Ajal bisa datang dan kapan saja menjemput. Tidak mengenal tempat dan waktu. Penyebab kematian pun sulit dipastikan seperti yang dialami sebuah keluarga di Desa Paccelekang, Kecamatan Pattalassang, Gowa. Mereka tewas tersambar petir ketika berteduh di sebuah gubuk di tengah sawah sekitar 35 kilometer dari Makassar.
Minggu (2/11) sekitar pukul 16.00 wita satu keluarga tewas mengenaskan dengan tubuh hitam menggosong. Mereka adalah, Haruna (40), Salika—istri Harun (30), dan anaknya Ical (5). Seorang warga lain bernama Dg Ngitung (60) yang berteduh di tempat yang sama ikut tewas. Kendati demikian, seorang anak Haruna bernama Najir yang berusia 15 tahun selamat dari perisitwa tersebut.
Najir yang ikut berteduh di tempat yang sama saat hujan deras mengguyur selamat dan kini sementara mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Meski selamat, namun Najir yang kini sebatang kara harus diamputasi kaki kirinya akibat tersambar petir yang mengambil nyawa kedua orangtua dan seorang adiknya itu.
Haruna bersama istri dan anaknya telah dikebumikan di Pekuburan Tamalate, Desa Moncongloe Bulu, Kecamatan Moncongloe.(Rusdy Embas)
Senin, 03 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar