Jumat, 07 November 2008
Gudang Ilmu atau Gudang Senjata
Seorang pemuda mengenakan celana jeans memanggul tas punggung. Di tangannya tergenggam sebuah samurai. Dia berjalan di halaman kampus Universitas Muslim Indonesia Makassar. Di jalanan tergeletak seorang mahasiswa yang bersimbah darah akibat sabetan parang. Di bagian lain sejumlah mahasiswa berlari. Ada yang memegang pentungan dan anak panah. Mahasiswa UMI sedang mempertunjukkan sisi lain dari kehidupan mereka sebagai calon pemimpin.
Dua kelompok mahasiswa di UMI terlibat bentrok di kampus mereka, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (6/11) sore. Bentrokan melibatkan mahasiswa fakultas teknik dengan mahasiswa yang tergabung di unit kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UMI menyebabkan tiga mahasiswa terluka. Satu di antaranya dalam keadaan kritis.
Dua mahasiswa lainnya juga menderita luka akibat bentrokan tersebut dan dilarikan RS Ibnu Sina. Namun luka keduanya tak separah Fajrin. Polisi masih menyelidiki kasus tersebut.
Parade kekerasan yang diperlihatkan mahasiswa itu membuat banyak orang miris. Betapa tidak, kampus yang sejatinya menjadi tempat menimba ilmu justru dijadikan basis untuk mengembangkan kekerasan.
Indikasi kekerasan terlihat pada ditemukannya sejumlah senjata tajam dan senjata rakitan di tangan mahasiswa yang terlibat bentrok. Tak salah jika muncul anggapan sejumlah oknum mahasiswa menjadikan kampusnya sebagai gudang senjata.
Berita tentang aksi saling serang mahasiswa di Makassar sudah tidak mengagetkan lagi. Saking seringnya terjadi bentrokan antarmahasiswa di Makassar mahasiswa lain kadang malu mengaku sebagai mahasiswa.
Bentrokan yang pecah Kamis siang itu menambah panjang daftar hitam dunia kemahasiswaan di Makassar. Padahal, harus diakui masih banyak mahasiswa lain yang berprestasi dan berpeluang menjadi pemimpim bangsa.
Kekerasan ini harus dihentikan. Apapun caranya agar Makassar tidak menjadi Kota Menakutkan bagi pendatang.
Tidak terlalu rumit mengurai benang kusut kegemaran mahasiswa Makassar tawuran. Hanya butuh keseriusan dan sikap tegas. Jangan sungkan memecat mereka. Tidak perlu ada diskusi untuk membahas siapa yang memulai.(Rusdy Embas)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar