Proses eksekusi tanah seluas 4.900 meter persegi yang disengketakan antara warga dan seorang pengusaha kakao asal Palu, Sulawesi Tengah, Goman Wisan, di Pandang Raya, Kecamatan Panakukang, Makassar, Selasa (23/2), berakhir ricuh. Selintas, peristiwa itu seolah-olah insiden antara polisi denan warga. Saatnya semua pihak introspeksi diri. Pemenang perkara bisa saja mengklaim sebagai pemilik karena ada putusan hukum, tetapi di sisi lain, suara warga perlu tetap diperhatikan karena mereka merasa teraniaya dan merasa ada nuansa ketidakadilan.
Tribun Timur memberikatan, akibat bentrokan sengit tersebut, seorang warga ditangkap dan enam polisi yang mengawal eksekusi lahan itu terluka akibat lemparan batu. walnya, ratusan warga yang sudah berkumpul di lokasi kejadian hanya menggelar orasi dan meneriakkan sejumlah yel-yel penolakan eksekusi.
Namun tiba-tiba kondisi berubah menjadi anarkis saat aparat kepolisian dari satuan Samapta, baik dari Polda Sulsel, Polwiltabes Makassar, dan Polresta Makassar Timur, mendekati warga lengkap dengan tameng.
Kedua kelompok ini akhirnya terlibat dalam aksi saling serang. Warga yang merasa memiliki tanah melawan dengan melempari polisi dengan batu. Bahkan beberapa diantaranya melempari aparat dengan bom molotov. Sejumlah polisi terkena jilatan api begitu botol berisi bensin yang disulut api itu pecah. Kobaran tak berlangsung lama karena polisi segera memadamkannya.
Seolah tak mau kalah, sekitar 470 aparat kepolisian yang turun mengamankan eksukusi kemudian membalas lemparan warga dengan menggunakan tembakan gas air mata.
Selain warga, beberapa jurnalis yang meliput eksekusi tanah tersebut juga terkena gas air mata. Wartawan Jurnal Nasional, Jarot, sempat pingsan setelah menghirup gas tersebut. Ia dipapah menjauh dari lokasi kejadian oleh jurnalis lainnya .
Secara terpisah, aktivis dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Irham Amin, yang ditemui di lokasi sengketa mengatakan, eksekusi tanah tersebut salah sasaran.
"Persil milik penggugat dan Persil milik warga berbeda. Sehingga kami yakin eksekusi ini salah objek," jelas Irham.
Goman Wisan adalah pemilik tanah tersebut setelah dinyatakan menang dalam gugatannya di Pengadilan Negeri Makassar 2003. Namun warga yang merasa haknya dirampas kemudian melakukan banding. Tahun 2004 Pengadilan Tinggi (PT) Sulsel memenangkan warga.
Tak puas, Goman membawa putusan PT itu ke Mahkamah Agung yang kemudian memenangkannya. Atas putusan mahkamah agung itulah eksekusi dilaksanakan.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Timur, AKP E Dharma Ginting, yang dikonfirmasi, mengatakan, seorang warga yang tak diungkapkan identitasnya ditangkap karena mencederai polisi.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Tampilkan postingan dengan label Peristiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peristiwa. Tampilkan semua postingan
Selasa, 23 Februari 2010
Rabu, 30 September 2009
Gempa Lagi, Teguran atau Hukumankah ini?
Ibu Pertiwi menangis lagi. Sejumlah penduduk negeri ini meregang nyawa akibat gempa di Pulau Sumatra sana. Semoga ini bukan pertanda yang kurang baik di penghujung tahun menjelang memasuki tahun 2010. Saat saudara kita yang terkena gempa berderai air mata merenungi nasib, di ibu kota negara ini justru digelar hajatan besar dengan biaya miliaran rupiah. Pelantikan anggota DPR RI hasil pilihan rakyat. Termasuk mereka yang ditimpa bencana gempa bumi.
Dua peristiwa ini memang tidak memiliki keterkaitan secara langsung. Derita 200-an warga yang tertimpa gempa di Sumatera Barat tentulah tidak sama dengan perasaan yang dialami ratusan anggota DPR RI yang dilantik hari ini di gedung yang menggunakan nama rakyat.
Hanya saja, biaya yang dikeluarkan untuk melantik anggota dewan selayaknya bisa menjadi pembanding untuk menghitung biaya yang diperlukan oleh rakyat yang sedang ditimpa kesusahan di Sumbar sana.
Tetapi sebagai rakyat kebanyakan, pelantikan anggota DPR RI yang akan digelar hari ini tetap saja mengusik nurani. Betapa tidak, berdasarkan berita di media, biaya yang dibutuhkan untuk melantik mereka yang selalu mengatasnamakan rakyat itu tidak sedikit. Konon negara harus mengeluarkan biaya untuk kepentingan pelantikan itu sekitar Rp 50 miliar.
Pertanyaannya adalah, berapa dana yang disiapkan untuk membantu saudara kita yang sedang menderita itu? Kalau pelantikan anggota dewan saja yang akan bekerja di ruang full AC negara tidak segan-segan mengeluarkan uang rakyat dalam jumlah fantastis bagi rakyat miskin itu. Bagaimana dengan rakyat yang sementara menderita kelaparan di atas lantai beralaskan bumi beratapkan langit itu?
Ya Allah cobaan apalagi yang ENGKAU berikan kepada penduduk negeri ini. Saat ratusan saudara kami menderita akibat amukan alam di Sumatera Barat sana, pesta justru digelar di Jakarta, ibu kota negara ini menggunakan uang rakyat.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Dua peristiwa ini memang tidak memiliki keterkaitan secara langsung. Derita 200-an warga yang tertimpa gempa di Sumatera Barat tentulah tidak sama dengan perasaan yang dialami ratusan anggota DPR RI yang dilantik hari ini di gedung yang menggunakan nama rakyat.
Hanya saja, biaya yang dikeluarkan untuk melantik anggota dewan selayaknya bisa menjadi pembanding untuk menghitung biaya yang diperlukan oleh rakyat yang sedang ditimpa kesusahan di Sumbar sana.
Tetapi sebagai rakyat kebanyakan, pelantikan anggota DPR RI yang akan digelar hari ini tetap saja mengusik nurani. Betapa tidak, berdasarkan berita di media, biaya yang dibutuhkan untuk melantik mereka yang selalu mengatasnamakan rakyat itu tidak sedikit. Konon negara harus mengeluarkan biaya untuk kepentingan pelantikan itu sekitar Rp 50 miliar.
Pertanyaannya adalah, berapa dana yang disiapkan untuk membantu saudara kita yang sedang menderita itu? Kalau pelantikan anggota dewan saja yang akan bekerja di ruang full AC negara tidak segan-segan mengeluarkan uang rakyat dalam jumlah fantastis bagi rakyat miskin itu. Bagaimana dengan rakyat yang sementara menderita kelaparan di atas lantai beralaskan bumi beratapkan langit itu?
Ya Allah cobaan apalagi yang ENGKAU berikan kepada penduduk negeri ini. Saat ratusan saudara kami menderita akibat amukan alam di Sumatera Barat sana, pesta justru digelar di Jakarta, ibu kota negara ini menggunakan uang rakyat.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Jumat, 28 Agustus 2009
Gara-gara Petasan, Toko Mebel Terbakar

Sebuah toko mebel yang terletak di Jl Andi Tonro Sungguminasa (sekitar 2 kilometer dari perbatasan Makassar-Gowa) terbakar akibat petasan yang dimainkan anak-anak di sekitar tempat tersebut, Kamis (27/8).
Sebelum perisitwa, pemilik usaha, Ridwan Dg Nai (50), berulang kali anak-anak main petasan tetapi anak-anak tersebut tidak menghiraukan.
Petasan yang dimaini anak-anak jenis roket. Petasan inilah yang melahirkan percikan api.
Saat petasan itu diledakkan, percikan api masuk ke toko dan membakar plastik dan cepat menyebar.
Beruntung sejumlah warga yang berada di lokasi segara memberi pertolongan sehingga api bisa segera dikendalikan dan sempat menghangsukan seluruh isi toko. Sejumlah barang sempat terbakar seperti kursi dan meja.
Ini merupakan bagi orang tua untuk menasehati anak-anaknya agar tidak main petasan sembarang tempat.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Selasa, 25 Agustus 2009
Astagfirullah, Gadis 7 Tahun Dicabuli

Gara-gara iseng mencium anak gadis usia tujuh tahun, seorang warga Jl Tamalate Kecamatan Rappocini Makassar, dilapor ke Polresta Makassa Timur. Pria berusia 34 tahun tersebut melakukan pencabulan di kantor kelurahan. Padahal, bulan Ramadan ini seharusnya menjadi ajang untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.
Peristiwa ini terungkap saat korban pulang ke rumahnya sambil menangis sekitar pukul 18.00 wita. Melihat ketidak biasaan itu, NA dicecer pertanyaan oleh keluarganya.
Dari mulut NA, mengalir sebuah cerita kalau ia, baru saja diciumi dan digerayangi tersangka di kamar mandi Kantor Kelurahan Kassi-kassi.
Korban menceritakan peristiwa itu terjadi saat NA bersama empat rekannya sedang bermain di sebuah lapangan yang tak jauh dari kantor kelurahan tersebut .
Usai bermain, kelima gadis kecil tersebut bermaksud pulang, hanya saja NA dipanggil tersangka yang juga penjaga kantor tersebut, dengan alasan ingin diberi hadiah.
NA yang masih terbilang polos ini, tanpa ragupun mendatangi ajakan tersebut, NA kemudian dibawa ke kamar mandi, dan saat itulah "dikerjai". Sementara empat pulang.
Selain itu, usai melaksanakan keinginannya, mengatakan agar korban keesokan harinya datang lagi, namun dengan satu syarat kejadian itu tidak disampaikan kepada siapapun.
Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Makassar Timur, Unit A Ipda Iman Teguh yang konfirmasi seperti dimuat Tribun Timur, Rabu (26/8), mengatakan bahwa laporan kerabat korban sudah diterima dan sudah diserahkan di ke Unit Reskrim.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Senin, 24 Agustus 2009
Sentuh Mobil, Anak 6 Tahun Ditampar
Bulan Ramadan harusnya membuat seseorang lebih mudah mengontrol emosinya. Apalagi terhadap anak kecil. Tetapi lain halnya dengan yang dialami bocah enam tahun. Gara-gara menyentuh mobil tetangganya yang diparkir di depan rumah dia kena bogem mentah. Nauzubillah ....
Seorang pria berusia 35 tahun, warga Jl Adipura Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Makassar, tak kuasa menahan emosi saat mobilnya yang diparkir di depan rumahnya disentuh oleh bocah berusia enam tahun bernama Akhsan.
Mengetahui anaknya diperlakukan tidak layak, ibu kandung Aksan, Sri Kurnia, keberatan dan melaporkan perlakuan pria berkumis tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Markas Kepolisian Resort Kota (Mapolresta) Makassar Timur di Jl AP Pattarani, Makassar.
"Saya kasihan Pak, setelah ditempeleng Pak Kumis, Akhsan sakit," katanya di hadapan aparat SPK Mapolresta Makassar Timur, seperti dilansir Tribun, Senin (24/8).
Dalam laporannya, Sri yang juga bertetangga dengan tersangka, tidak menerima perbuatan tersangka, yang telah semena-mena menganiaya anaknya. "Masak mobilnya hanya disentuh pak, tapi anak saya ditempeleng. Kami juga sudah pertimbangkan ekses masalah ini," katanya.
Sri menambahkan, peristiwa tersebut terjadi Rabu (19/8), namun memilih melaporkan hal tersebut ke polisi karena mengaku sudah mempertimbangkanya dengan baik..(rusdy embas) Selengkapnya...
Seorang pria berusia 35 tahun, warga Jl Adipura Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Makassar, tak kuasa menahan emosi saat mobilnya yang diparkir di depan rumahnya disentuh oleh bocah berusia enam tahun bernama Akhsan.
Mengetahui anaknya diperlakukan tidak layak, ibu kandung Aksan, Sri Kurnia, keberatan dan melaporkan perlakuan pria berkumis tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Markas Kepolisian Resort Kota (Mapolresta) Makassar Timur di Jl AP Pattarani, Makassar.
"Saya kasihan Pak, setelah ditempeleng Pak Kumis, Akhsan sakit," katanya di hadapan aparat SPK Mapolresta Makassar Timur, seperti dilansir Tribun, Senin (24/8).
Dalam laporannya, Sri yang juga bertetangga dengan tersangka, tidak menerima perbuatan tersangka, yang telah semena-mena menganiaya anaknya. "Masak mobilnya hanya disentuh pak, tapi anak saya ditempeleng. Kami juga sudah pertimbangkan ekses masalah ini," katanya.
Sri menambahkan, peristiwa tersebut terjadi Rabu (19/8), namun memilih melaporkan hal tersebut ke polisi karena mengaku sudah mempertimbangkanya dengan baik..(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Selasa, 18 Agustus 2009
Empat Tewas di Pantai Barombong
Pantai Barombong, sekitar 10 kilometer dari Pantai Losari Makassar makan korban lagi. Empat pengunjung masing-masing Solihin Sagita (17), M Sadiqin Amir alias Dewa (13), Akbar (17) dan Rifki (13), terbawa arus dan tenggelam saat sedang bermain air di pantai tersebut, Senin (17/8), sekitar pukul 17.00 wita.
Akbar ditemukan sekitar pukul 18.00 wita. Sedangkan Dewa sekitar pukul 19.30 wita. Keduanya sudah tewas saat ditemukan tim SAR Maritim yang melakukan pencarian. Lokasi penemuan kedua korban tidak jauh dari lokasi mereka tenggelam.
Sedangkan Solihin dan Rifki, hingga pukul 23.30 wita, tadi malam, belum berhasil ditemukan baru ditemukan hari ini. Solihin adalah siswa SMK Pelayaran Barombong tingkat IV. Puluhan rekan Solihin di SMK Pelayaran Barombong ikut melakukan pencarian bersama-sama tim SAR.
Keterangan dari sejumlah saksi mata, keempat remaja ini tenggelam setelah berusaha saling menolong saat seseorang dari mereka tenggelam dan meminta pertolongan. Namun, belum diperoleh informasi siapa yang lebih dulu tenggelam. Kapolsek Tamalate, AKP Suaib, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (18/8), mengatakan, pihaknya belum bisa memberi keterangan mengenai kronologis kejadian karena masih memintai keterangan sejumlah saksi.
Solihin dan Dewa adalah kakak beradik yang tinggal di Jalan Daeng Tata I, Kompleks Perumahan Tabaria Blok A24 Nomor 1. Solihin dan Dewa bertetangga dengan Akbar. Rumah mereka hanya dipisahkan tiga rumah. Sedangkan Rifki tinggal di blok lain namun di perumahan yang sama.
Keterangan dari adik Solihin, Sinta (15), mereka sekeluarga ke Barombong untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-15.
Rombongan berjumlah tiga mobil. Ayah dan ibu Sinta, Andi- Amiruddin-Farida, serta sejumlah keluarganya ikut serta ke Barombong. Selain keluarga, ada empat teman Solihin dan Dewa yang diajak ke Barombong. Yakni Akbar, Rifki, Wawan, dan Arfes.
Menurut Sinta, sebelum tenggelam, Solihin, Dewa, Akbar, Rifki, Wawan dan Arfes bermain-main air di tepi pantai. Namun, Sinta mengaku tidak melihat langsung saat kakak dan adiknya itu tenggelam karena dia dan keluarganya yang lain berada di rumah peristirahatan yang mereka sewa. Rumah ini, berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
"Saya tidak tahu persis kejadiannya. Yang saya tahu cuma mereka berenam mandi-mandi. Yang tahu itu Arfes dan Wawan," ujar Sinta.
Jenazah Akbar dipulangkan ke rumahnya sekitar 20.30 wita. Sedangkan mayat Dewa, hingga pukul 23.30 wita tadi malam, masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk divisum. Rencananya, jenazah Akbar akan dimakamkan di kampung orang tuanya, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Jeneponto, Selasa (18/8). Sedangkan jenazah Dewa dimakamkan di Makassar.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Akbar ditemukan sekitar pukul 18.00 wita. Sedangkan Dewa sekitar pukul 19.30 wita. Keduanya sudah tewas saat ditemukan tim SAR Maritim yang melakukan pencarian. Lokasi penemuan kedua korban tidak jauh dari lokasi mereka tenggelam.
Sedangkan Solihin dan Rifki, hingga pukul 23.30 wita, tadi malam, belum berhasil ditemukan baru ditemukan hari ini. Solihin adalah siswa SMK Pelayaran Barombong tingkat IV. Puluhan rekan Solihin di SMK Pelayaran Barombong ikut melakukan pencarian bersama-sama tim SAR.
Keterangan dari sejumlah saksi mata, keempat remaja ini tenggelam setelah berusaha saling menolong saat seseorang dari mereka tenggelam dan meminta pertolongan. Namun, belum diperoleh informasi siapa yang lebih dulu tenggelam. Kapolsek Tamalate, AKP Suaib, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (18/8), mengatakan, pihaknya belum bisa memberi keterangan mengenai kronologis kejadian karena masih memintai keterangan sejumlah saksi.
Solihin dan Dewa adalah kakak beradik yang tinggal di Jalan Daeng Tata I, Kompleks Perumahan Tabaria Blok A24 Nomor 1. Solihin dan Dewa bertetangga dengan Akbar. Rumah mereka hanya dipisahkan tiga rumah. Sedangkan Rifki tinggal di blok lain namun di perumahan yang sama.
Keterangan dari adik Solihin, Sinta (15), mereka sekeluarga ke Barombong untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-15.
Rombongan berjumlah tiga mobil. Ayah dan ibu Sinta, Andi- Amiruddin-Farida, serta sejumlah keluarganya ikut serta ke Barombong. Selain keluarga, ada empat teman Solihin dan Dewa yang diajak ke Barombong. Yakni Akbar, Rifki, Wawan, dan Arfes.
Menurut Sinta, sebelum tenggelam, Solihin, Dewa, Akbar, Rifki, Wawan dan Arfes bermain-main air di tepi pantai. Namun, Sinta mengaku tidak melihat langsung saat kakak dan adiknya itu tenggelam karena dia dan keluarganya yang lain berada di rumah peristirahatan yang mereka sewa. Rumah ini, berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
"Saya tidak tahu persis kejadiannya. Yang saya tahu cuma mereka berenam mandi-mandi. Yang tahu itu Arfes dan Wawan," ujar Sinta.
Jenazah Akbar dipulangkan ke rumahnya sekitar 20.30 wita. Sedangkan mayat Dewa, hingga pukul 23.30 wita tadi malam, masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk divisum. Rencananya, jenazah Akbar akan dimakamkan di kampung orang tuanya, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Jeneponto, Selasa (18/8). Sedangkan jenazah Dewa dimakamkan di Makassar.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Minggu, 09 Agustus 2009
Warga-Polisi Bentrok, Kapolres Terluka
Kalau polisi sebagai aparat keamanan bentrok dengan warga siapa yang harus menengahi? Tidak perlu menunggu jawaban. Lebih baca peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan berikut ini.
Ratusan warga dari 11 desa di Kecamatan Polombangkeng Utara (Polut), Takalar, sekitar 50-an kilometer arah selatan Makassar, Sulawesi Selatan, terlibat bentrok dengan polisi saat mereka (warga) berusaha menduduki lahan garapan PT Perkebunan Nasional (PTPN) XIV di Pabrik Gula Takalar, Minggu (9/8).
Versi warga, sekitar sembilan orang dilaporkan terkena tembakan polisi yang berusaha menghalau mereka. Dua warga, Jufri Daeng Tona (30) dan Haris Daeng Naba (25), hingga tadi malam masih menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Makassar, tadi malam.
Sementara lima polisi dilaporkan mengalami luka-luka terkena sabetan senjata tajam maupun lemparan batu, termasuk Kapolres Takalar AKBP Andi Asdi dan Kapolsek Polut, AKP Abd Malik.
"Kasusnya masih dalam penanganan. Laporan yang kami terima, polisi memang melepaskan tembakan peluru karet karena massa sudah anarkis dan menyerang petugas dengan senjata tajam," kata Kepala Bidang Humas Polda Suselbar, Kombes Polisi Hery Subiansari seperti dikutip Tribun Timur, Senin (10/8).
Sejumlah warga menuturkan, saat kejadian terdengar rentetan tembakan yang dilepaskan oleh polisi yang bertugas di kawasan tersebut.
Bentrokan ini adalah yang kesekian kalinya terkait sengketa lahan tebu antara warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan dengan pihak PTPN XIV melalui PG Takalar.
Kontributor Metro TV, Agus, juga menjadi korban pengeroyokan dalam insiden tersebut. Warga Gowa ini dikeroyok karyawan PG Takalar. Kameranya juga ikut dirusak.
Membakar
Bentrokan berawal sekitar pukul 09.00 wita. Ratusan orang tiba-tiba mendatangi lahan di petak A 28 Blok A2, Desa Pa'rappunganta, Polut. Saat itu, ada beberapa warga yang mulai membakar bibit tebu. Massa dipimpin oleh Haji Bani.
Perwira Polresta Takalar, Ipda Masdar, yang datang untuk menenangkan warga mendapat sebetan parang padan bagian telunjuk kanan yang dilakukan oleh Do'do Dg Gassing, warga Pakkawa, Kelurahan Mattoppodalle.
Suasana kemudian bisa dikendalikan. Namun suasana kembali memanas saat kapolres tiba di lokasi. Sekitar pukul 11.00, warga kembali merapat ke lokasi lahan dan mulai menyerang.
Kapolres saat itu sedangkan menenangkan warga agar tidak menghalangi karyawan karena mereka mengolah lahan yang sudah jadi milik pemerintah berdasarkan surat pembebasan yang dimiliki oleh PTPN XIV untuk digunakan sebagai hak guna usaha (HGU).
Kepada warga, mantan Kapolres Mamasa ini meminta diperlihatkan bukti kepemilikan lahan serta menunjukkan lahan dimaksu bila mereka belum mendapat ganti rugi.
"Kalau ada bukti hukumnya, saya siap memfasilitasi mempertemukan dengan kepemerintah. Semua harus taat pada hukum," kata kapolres saat itu.
Kapolres Dilempar
Tiba-tiba terjadi keributan. Kapolres yang sedang menyampaikan penjelasan terkena lemparan batu. Koordinator aksi, Bahrun Dg Situju, mencoba menenangkan warga agar tidak melempar.
Namun aksi massa sudah tidak terkendali. Aparat kepolisian dari Polres Takalar bersama pasukan brimob kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Warga tidak menggubris tembakan tersebut.
Warga bahkan merusaka tiga tameng brimob. Seorang anggota polisi, Bipda Amal, juga terkena lemparan warga pada bagian dada. Kanit Resintel Polsek Polut, Ipda Idrus, juga mengalami nasih serupa.
Kena Tembak
Kejadian ini juga mengakibatkan beberapa warga terkena tembakan petugas saat dibubarkan. Selain Jufri dan Haris, warga lainnya yang terkena tembakan adalah Baso Dg Nanring warga Desa Timbuseng, Dg Masso,Jamaluddin Dg Lebang, Massu Dg Manrung, dan Hamid Dg Mone.
Sebagian korban sudah diizinkan pulang setekah mendapat perawatan di RSU Takalar. Sementara sejumlah orang lainnya yang diduga sebagai pemicu diperiksa di Mapolres Takalar.
Mereka yang diamankan, di antaranya, Bani bersama tiga warga lainnya yang diduga sebagai penggerak massa. Selengkapnya...
Ratusan warga dari 11 desa di Kecamatan Polombangkeng Utara (Polut), Takalar, sekitar 50-an kilometer arah selatan Makassar, Sulawesi Selatan, terlibat bentrok dengan polisi saat mereka (warga) berusaha menduduki lahan garapan PT Perkebunan Nasional (PTPN) XIV di Pabrik Gula Takalar, Minggu (9/8).
Versi warga, sekitar sembilan orang dilaporkan terkena tembakan polisi yang berusaha menghalau mereka. Dua warga, Jufri Daeng Tona (30) dan Haris Daeng Naba (25), hingga tadi malam masih menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Makassar, tadi malam.
Sementara lima polisi dilaporkan mengalami luka-luka terkena sabetan senjata tajam maupun lemparan batu, termasuk Kapolres Takalar AKBP Andi Asdi dan Kapolsek Polut, AKP Abd Malik.
"Kasusnya masih dalam penanganan. Laporan yang kami terima, polisi memang melepaskan tembakan peluru karet karena massa sudah anarkis dan menyerang petugas dengan senjata tajam," kata Kepala Bidang Humas Polda Suselbar, Kombes Polisi Hery Subiansari seperti dikutip Tribun Timur, Senin (10/8).
Sejumlah warga menuturkan, saat kejadian terdengar rentetan tembakan yang dilepaskan oleh polisi yang bertugas di kawasan tersebut.
Bentrokan ini adalah yang kesekian kalinya terkait sengketa lahan tebu antara warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan dengan pihak PTPN XIV melalui PG Takalar.
Kontributor Metro TV, Agus, juga menjadi korban pengeroyokan dalam insiden tersebut. Warga Gowa ini dikeroyok karyawan PG Takalar. Kameranya juga ikut dirusak.
Membakar
Bentrokan berawal sekitar pukul 09.00 wita. Ratusan orang tiba-tiba mendatangi lahan di petak A 28 Blok A2, Desa Pa'rappunganta, Polut. Saat itu, ada beberapa warga yang mulai membakar bibit tebu. Massa dipimpin oleh Haji Bani.
Perwira Polresta Takalar, Ipda Masdar, yang datang untuk menenangkan warga mendapat sebetan parang padan bagian telunjuk kanan yang dilakukan oleh Do'do Dg Gassing, warga Pakkawa, Kelurahan Mattoppodalle.
Suasana kemudian bisa dikendalikan. Namun suasana kembali memanas saat kapolres tiba di lokasi. Sekitar pukul 11.00, warga kembali merapat ke lokasi lahan dan mulai menyerang.
Kapolres saat itu sedangkan menenangkan warga agar tidak menghalangi karyawan karena mereka mengolah lahan yang sudah jadi milik pemerintah berdasarkan surat pembebasan yang dimiliki oleh PTPN XIV untuk digunakan sebagai hak guna usaha (HGU).
Kepada warga, mantan Kapolres Mamasa ini meminta diperlihatkan bukti kepemilikan lahan serta menunjukkan lahan dimaksu bila mereka belum mendapat ganti rugi.
"Kalau ada bukti hukumnya, saya siap memfasilitasi mempertemukan dengan kepemerintah. Semua harus taat pada hukum," kata kapolres saat itu.
Kapolres Dilempar
Tiba-tiba terjadi keributan. Kapolres yang sedang menyampaikan penjelasan terkena lemparan batu. Koordinator aksi, Bahrun Dg Situju, mencoba menenangkan warga agar tidak melempar.
Namun aksi massa sudah tidak terkendali. Aparat kepolisian dari Polres Takalar bersama pasukan brimob kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Warga tidak menggubris tembakan tersebut.
Warga bahkan merusaka tiga tameng brimob. Seorang anggota polisi, Bipda Amal, juga terkena lemparan warga pada bagian dada. Kanit Resintel Polsek Polut, Ipda Idrus, juga mengalami nasih serupa.
Kena Tembak
Kejadian ini juga mengakibatkan beberapa warga terkena tembakan petugas saat dibubarkan. Selain Jufri dan Haris, warga lainnya yang terkena tembakan adalah Baso Dg Nanring warga Desa Timbuseng, Dg Masso,Jamaluddin Dg Lebang, Massu Dg Manrung, dan Hamid Dg Mone.
Sebagian korban sudah diizinkan pulang setekah mendapat perawatan di RSU Takalar. Sementara sejumlah orang lainnya yang diduga sebagai pemicu diperiksa di Mapolres Takalar.
Mereka yang diamankan, di antaranya, Bani bersama tiga warga lainnya yang diduga sebagai penggerak massa. Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Selasa, 04 Agustus 2009
Kecewa, Warga Tutup Jalan

Di era reformasi ini rakyat mendapat ruang gerak lebih besar untuk mengekspresikan keinginannya. So, penyelenggara negara atau mereka yang ditunjuk mengerjakan proyek yang dibiayai oleh negara harus hati-hati. Sebab kalau keseleo rakyat tidak jarang langsung bertindak seperti yang terjadi di salah satu desa di Sulawesi Selatan.
Sejumlah warga di Desa Salassae, Kecamatan Bulukumpa, Bulukumba (sekitar 170 kilometer arah selatan Makassar) menutup jalan sebagai bentuk protes karena pengerjaan jalan dinilai tidak berkualitas, dan merugikan warga.
"Penutupan ini dilakukan karena PT Harpiah Graha Perkasa dan PT Sabar Jaya Pratama hanya mengerjakan asal-asalan dan tidak berkualitas," kata Komite Pemuda Salassae, Sri Puswandi, seperti dikutip Tribun Timur, Rabu (5/8).
Menurut warga, sejak pengerjaan dimulai jalan tersebut sejauh 17 kilometer yang meliputi tiga desa yakni Salassae, Bonto Mangiring, dan Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang tidak ada taransparansi penggunaan anggaran dari pihak PT Harpiah Graha Perkasa dan PT Sabar Jaya Pratama.
Mereka juga menemukan kesalahan pada pengaspalan jenis laston tersebut yang tertuang dalam perencanaan pengerjaan sepanjang 17 kilometer. Namun yang dikerjakan hanya 11 kilometer.
Selain itu, pelaksana juga mengerjakan tidak sesuai aturan yang ada sebab ketebalan aspal hanya empat centimeter (cm) yang seharusnya enam cm. "Ini pelanggaran besar dan membohongi rakyat serta merugikan negara. Mereka harus membongkar ulang jalan ini," tegas Irfan.
Tidak Tahu
Kepala Bina Marga Bulukumba Syafrullah Arief mengaku tidak tahu menahu masalah tersebut. Ia mengaku baru mendengar informasi itu dan akan segera melakukan konfirmasi ke pihak penanggung jawab di lapangan.
"Saya baru tahu kalau ada yang seperti itu. Harus dicek kebenaran jika ada informasi yang seperti itu dan biasanya banyak info yang seperti itu perlu dipastikan dulu," katanya Syafrullah.(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Minggu, 26 Juli 2009
Polisi - Anggota TNI Bentrok di Bulukumba
Suasana di kantor Polres Bulukumba, sekitar 155 kilometer dari Makassar, Minggu (26/7), terasa mencekam, menyusul bentrokan yang melibatkan oknum anggota TNI AD dengan personel Polres Bulukumba. Kabarnya, sebelum bentrokan, dua anggota TNI tersebut sempat dikeroyok oleh sejumlah anggota polisi. Mengapa?
Kasus tersebut dipicu oleh ketersinggungan antara kedua belah pihak saat Muliadi dan Suparman melintas di depan kantor polres dalam perjalanan menuju ke Pantai Merpati Bulukumba. Pantai ini sering digunakan sebagai tempa ngumpul kawula muda untuk menghibur diri.
Kedua bintara TNI yang dikabarkan masih berstatus siswa di Dodiklatpur Bancee ini dikabarkan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi di depan polisi yang sedang piket di polres sehingga memicu perkelahian hingga keduanya sempat dikeroyok oleh anggota polisi.
"Awalnya saya lihat keduanya melintas di depan polres dengan mengeraskan suara sepeda motornya di depan polisi yang sedang piket malam. Keduanya diminta menghentikan ulahnya. Namun mereka tidak mengindahkannya dan justru tidak menerima sehinggga terjadi bentrok. Tapi karena kalah jumlah. Mereka jutsru dikroyok oleh sejumlah polisi," kata seorang saksi mata bernama Anwar seperti dilansir Tribun Timur terbitan Senin (27/7).
Namun polisi membantah terjadi pengeroyokan. Polisi mengatakan, yang terjadi adalah kedua anggota TNI itu melakukan perlawanan saat akan diamankan karena mereka diduga dalam keadaan mabuk berat sehingga mengeluarkan kata-kata kurang etis kepada aparat kepolisian.
"Ini hanya kesalahpahaman saja. Mereka diamankan di Polres Bulukumba dan tidak ada pengeroyokan," kata Wakapolres Bulukumba, Kompol Novly F Pitoi.
Kapolres Bulukumba, AKBP Agus Budi Karyanto mengatakan, masih melakukan penyelidikan untuk menuntaskan masalah itu sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
"Kami bersama dandim, denpom, dan rindam akan bersama sama melakukan penyelidikan dan mendudukkan masalah ini sesuai hukum yang berlaku dan sementara lima anggota kami masih diperiksa sebagai saksi," katanya.
Polisi juga menemukan barang bukti berupa sarung badik yang sempat dijatuhkan saat terjadi kejar-kejaran dan sebuah sepeda motor yang digunakan kedua oknum anggota TNI tersebut. Polisi juga mengamankan sejumlah warga yang tengah menuguk minuman keras di Kafe Phinisi yang juga merupakan diduga tempat meminuman keras dua anggota TNI itu sebelum melakukan aksi ugal-ugalan di depan Polres Bulukumba.
Mulyadi dan Suparman dikabarkan sedang berlibur di kampung halamannya, Bulukumba.
Komandan Kodim 1411 Bulukumna Letkol Infanteri Rudi Syamsir membahtah bila Serda Muliadi dan Serda dalam keadaan mabuk saat dikeroyok.
Menururnya, tidak ada bukti botol minuman keras yang diperoleh. "Anggota TNI itu tidak mabuk dan hanya membawa soft drink bersama minuman suplemen. Mereka sedang menuju ke Pantai Merepati dari arah Leppe'E. Di tengah jalan, dia diminta berhenti oleh polisi namun tidak diterima oleh keduanya sehingga terjadi kesalahpahaman," kata Rudi.(rusdy embas) Selengkapnya...
Kasus tersebut dipicu oleh ketersinggungan antara kedua belah pihak saat Muliadi dan Suparman melintas di depan kantor polres dalam perjalanan menuju ke Pantai Merpati Bulukumba. Pantai ini sering digunakan sebagai tempa ngumpul kawula muda untuk menghibur diri.
Kedua bintara TNI yang dikabarkan masih berstatus siswa di Dodiklatpur Bancee ini dikabarkan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi di depan polisi yang sedang piket di polres sehingga memicu perkelahian hingga keduanya sempat dikeroyok oleh anggota polisi.
"Awalnya saya lihat keduanya melintas di depan polres dengan mengeraskan suara sepeda motornya di depan polisi yang sedang piket malam. Keduanya diminta menghentikan ulahnya. Namun mereka tidak mengindahkannya dan justru tidak menerima sehinggga terjadi bentrok. Tapi karena kalah jumlah. Mereka jutsru dikroyok oleh sejumlah polisi," kata seorang saksi mata bernama Anwar seperti dilansir Tribun Timur terbitan Senin (27/7).
