Dalam bulan Ramadan ini seharusnya kita lebih banyak berprasangka baik agar setiap tindak tanduk kita tetap bernilai ibadah Ramadan. Hanya saja kadang banyak hal yang membuat kita lupa dan cenderung tergiring ke arah yang kurang baik.
Penggerebekan tersangka teroris oleh aparat di Solo misalnya. Aksi petugas dalam mengamankan negeri patut diberi respon positif karena negeri ini aman maka rakyat akan tenang melakukan aktivitasnya.
Tetapi seperti biasa, media massa lebih banyak memberitakan isu yang lebih hangat dan menyentuh langsung aspek humanisnya. Dalam penggerebekan hampir selalu membawa korban jiwa. Dan itu pun terjadi di Solo.
Pilihan media massa untuk memberi ruang yang lebih luas untuk isu yang lebih baru tentu tak bisa disalahkan karena nilai jualnya memang sangat besar. Apalagi rasa ingin publik terhadap perkembangan yang terjadi juga sangat besar.
Tetapi tak salah rasanya jika kita berharap isu yang tak kalah besarnya tidak diabaikan begitu saja. Artinya, selain isu teroris, isu lain yang tak kalah berbahayanya buat rakyat juga tetap mendapat tempat.
Salah satu contohnya adalah pemeriksaan dua pimpinan KPK. Saat ini perhatian publik tertuju pada penyelesaian kasus yang banyak orang menyebutnya sebagai kriminalisasi KPK. Banyak yang menunggu ending dari penetapan status tersangka bagi dua petinggi KPK tersebut.
Bagi banyak orang teroris dan koruptor sama berbahayanya. Karena sama-sama akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan negeri ini. Teroris dan koruptor rasanya sama saja. Mereka selalu mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompok.
Sebagai rakyat kebanyakan kita hanya bisa berharap polisi bisa menyelesaikan semuanya secara baik dan tidak menyisakan kecurigaan yang selama ini banyak melingkari jajaran pengayom masyarakat ini.
Koruptor sesungguhnya adalah The Real Terorist dan KPK tetap dibutuhkan untuk mengurusi mereka. Apalagi KPK terbukti sudah menyeret banyak perusak bangsa ini ke bui.(rusdy embas)
Rabu, 16 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar