, Desa Moncongloe Bulu, Kecamatan Moncongloe.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Gizi Buruk, Balita Meninggal


Balita berusia dua tahun bernama Dea Adeli meninggal karena indikasi gizi buruk. Anak tersebut menghembuskan nafas di RS Labuang Baji, Makassar, Sabtu (1/11) setelah sempat mendapat perawatan medis dua hari.
Menurut pengakuan orangtuanya, anak pasangan warga Jl Monumen Emmy Saelan Lr 1 No 59, Tidung, Makassar itu lahir dalam keadaan sehat dan normal. Namun setelah berumur satu tahun, Dea mulai mengidap sejumlah penyakit seperti mencret dan batuk-batuk.
Kepastian Dea mengidap gizi buruk disampaikan Dr Bahrul Awamil dari Puskesmas Kassikassi yang pernah merawat almarhum.
"Untuk anak seusianya, berat badannya jauh di bawah normal. Dengan usia dua tahun, bobot ideal adalah 12 kilogram tetapi berat Dea hanya enam kilogram," kata Bahrul yang melayat ke rumah duka seperti dilansir Tribun, Minggu (2/11)
Anak bungsu dari dua bersaudara itu kerap dibawa ke Puskesmas Mangasa yang tidak jauh dari rumah yang dihuni pasangan Herman-Nur Fadillah.
Dea juga sempat mendapatkan perawatan intensif dari Puskesmas Kassikassi selama 90 hari. Setelah keadaan Dea dinilai membaik, dia pun diserahkan kepada keluarganya.
Namun sekitar satu pekan setelah Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriyah, anak tersebut kembali mengalami gejala yang sama. Bahkan anak yang lahir 23 November 2006 ini banyak mengeluarkan cacing dari mulut, hidung dan telinganya.
Ketika kondisi anak tersebut semakin memburuk, Herman yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir petepete jurusan IKIP dan perumnas, kemudian melarikan anak ke RS Labuangbaji, Kamis (30/10) malam.
Awalnya kedua pasangan suami istri yang menikah tahun 2004 tersebut sempat berpikir untuk tidak membawa anaknya berobat ke rumah sakit karena tidak memiliki biaya.
Korban hanya diberi obat cacing. Saat itulah, cacing keluar dari mulut, hidung, dan telinga Dea. Melihat kondisi tersebut dan masukan dari keluarga akhirnya Dea dibawa ke RS Labuang Baji.
Meski Fadilah harus meninggalkan satu-satu cincin emas seberat 3,5 gram miliknya, sebagai jaminan di RS Labuang Baji.
Cincin tersebut baru dikembalikan setelah keluarganya mengurus surat keterangan tidak mampu dari aparat kelurahan setempat.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel sudah menyiapkan program kesehatan gratis untuk pasien kelas III di semua rumah sakit di bawah naungan pemprov, cukup dengan menyerahkan KTP dan kartu keluarga.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi keluarga Herman yang tetap dimintai jaminan. "Itu perhiasan emas saya satu-satunya," kata Nur Fadillah.
Dea menambah daftar balita yang meninggal karena kasus gizi buruk. Sebelumnya, seorang bocah bernama Aco juga diduga meninggal karen gizi buruk di Jl Bonto Duri.
Sementara balita bernama Nazar meninggal karena terlambat mendapat penanganan medis di Puskesmas Barabaraya, 6 Agustus lalu.
Beberapa saat setelah Dea meninggal sejumlah staf Puskesmas Kassikassi, termasuk Dr Bahrul, melayat jenazah balita yang sempat mereka rawat beberapa waktu lalu.
Menurut Bahrul, sesuai dengan gejala yang ditunjukkan korban menderita penyakit pneumonia (penyakit radang paruparu).Korban akan merasakan sakit dada, batuk dan mengalami kesulitan saat bernafas.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Terluka Ditikam Kekasih Adik