Namun polisi membantah terjadi pengeroyokan. Polisi mengatakan, yang terjadi adalah kedua anggota TNI itu melakukan perlawanan saat akan diamankan karena mereka diduga dalam keadaan mabuk berat sehingga mengeluarkan kata-kata kurang etis kepada aparat kepolisian.
"Ini hanya kesalahpahaman saja. Mereka diamankan di Polres Bulukumba dan tidak ada pengeroyokan," kata Wakapolres Bulukumba, Kompol Novly F Pitoi.
Kapolres Bulukumba, AKBP Agus Budi Karyanto mengatakan, masih melakukan penyelidikan untuk menuntaskan masalah itu sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
"Kami bersama dandim, denpom, dan rindam akan bersama sama melakukan penyelidikan dan mendudukkan masalah ini sesuai hukum yang berlaku dan sementara lima anggota kami masih diperiksa sebagai saksi," katanya.
Polisi juga menemukan barang bukti berupa sarung badik yang sempat dijatuhkan saat terjadi kejar-kejaran dan sebuah sepeda motor yang digunakan kedua oknum anggota TNI tersebut. Polisi juga mengamankan sejumlah warga yang tengah menuguk minuman keras di Kafe Phinisi yang juga merupakan diduga tempat meminuman keras dua anggota TNI itu sebelum melakukan aksi ugal-ugalan di depan Polres Bulukumba.
Mulyadi dan Suparman dikabarkan sedang berlibur di kampung halamannya, Bulukumba.
Komandan Kodim 1411 Bulukumna Letkol Infanteri Rudi Syamsir membahtah bila Serda Muliadi dan Serda dalam keadaan mabuk saat dikeroyok.
Menururnya, tidak ada bukti botol minuman keras yang diperoleh. "Anggota TNI itu tidak mabuk dan hanya membawa soft drink bersama minuman suplemen. Mereka sedang menuju ke Pantai Merepati dari arah Leppe'E. Di tengah jalan, dia diminta berhenti oleh polisi namun tidak diterima oleh keduanya sehingga terjadi kesalahpahaman," kata Rudi.(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Kamis, 07 Mei 2009
Biadab, Siswi SMP Diperkosa
Entah hukuman apa yang pantas diberikan kepada manusia seperti ini. Pria berusia 24 tahun bernama Gery ini telah menistai seorang pelajar SMP setelah lima lima malam dibawa kabur. Kuat dugaan siswi SMP tersebut dihipnotis oleh pelaku.
Polisi yang menerima laporan tersebut bergerak cepat dan mencari informasi seputar hilangnya anak tersebut. Pelaku diringkus aparat kepolisian dari Polsekta Tamalate, Kamis (7/5), di rumahnya Jl Tidung Lima, Kecamatan Tamalate, Makassar.
Gery yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang servis barang elektronik itu pun terancam akan menjalani hari-hari mendatangnya selama tujuh tahun di balik jeruji besi.
AN yang menjadi korban perkosaan mencerita kronologis kejadian yang menimpanya. Pekan lalu, saat pulang dari sekolah, tiba-tiba Gery mendekat dan memegang belakang kupingnya.
"Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saya merasa langsung menurut saja sama dia. Siang itu saya ikut sama dia," tutur AN yang berambut ikal ini.
Selama dibawa kabur korban yang berparas ayu ini mengaku tidak tahu menahu apa yang telah menimpa dirinya. Tersangka yang memiliki kulit agak gelap itu menyangkal jika dirinya melakukan hubungan suami istri dengan korban dengan cara memaksa.
"Saya tidak pernah memaksa dia untuk berhubungan, justru saya yang diajaknya," jelas Gery di depan penyidik kepolisian.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Polisi yang menerima laporan tersebut bergerak cepat dan mencari informasi seputar hilangnya anak tersebut. Pelaku diringkus aparat kepolisian dari Polsekta Tamalate, Kamis (7/5), di rumahnya Jl Tidung Lima, Kecamatan Tamalate, Makassar.
Gery yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang servis barang elektronik itu pun terancam akan menjalani hari-hari mendatangnya selama tujuh tahun di balik jeruji besi.
AN yang menjadi korban perkosaan mencerita kronologis kejadian yang menimpanya. Pekan lalu, saat pulang dari sekolah, tiba-tiba Gery mendekat dan memegang belakang kupingnya.
"Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saya merasa langsung menurut saja sama dia. Siang itu saya ikut sama dia," tutur AN yang berambut ikal ini.
Selama dibawa kabur korban yang berparas ayu ini mengaku tidak tahu menahu apa yang telah menimpa dirinya. Tersangka yang memiliki kulit agak gelap itu menyangkal jika dirinya melakukan hubungan suami istri dengan korban dengan cara memaksa.
"Saya tidak pernah memaksa dia untuk berhubungan, justru saya yang diajaknya," jelas Gery di depan penyidik kepolisian.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Minggu, 03 Mei 2009
Warga Maccini Tewas Tertembak
Seorang warga Makassar bernama Herman Boy yang sedang berjualan tiba-tiba roboh. Pria berusia 60 tahun itu tewas dalam perjalanan dari Maccini Parang ke RS Mappaouddang Makassar, Minggu (3/5). Herman tewas setelah sebuah timah panas menancap di rusuk kirinya. Dari pistol mana berasal timah panas itu?
Menurut informasi yang dilansir Tribun Timur sebelum penembakan tersebut terjadi, sekitar pukul 14.00 Wita, puluhan warga Karuwisi mendatangi para pemuda yang berada di Pasar Maccini.
"Saat itu, warga Maccini tidak memberikan perlawanan, namun setelah warga Karuwisi mengambil ikan, dan menghancurkan tempat penjualan mereka, bentrokan pun terjadi," ujar warga Maccini yang enggan disebutkan namanya.
Hanya saja tawuran tersebut tidak berlangsung lama, pasalnya beberapa aparat kepolisian yang sudah ada di lapangan, melerai tawuran tersebut, sehingga tidak ada korban yang jatuh dari kedua belah pihak.
Namun sekitar pukul 16.30 Wita, tawuran yang melibatkan warga dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Panakukang, dan Makassar dan hanya dipisahkan oleh setapak jalan itu kembali terjadi.
Saat itulah, Herman yang sedang membereskan ikan jualannya, terkena timah panas yang diduga dilepaskan oleh aparat kepolisian yang melakukan pengamanan saat itu.
"Tidak ada tembakan peringatan, saya hanya mendengar suara letusan sekali, dan tiba-tiba korban yang tak jauh dari saya jatuh tersungkur,"jelas Ardi salah seorang warga Maccini yang ditemui di RS Bhayangkara Makassar.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Menurut informasi yang dilansir Tribun Timur sebelum penembakan tersebut terjadi, sekitar pukul 14.00 Wita, puluhan warga Karuwisi mendatangi para pemuda yang berada di Pasar Maccini.
"Saat itu, warga Maccini tidak memberikan perlawanan, namun setelah warga Karuwisi mengambil ikan, dan menghancurkan tempat penjualan mereka, bentrokan pun terjadi," ujar warga Maccini yang enggan disebutkan namanya.
Hanya saja tawuran tersebut tidak berlangsung lama, pasalnya beberapa aparat kepolisian yang sudah ada di lapangan, melerai tawuran tersebut, sehingga tidak ada korban yang jatuh dari kedua belah pihak.
Namun sekitar pukul 16.30 Wita, tawuran yang melibatkan warga dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Panakukang, dan Makassar dan hanya dipisahkan oleh setapak jalan itu kembali terjadi.
Saat itulah, Herman yang sedang membereskan ikan jualannya, terkena timah panas yang diduga dilepaskan oleh aparat kepolisian yang melakukan pengamanan saat itu.
"Tidak ada tembakan peringatan, saya hanya mendengar suara letusan sekali, dan tiba-tiba korban yang tak jauh dari saya jatuh tersungkur,"jelas Ardi salah seorang warga Maccini yang ditemui di RS Bhayangkara Makassar.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Minggu, 12 April 2009
Usai Ditikam, Jenazah Diarak di Pantai Losari
Ini bukan adegan dalam film tetapi peristiwanya benar-benar terjadi di Makassar. Jenazah seorang warga Makassar berusia 19 tahun yang tewas akibat enam kali tikaman diarak oleh keluarganya dari rumah sakit menuju rumah duka yang berjarak sekitar 300 meter. Kenapa bisa terjadi?
Koran Tribun Timur, Senin (13/4), memberitakan, jenazah Bayu (19) warga Mariso diarak oleh keluarganya dari RS Stella Maris menuju kediamannya di Jl Rajawali Makassar, setelah tewas dengan enam tikaman badik di Pantai Laguna Makassar, Minggu (12/4) dini hari.
Terjadinya penikaman yang berlangsung sekitar pukul 01.30 Wita ini, membuat pengunjung pantai Laguna gempar. Sebelum penikaman tersebut, terjadi aksi kejar-kejaran antara korban dan pelaku. "Seperti di film hollywood," kata Wawan, seorang penjaga kafe di Laguna.
Informasi yang berhasil dihimpun dari lapangan mengungkapkan, penikaman dipicu dendam pelaku terhadap tersangka. Beberapa jam sebelum insiden tersebut, Bayu sempat menempeleng, Iwan, adik Imran (18) yang juga termasuk pelaku penikaman.
Imran yang tidak menerima adiknya yang masih berusia 5 tahun itu ditempeleng, kemudian bermaksud membuat perhitungan dengan korban, kesempatan itupun digunakan oleh pelaku saat bertemu dengan korban di Pantai Laguna.
Meski korban sudah berusaha menghindar, akhirnya terkapar setelah ditikam enam kali tepat di pintu masuk pantai Laguna. Beberapa warga yang melihat kejadian tersebut, langsung melarikan korban ke RS Stella Maris, yang berjarak sekitar 300 meter dari kawasan hiburan malam di bibir pantai itu.
Tak lama setelah tiba di rumah sakit tersebut, korban pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga korban yang terlihat marah dengan kejadian tersebut, sontak mengambil keputusan untuk mengarak jenazah Bayu dari RS Stella Maris ke kediaman korban, meski mayat tersebut belum divisum.
Puluhan aparat kepolisian, baik dari Polsekta Mariso, Polresta Makassar Barat, dan Polwiltabes Makassar, pascakejadian tanpak melakukan ekstra pengamanan di sekitar TKP.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Koran Tribun Timur, Senin (13/4), memberitakan, jenazah Bayu (19) warga Mariso diarak oleh keluarganya dari RS Stella Maris menuju kediamannya di Jl Rajawali Makassar, setelah tewas dengan enam tikaman badik di Pantai Laguna Makassar, Minggu (12/4) dini hari.
Terjadinya penikaman yang berlangsung sekitar pukul 01.30 Wita ini, membuat pengunjung pantai Laguna gempar. Sebelum penikaman tersebut, terjadi aksi kejar-kejaran antara korban dan pelaku. "Seperti di film hollywood," kata Wawan, seorang penjaga kafe di Laguna.
Informasi yang berhasil dihimpun dari lapangan mengungkapkan, penikaman dipicu dendam pelaku terhadap tersangka. Beberapa jam sebelum insiden tersebut, Bayu sempat menempeleng, Iwan, adik Imran (18) yang juga termasuk pelaku penikaman.
Imran yang tidak menerima adiknya yang masih berusia 5 tahun itu ditempeleng, kemudian bermaksud membuat perhitungan dengan korban, kesempatan itupun digunakan oleh pelaku saat bertemu dengan korban di Pantai Laguna.
Meski korban sudah berusaha menghindar, akhirnya terkapar setelah ditikam enam kali tepat di pintu masuk pantai Laguna. Beberapa warga yang melihat kejadian tersebut, langsung melarikan korban ke RS Stella Maris, yang berjarak sekitar 300 meter dari kawasan hiburan malam di bibir pantai itu.
Tak lama setelah tiba di rumah sakit tersebut, korban pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga korban yang terlihat marah dengan kejadian tersebut, sontak mengambil keputusan untuk mengarak jenazah Bayu dari RS Stella Maris ke kediaman korban, meski mayat tersebut belum divisum.
Puluhan aparat kepolisian, baik dari Polsekta Mariso, Polresta Makassar Barat, dan Polwiltabes Makassar, pascakejadian tanpak melakukan ekstra pengamanan di sekitar TKP.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Jumat, 26 Desember 2008
Hajatan Pernikahan Telan Korban
Hajatan pernikahan di Kabupaten Bone lagi-lagi memakan korban. Kali ini menimpa Zulkifli (19), warga Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Rabu (24/12) malam, saat menghadiri hajatan pernikahan keluarganya di Kelurahan Panyula Kecamatan Tanete Riattang Timur Kota Watampone.
Kejadian berawal saat Zulkifli membela sepupu perempuannya yang diganggu sekelompok pemuda di pesta perkawinan tersebut. Namun, seorang oknum pelaku langsung menghunuskan parangnya dan menebas Zulkifli.
Malang bagi korban yang mencoba menangkis sabetan benda tajam tersebut. Tangan kirinya nyaris putus dan langsung mendapatkan perawatan intensif di unit gawat darurat (UGD) RSUD Tenriawaru Watampone.
Ayah korban Ramli yang ditemui wartawan di rumah sakit menyesalkan insiden tersebut dan berharap agar pelaku bisa diamankan. Saat kejadian, banyak pemuda yang berkumpul sehingga tidak dikenal pelakunya yang langsung kabur. Namun menurut beberapa saksi mata, pelaku lari ke arah Pelabuhan Bajoe.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Kejadian berawal saat Zulkifli membela sepupu perempuannya yang diganggu sekelompok pemuda di pesta perkawinan tersebut. Namun, seorang oknum pelaku langsung menghunuskan parangnya dan menebas Zulkifli.
Malang bagi korban yang mencoba menangkis sabetan benda tajam tersebut. Tangan kirinya nyaris putus dan langsung mendapatkan perawatan intensif di unit gawat darurat (UGD) RSUD Tenriawaru Watampone.
Ayah korban Ramli yang ditemui wartawan di rumah sakit menyesalkan insiden tersebut dan berharap agar pelaku bisa diamankan. Saat kejadian, banyak pemuda yang berkumpul sehingga tidak dikenal pelakunya yang langsung kabur. Namun menurut beberapa saksi mata, pelaku lari ke arah Pelabuhan Bajoe.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Rabu, 26 November 2008
Kabid Dispora Dirampok, Duit Rp 100 Juta Raib
Hati-hati membawa uang banyak. Ini peringatan bagi mereka yang sering dipercaya mencairkan dana untuk kebutuhan sebuah organisasi agar tidak bertindak sembrono. Sebab kalau salah bisa berakibat fatal seperti yang dialami Kabid Dispora Makassar.
Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Pemerintah Kota Makassar M Basri mengalami nasib apes. Uang tunai senilai Rp 100 juta yang baru saja ia tarik dari Bank Sulsel dan ditaruh di mobilnya dirampok, Selasa (25/11) sekitar pukul 14.00 wita.
Padahal dana tersebut akan digunakan korban membayar biaya kegiatan kewirausahaan pemuda, 2-9 Desember 2008 di Hotel Singgasana. Kegiatan ini merupakan agenda Dispora Makassar.
Perampok diduga mengendarai mobil Toyota Kuda warna perak. Saat itu mobil Suzuki Escudo DD 111 RG milik korban sedang diparkir di depan rumah rekannya, Sunardi, di Kompleks Hartaco 2B, Jl Dg Tata, Makassar.
Hanya berselang sekitar 10 menit saat korban berada di rumah rekannya, beberapa warga berteriak menanyakan siapa pemilik mobil yang kaca jendelanya pecah. Mendengar hal itu, Basri yang juga mantan Wakil Ketua KNPI Sulawesi Selatan bergegas ke luar rumah mendekati mobilnya.
Benar. Kaca jendela mobilnya bagian samping kanan pecah. Uang tunai senilai Rp 100 juta yang dibungkus kantong plastik hitam yang disimpan dalam mobil raib. Diduga pelaku membuka pintu mobil yang terkunci itu setelah kaca jendela itu dipecahkan.
Saat melihat kaca mobilnya pecah dan mengetahui kantong plastik berisi uangnya itu raib, Basri hampir tak sadarkan diri.
"Jangan-jangan pelakunya mengikuti saya sejak dari Bank Sulsel di Jl Ratulangi. Saya memang sebelumnya ambil uang dari Bank Sulsel sebelum saya ke rumah teman di Hartaco," tutur Basri seperti dilansir Tribun Timur, Rabu (26/11).
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa ini. Kenapa uang sebanyak itu tidak dibawa ke kantor dulu. Apalagi jarak antara Balaikota dengan Bank Sulsel tempat uang itu dicairkan lebih dekat dengan rumah teman korban.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Senin, 24 November 2008
Rujab Bupati Bone Diteror Bom

Reformasi memberi kebebasan warga negeri ini untuk mengekspresikan isi hati dan pikirannnya. Perbuatan yang selama zaman Orde Baru dianggap tabu dan haram dilakukan kini sudah menjadi pemandangan rutin. Liat saja di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Rumah Jabatan Bupatinya diteror bom.
Rumah jabatan Bupati Bone AM Idris Galigo yang terletak di Jl Petta Ponggawae Kota Watampone, menjadi sasaran diteror bom. Sekitar pukul 16.30 wita seorang penelepon bersuara pria memberi tahu bahwa ada bom yang telah diletakkannya di pos penjagaan dan siap untuk diledakkan. Usai memberi peringatan si penelpon langsung mematikan teleponnya.