Jangan sembarang menegur orang yang sedang kasmaran karena biasanya mereka mudah tersinggung dan bisa memakan korban seperti dialami Nasir ketika menegur adiknya yang sedang berkencan. Gara-gara menegur adiknya yang telah bersuami, sang kakak harus menderita kena tikam kekasih adiknya.
Nasir yang sehari-hari bekerja sebagai teknisi komputer, akhirnya harus menderita luka tikaman di lengannya saat menegur adik perempuannya berduaan dengan seorang pemuda tetangganya. Peristiwa tersebut terjadi Minggu (2/11).
Tribun Timur memberitakan, kejadiannya berawal saat korban hendak membeli rokok setelah menyelesaikan pekerjaannya di satu gerai counter penjualan pulsa yang tak jauh dari rumah korban di Pampang.
Korban mengaku saat dalam perjalanan, ia melihat satu pasangan yang sedang bermesraan di tempat gelap, saat itulah korban mendekat karena mengaku agak kenal dengan fisik perempuan di tempat tersebut.
Setelah mendekat, korban mengaku kaget, karena perempuan itu ternyata adiknya yang sedang asyik dimabuk asmara. Padahal sang adik telah bersuami yang sedang berkebun di Siwa, Kabupaten Wajo.
Melihat itu, dia menegur adiknya dan memintanya pulang tetapi sang adik menolak. Akibatnya dia menampar adiknya karena tersulut emosi.
Bucek, kekasih Dewi yang melihat tindakan tersebut langsung membela Dewi dan mengancam akan membuat perhitungan dengan Nasir.
Setelah kejadian tersebut Nasir kemudian kembali ke rumahnya. Tak lama beberapa saat kemudian ternyata Bucek sudah membuntuti dengan membawa sebilah badik.
Tanpa banyak tanya, Bucek langsung menghujamkan badiknya ke tubuh Nasir, namun Nasir dengan cepat menghindar dengan mendekat ke arah pelaku. Ia memeluk pelaku sekuat mungkin.
Karena dipeluk dengan keras, pelaku mengalami kesulitan bergerak. Ia hanya mengayungkan senjata tajam yang ia pegang, sehingga mengenai lengan korban.
Insiden tersebut sementara ditangai Polresta Makassar Timur.(Rusdy Embas)
Selengkapnya...

Sabtu, 01 November 2008

Ending Manis Sebuah Rivalitas Pilkada Makassar

Idris Manggabarani kalah telak dalam Pilkada Makassar. Sesuai nama besar yang disandang di belakang namanya, dia secara sportif mengakui kemenangan saingannya. Tanpa syarat. Sebuah ending rivalitas yang benar-benar berakhir manis. Sebuah pelajaran demokrasi tersaji di depan mata publik mata Makassar.
Banyak yang terhenyak menyaksikan iklan ucapan selamat yang disampaikan Idris Manggabarani melalui media massa yang secara sportif mengakui kemenangan Ilham Arif Sirajuddin dalam Pilkada Makassar.
Ketika masih ada orang tertentu yang mempersoalkan kemenangan Ilham dalam Pilkada Makassar, Idris justru menemui Ilham di warung kopi. Tempat dimana banyak kalangan sering bertemu secara informal.
Pertemuan itu meluluhkan semua kekhawatiran. Meruntuhkan semua kecemasan sebagian warga yang tak ingin terusik aktivitasnya oleh tindakan yang kontra produktif dalam membangun Makassar.
Dalam pertemuan tersebut mereka saling berpelukan yang disambut tepuk tangan mereka yang hadir. Ilham yang lebih dulu berada di tempat tersebut langsung menyambut Idris yang datang belakangan.
"Makassar membutuhkan sosok seperti Pak Idris yang mengesampingkan kepentingan pribadi untuk kepentingan masyarakat banyak. Beliau seorang negarawan sejati, bukan politisi," kata Ilham memuji Idris seperti dilansir Tribun Timur, Sabtu (1/11).
Ilham dan Idris terlibat rivalitas politik sebelum pilwali. Namun Idris secara terbuka menyatakan salut pada Ilham. Pertemuan kedua figur ini diawali komunikasi lewat pesan singkat (SMS) dan berbicara langsung.
Tidak hanya bertemu dengan Ilham, Idris juga memasang iklan di sejumlah media dan mengakui keunggulan rivalnya itu.
"Tanpa mengurangi rasa hormat saya atas perjuangan teman-teman relawan, saya harus akui, Ilham, Supomo dan timnya sulit dikalahkan. The game is over (permainan sudah selesai) dan keduanya dipilih mayoritas masyarakat Makassar," kata Idris yang juga Bendahara DPD Partai Demokrat Sulsel ini.
Idris menyatakan, dia menelepon Ilham setelah quick count LSI yang memenangkan pasangan nomor urut satu ini dilansir.
Ilham berjanji mengakomodasi visi dan misi Idris untuk membangun Makassar. Pada kesempatan tersebut, Ketua DPD II Golkar Makassar ini juga mengajak seluruh kontestan pilwali bergandengan tangan memberi sumbangsih melanjutkan pembangunan di daerah berpenduduk 1,3 juta jiwa ini.
"Mari bersama-sama menunggu penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar dan menjaga kondisi Makassar tetap kondusif. Saya dan Supomo terbuka menerima konsep dari siapapun demi kemajuan Makassar," ujar Ilham.
Kendati mengakui pasangan IASmo sebagai pemenang, Idris tak menampik protes yang dilakukan sebagian kontestan pilwali.
Menurutnya, protes yang dimotori calon wakilnya Adil Patu dan master campaign Idial, Diza Rasyid Ali, merupakan dinamika politik.
"Protes itu alami. Setiap pemilihan pasti ada protes seperti itu dan itulah bagian dinamika demokrasi," ujarnya. Adil cs menjadi inisiator pertemuan kontestan pilwali yang kalah di Hotel Horizon, sehari sebelumnya. Mereka mempertanyakan minimnya partisipasi pemilih dan sejumlah kecurangan di TPS.(Rusdy Embas)


Selengkapnya...