Hermanto, anggota Satpol PP Bone yang menerima telepon tersebut kemudian menelepon balik karena tiap nomor yang masuk ke telepon rujab dapat dilihat di monitor dan terdaftar. Telepon kemudian tersambung dan diangkat. Namun, penerima telepon mengaku tidak pernah menghubungi nomor rujab.
Pria tersebut mengaku tinggal di Kabupaten Maros belakang Terminal Maros dan mengaku bernama Erwin. Usai menjelaskan identitasnya, pria tersebut menutup teleponnya dan ketika Hermanto menghubungi kembali sudah dalam keadaan tidak aktif. Anggota Satpol PP yang lain kemudian menghubungi salah seorang anggota Unit Buser Polres Bone yang langsung datang menyisir area rujab.
Unit Buser kemudian meminta bantuan jajaran Polres Bone yang lain. Kapolres Bone AKBP Zarialdi didampingi Kasat Reskrim AKP M Yusuf kemudian tiba di rujab dan meminta anak buahnya melakukan penyisiran. Selama dua jam penyisiran, tidak ditemukan benda berbahaya yang menyerupai bom.
"Kami akan berkoordinasi dengan Telkomsel karena nomor yang dipakai pelaku adalah dari operator tersebut. Yang jelas kami akan terus melakukan penyelidikan," kata Yusuf seperti dilansir Tribun Timur, Selasa (25/11).
Sekitar pukul 21.00 wita, anggota jihandak Brimob Kompi C Watampone kemudian melakukan penyisiran setelah terlebih dahulu, area disterilkan. Selain anggota jihandak, diminta yang tidak berkepentingan agar berada di luar kawasan rujab yang akan disisir. Selama satu jam penyisiran, petugas juga tidak menemukan adanya tanda-tanda keberadaan bahan peledak.
Saat ini AM Idris Galigo sedang menunaikan ibadah haji. Saat kejadian, hanya ada beberapa anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam rujab. Tidak terjadi kepanikan pada penghuni rumah. Hingga saat ini polisi masih berjaga-jaga di sekitar rujab. Ruas jalan yang berada di depan rujab ditutup dan kendaraan yang tidak berkepentingan dilarang melintas.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Sabtu, 08 November 2008
Bentrok, Tiga Warga Tertikam
Berita menyengat dada juga masih terjadi Makassar. Bentrokan terjadi lagi. Kali ini melibatkan warga Talasalapang dan warga Jl Toddopuli V Perumnas. Adakah yang salah dalam mengelola kota ini. Jika bentrokan demi bentrokan terus berlanjut itu akan membuat rasa tidak aman bagi warga Kota Makassar. Siapa yang bertanggung jawab?
Bentrokan yang terjadi Jumat (7/11) siang itu menyebabkan Irwan (24), Awu (21), dan Damma (23) luka serius dan harus dirawat di Rumah Sakit Islam Faisal. Selain mereka dua warga lain juga terluka meski hanya luka ringan dan tidak butuh perawtan intensif.
Irwan mengalami luka serius di bagian dahinya sehingga mata korban tidak bisa terbuka saat diobati. Sedangkan Awu dan Damma menderita beberapa luka tusukan badik di bagian perutnya. Basri Dg Sila hanya bisa meregang karena bagian dadanya terkena hantaman palu-palu sedangkan Sul menderita luka ringan karena terkena pukulan benda tumpul. Kasusnya sedang ditangani Polresta Makassar Timur.
Jangan hanya sekadar diselisiki Pak Polisi. Tetapi carikan solusi terbaik untuk menghindari perisitwa serupa terulang lagi. Bukankah peristiwa seperti ini sudah nyaris rutin terjadi?
Ada akar permasalahan yang rasanya perlu segera diamputasi dan itu menjadi tugas bersama tetapi perlu dimotori oleh mereka yang memang diberi amanah untuk menjaga ketertiban masyarakat.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Bentrokan yang terjadi Jumat (7/11) siang itu menyebabkan Irwan (24), Awu (21), dan Damma (23) luka serius dan harus dirawat di Rumah Sakit Islam Faisal. Selain mereka dua warga lain juga terluka meski hanya luka ringan dan tidak butuh perawtan intensif.
Irwan mengalami luka serius di bagian dahinya sehingga mata korban tidak bisa terbuka saat diobati. Sedangkan Awu dan Damma menderita beberapa luka tusukan badik di bagian perutnya. Basri Dg Sila hanya bisa meregang karena bagian dadanya terkena hantaman palu-palu sedangkan Sul menderita luka ringan karena terkena pukulan benda tumpul. Kasusnya sedang ditangani Polresta Makassar Timur.
Jangan hanya sekadar diselisiki Pak Polisi. Tetapi carikan solusi terbaik untuk menghindari perisitwa serupa terulang lagi. Bukankah peristiwa seperti ini sudah nyaris rutin terjadi?
Ada akar permasalahan yang rasanya perlu segera diamputasi dan itu menjadi tugas bersama tetapi perlu dimotori oleh mereka yang memang diberi amanah untuk menjaga ketertiban masyarakat.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Kamis, 06 November 2008
Karebosi Link Terendam Banjir
Lima ratus kios yang berada di Karebosi Link, pusat perbelanjaan yang berada di perut Lapangan Karebosi terendam banjir setinggi 30 centimeter. Proyek yang sejak awal revitalisasi ini kontan menjadi tontonan masyarakat Kota Makassar. Banyak cerita yang beredar seputar peristiwa tersebut. Dari yang berbau mistik sampai yang masih bisa diterima akal sehat.
Lapangan Karebosi tergenang air alias kebanjiran saat musim penghujan sebenarnya bukan hal luar biasa. Karena kejadian itu sudah merupakan peristiwa rutin saban musim penghujan mengguyur Makassar.
Tetapi banjir yang terjadi kali ini berbeda. Karena bukan banjir di permukaan Lapangan Karebosi yang menjadi sorotan, tetapi deretan bangunan atau kios yang ada di perut Lapangan Karebosi.
Karebosi sekarang bukan lagi Karebosi yang dulu ketika belum tersentuh program revitalisasi. Meski proyek yang sempat mengundang protes sejumlah kalangan itu belum rampung namun aktivitas bisnis sudah mulai menggeliat di dalamnya. Bahkan Carrefour sudah membuka outletnya di sana.
Hingga kemarin, air yang merendam lods itu belum juga bisa teratasi tuntas. Meski pengelola telah mengerahkan 20 pompa untuk menyedot air yang terlanjur masuk.
Pengelola Karebosi Link berusaha meyakinkan publik bahwa genangan air tersebut bukan karena kesalahan konstruksi tetapi karena musibah akibat jebolnya saluran air sementara yang dibuat kontraktor.
Apapun alasannya, air sudah terlanjur masuk menggenangi kios yang ada di basement dan pedagang telah menderita kerugian.
Niat baik datang dari pengelola Karebosi Link yang berjanji akan membicarakan soal kerugian yang dialami pedagang itu secara kekeluargaan.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Rabu, 05 November 2008
Anggota Kostrad Ditikam
Seorang anggota Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) 433/Sambo Eja, Pratu Patta Lolo, menjadi korban penikaman saat sedang liburan di Pantai Tanjung Bayam, Kecamatan Tamalate, Makassar, Selasa (4/11). Beruntung, nyawa anggota satuan elite TNI AD itu masih terselamatkan meski sampai sekarang dalam keadaan kritis dan dirawat di Rumah Sakit Pelamonia.
Gara-gara melerai orang yang sedang berkelahi pria tersebut mengalami nasib nahas dan terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit.
"Informasi yang kami terima pelaku pengeroyokan enam orang. Masing-masing Indra Perwira, Rukman, Andi Muhlis, Anas, Chandra, dan Ali," ungkap Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Kombes Polisi Hery Subiansauri, seperti dikuti Tribun Timur, Rabu (5/11).
Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian, perkelahian tersebut berawal saat Muhlis mengontak pacarnya yang bernama Nina via telepon, Senin (3/11) sekitar pukul 23.30 wita. Saat itu Muhlis mengeluarkan kata-kata kasar kepada Nina karena diketahui sedang menginap di salah satu pemondokan di Tanjung Bayam bersama Patta Lolo dan dua pasangan lainnya.
Nina pun meminta bantuan ke rekannya Idul untuk menasihati pacarnya. Idul pun menelepon Muhlis dan menasehatinya. Namun yang ditelepon tak terima. Bahkan Muhlis mengajak berkelahi Idul. Keesokan harinya, Selasa (4/11), Muhlis kembali mengontak Idul untuk bertemu.
Muhlis bersama lima rekannya pun menemui Idul di Tanjung. Saat bertemu, Muhlis cs langsung mengeroyok Idul. Salah seorang pelaku sempat mengeluarkan badik dan melayangkan ke tubuh Idul. Melihat kejadian itu, Pratu Patta Lolo dan rekannya Prada Muhajir, anggota Kostrad 433/SJ datang melerai.
Namun salah seorang pengeroyok berbalik arah menikam Patta Lolo sebanyak dua kali dan mengena pinggang korban. Sementara dari kubu pengeroyok, juga mengalami luka yakni Muhlis dan Indra Perwira. Sebagian pelaku sudah ditahan di Markas Polresta Makassar Timur.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Gara-gara melerai orang yang sedang berkelahi pria tersebut mengalami nasib nahas dan terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit.
"Informasi yang kami terima pelaku pengeroyokan enam orang. Masing-masing Indra Perwira, Rukman, Andi Muhlis, Anas, Chandra, dan Ali," ungkap Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Kombes Polisi Hery Subiansauri, seperti dikuti Tribun Timur, Rabu (5/11).
Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian, perkelahian tersebut berawal saat Muhlis mengontak pacarnya yang bernama Nina via telepon, Senin (3/11) sekitar pukul 23.30 wita. Saat itu Muhlis mengeluarkan kata-kata kasar kepada Nina karena diketahui sedang menginap di salah satu pemondokan di Tanjung Bayam bersama Patta Lolo dan dua pasangan lainnya.
Nina pun meminta bantuan ke rekannya Idul untuk menasihati pacarnya. Idul pun menelepon Muhlis dan menasehatinya. Namun yang ditelepon tak terima. Bahkan Muhlis mengajak berkelahi Idul. Keesokan harinya, Selasa (4/11), Muhlis kembali mengontak Idul untuk bertemu.
Muhlis bersama lima rekannya pun menemui Idul di Tanjung. Saat bertemu, Muhlis cs langsung mengeroyok Idul. Salah seorang pelaku sempat mengeluarkan badik dan melayangkan ke tubuh Idul. Melihat kejadian itu, Pratu Patta Lolo dan rekannya Prada Muhajir, anggota Kostrad 433/SJ datang melerai.
Namun salah seorang pengeroyok berbalik arah menikam Patta Lolo sebanyak dua kali dan mengena pinggang korban. Sementara dari kubu pengeroyok, juga mengalami luka yakni Muhlis dan Indra Perwira. Sebagian pelaku sudah ditahan di Markas Polresta Makassar Timur.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Senin, 03 November 2008
Satu Keluarga Tewas Disambar Petir
Ajal bisa datang dan kapan saja menjemput. Tidak mengenal tempat dan waktu. Penyebab kematian pun sulit dipastikan seperti yang dialami sebuah keluarga di Desa Paccelekang, Kecamatan Pattalassang, Gowa. Mereka tewas tersambar petir ketika berteduh di sebuah gubuk di tengah sawah sekitar 35 kilometer dari Makassar.
Minggu (2/11) sekitar pukul 16.00 wita satu keluarga tewas mengenaskan dengan tubuh hitam menggosong. Mereka adalah, Haruna (40), Salika—istri Harun (30), dan anaknya Ical (5). Seorang warga lain bernama Dg Ngitung (60) yang berteduh di tempat yang sama ikut tewas. Kendati demikian, seorang anak Haruna bernama Najir yang berusia 15 tahun selamat dari perisitwa tersebut.
Najir yang ikut berteduh di tempat yang sama saat hujan deras mengguyur selamat dan kini sementara mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Meski selamat, namun Najir yang kini sebatang kara harus diamputasi kaki kirinya akibat tersambar petir yang mengambil nyawa kedua orangtua dan seorang adiknya itu.
Haruna bersama istri dan anaknya telah dikebumikan di Pekuburan Tamalate, Desa Moncongloe Bulu, Kecamatan Moncongloe.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Minggu (2/11) sekitar pukul 16.00 wita satu keluarga tewas mengenaskan dengan tubuh hitam menggosong. Mereka adalah, Haruna (40), Salika—istri Harun (30), dan anaknya Ical (5). Seorang warga lain bernama Dg Ngitung (60) yang berteduh di tempat yang sama ikut tewas. Kendati demikian, seorang anak Haruna bernama Najir yang berusia 15 tahun selamat dari perisitwa tersebut.
Najir yang ikut berteduh di tempat yang sama saat hujan deras mengguyur selamat dan kini sementara mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Meski selamat, namun Najir yang kini sebatang kara harus diamputasi kaki kirinya akibat tersambar petir yang mengambil nyawa kedua orangtua dan seorang adiknya itu.
Haruna bersama istri dan anaknya telah dikebumikan di Pekuburan Tamalate, Desa Moncongloe Bulu, Kecamatan Moncongloe.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Terluka Ditikam Kekasih Adik
Jangan sembarang menegur orang yang sedang kasmaran karena biasanya mereka mudah tersinggung dan bisa memakan korban seperti dialami Nasir ketika menegur adiknya yang sedang berkencan. Gara-gara menegur adiknya yang telah bersuami, sang kakak harus menderita kena tikam kekasih adiknya.
Nasir yang sehari-hari bekerja sebagai teknisi komputer, akhirnya harus menderita luka tikaman di lengannya saat menegur adik perempuannya berduaan dengan seorang pemuda tetangganya. Peristiwa tersebut terjadi Minggu (2/11).
Tribun Timur memberitakan, kejadiannya berawal saat korban hendak membeli rokok setelah menyelesaikan pekerjaannya di satu gerai counter penjualan pulsa yang tak jauh dari rumah korban di Pampang.
Korban mengaku saat dalam perjalanan, ia melihat satu pasangan yang sedang bermesraan di tempat gelap, saat itulah korban mendekat karena mengaku agak kenal dengan fisik perempuan di tempat tersebut.
Setelah mendekat, korban mengaku kaget, karena perempuan itu ternyata adiknya yang sedang asyik dimabuk asmara. Padahal sang adik telah bersuami yang sedang berkebun di Siwa, Kabupaten Wajo.
Melihat itu, dia menegur adiknya dan memintanya pulang tetapi sang adik menolak. Akibatnya dia menampar adiknya karena tersulut emosi.
Bucek, kekasih Dewi yang melihat tindakan tersebut langsung membela Dewi dan mengancam akan membuat perhitungan dengan Nasir.
Setelah kejadian tersebut Nasir kemudian kembali ke rumahnya. Tak lama beberapa saat kemudian ternyata Bucek sudah membuntuti dengan membawa sebilah badik.
Tanpa banyak tanya, Bucek langsung menghujamkan badiknya ke tubuh Nasir, namun Nasir dengan cepat menghindar dengan mendekat ke arah pelaku. Ia memeluk pelaku sekuat mungkin.
Karena dipeluk dengan keras, pelaku mengalami kesulitan bergerak. Ia hanya mengayungkan senjata tajam yang ia pegang, sehingga mengenai lengan korban.
Insiden tersebut sementara ditangai Polresta Makassar Timur.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Nasir yang sehari-hari bekerja sebagai teknisi komputer, akhirnya harus menderita luka tikaman di lengannya saat menegur adik perempuannya berduaan dengan seorang pemuda tetangganya. Peristiwa tersebut terjadi Minggu (2/11).
Tribun Timur memberitakan, kejadiannya berawal saat korban hendak membeli rokok setelah menyelesaikan pekerjaannya di satu gerai counter penjualan pulsa yang tak jauh dari rumah korban di Pampang.
Korban mengaku saat dalam perjalanan, ia melihat satu pasangan yang sedang bermesraan di tempat gelap, saat itulah korban mendekat karena mengaku agak kenal dengan fisik perempuan di tempat tersebut.
Setelah mendekat, korban mengaku kaget, karena perempuan itu ternyata adiknya yang sedang asyik dimabuk asmara. Padahal sang adik telah bersuami yang sedang berkebun di Siwa, Kabupaten Wajo.
Melihat itu, dia menegur adiknya dan memintanya pulang tetapi sang adik menolak. Akibatnya dia menampar adiknya karena tersulut emosi.
Bucek, kekasih Dewi yang melihat tindakan tersebut langsung membela Dewi dan mengancam akan membuat perhitungan dengan Nasir.
Setelah kejadian tersebut Nasir kemudian kembali ke rumahnya. Tak lama beberapa saat kemudian ternyata Bucek sudah membuntuti dengan membawa sebilah badik.
Tanpa banyak tanya, Bucek langsung menghujamkan badiknya ke tubuh Nasir, namun Nasir dengan cepat menghindar dengan mendekat ke arah pelaku. Ia memeluk pelaku sekuat mungkin.
Karena dipeluk dengan keras, pelaku mengalami kesulitan bergerak. Ia hanya mengayungkan senjata tajam yang ia pegang, sehingga mengenai lengan korban.
Insiden tersebut sementara ditangai Polresta Makassar Timur.(Rusdy Embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Langganan:
Postingan (Atom)