Senin, 27 Oktober 2008

Listrik Padam, PLN Ingin Naikkan Tarif



Niat manajemen PLN menaikkan tarif listrik membuat kesal banyak orang. Bagaimana tidak, saat kualitas pelayanan turun drastis dengan melakukan pemadaman bergilir, perusahaan yang memonopoli pelayanan listrik di Indonesia itu justru ingin menaikkan tarif dasar listrik sebesar 30 persen.
Rencana tersebut dikemukakan Dirut PLN Fahmi Mochtar. Alasannya, ingin menghapus subsidi subsidi listrik pada 2010. Kenaikan tersebut akan diterapkan tahun 2010 mendatang.
Menurut Fahmi, tarif listrik di Indonesia merupakan yang termurah di ASEAN, hanya sekitar 7 sen dolar AS per kWh. Sementara di Malaysia sekitar 10 sen dolar AS per kWh.
Bahkan Singapura lebih dari 20 sen dolar per kWh.
Penghapusan subsidi listrik di 2010 memungkinkan karena dengan adanya program 10 ribu megawatt (MW) maka PLN bisa menurunkan biaya pokok penyedian (BPP). Dengan begitu, BPP yang merupakan harga keekonomian listrik bisa makin mendekati tarif dasar listrik yang ada.
Di Makassar, PLN tidak bisa menghindari pemadaman bergilir yang berlangsung sepekan terakhir. Bahkan GM PLN Sulselbar Arifuddin belum berani menjamin pemadaman bergilir akan berakhir dan hanya pasrah dengan krisis kelistrikan yang terjadi saat ini.
Pasokan listrik di Sulsel juga tergantung pasokan air di PLTA Bakaru maupun kondisi sejumlah pembangkit listrik. Kelistrikan Sulsel dua sampai tiga minggu lalu mengalami defisit pasokan daya hingga 40-80 MW. Ramadan lalu terjadi kenaikan beban berkisar 350-400 MW di siang hari dan 440-480 MW pada beban puncak di malam hari.
Saat ini, beban puncak di siang hari melonjak tajam mencapai 400 MW di siang hari dan mencapai 520 MW di malam hari.
Dalam kondisi normal daya mampu PT PLN Sulselrabar hanya 440 MW yang di pasok dari PLTA Bakaru (126 MW), PLTD Suppa (61 MW), PLTG Sengkang (138 MW), PLTU Tello (55 MW), PLTD Sewatama (15 MW), dan sejumlah PLTD kecil (26 MW).
Namun, pasokan tersebut semakin berkurang dengan gangguan sampai kerusakan para pada mesin pembangkit di Tallo yang didominasi mesin-mesin tua serta berkurangnya debit air PLTA Bakaru berkisar 20,7 M3 sehingga tulang punggung kelistrikan di Sulsel ini hanya bisa memproduksi 2x40 MW dari daya mampu mencapai 2x63 MW.
"Kalau pemadaman akhir-akhir ini intensitasnya berkurang itu karena debit air di Bakaru sudah membaik. Dua hari terakhir inflow air di Bakaru sudah mencapai 85-140 M3. Tetapi kita tidak jamin jika inflow Bakaru menurun karena kita sangat bergantung inflow air. Beban mal, hotel, dan industri, juga mau keluar saat beban puncak," tambahnya.
Menurutnya meski PLTA Bakaru sudah beroperasi sesuai daya mampu, namun, sistem kelistrikan di Sulsel tetap kekurangan 30 MW akibat kerusakan permanen mesin di PLTD Tallo.
Untuk mengatasi krisis listrik di Sulsel tersebut PT PLN mengaku sudah mengirim mesin di PLTD Tello yang mengalami kerusakan permanen di PLN wilayah Sumbangsel untuk melakukan penggantian.
Selain itu, diharapkan PLTG Sengkang milik swasta sudah beroperasi pertengahan November dan bisa menambah ketahanan daya kelistrikan mencapai 60 MW.
Agustus 2009 mendatang, dijadwalkan pembangkit milik swasta ini kembali akan memasok 60 MW di sistem kelistrikan Sulsel. PT PLN juga sudah menandatangani kontrak sewa mesin dari Cina yang bisa menghasilkan 70 MW.
Mesin berbahan bakar MFO ini akan ditempatkan di PLTD Tello.
PT PLN wilayah Sulteng juga akan membangun PLTA Poso yang menghasilkan 145 MW yang diharapkan sampai ke Palopo dan masuk terinterkoneksi dengan Sulsel.
Namun, PLTA ini baru dijadwalkan rampung tahun 2011 mendatang.
Selain membangun pembangkin non BBM untuk jangka panjang, PLN juga menyiapkan program jangka pendek untuk mengatasi krisis listrik di Sulsel.
Program itu antara lain mengampanyekan hemat listrik, mencoba melakukan pemadaman sebagian baliho maupun bilboard yang terang benderang.
Juga menghentikan penggunaan listrik yang tidak benar seperti penertiban lampu jalan ilegal, pencurian listrik, sampai penyambungan ilegal. Data PT PLN menyebutkan sekitar 0,5 persen pelanggan melakukan praktek-praktek ilegal.
Saat ini jumlah pelanggan listrik di Sulselselrabar mencapai 1,4 juta pelanggan dan 1,1 juta di antaranya berada di Sulsel.
Meski sedang dilanda krisis listrik, PT PLN mencatat terjadi peningkatan pertumbuhan pemakaian listrik dan pelanggan baru berkisar tujuh persen per tahun.
"Memang ada pertumbuhan pelanggan kita tidak bisa serta merta menutup pintu untuk pelanggan baru. Peluang itu ada saja kita harus selektif, kalaupun ada industri yang mau pasang kita syaratkan beroperasi siang hari sedangkan malam hari menggunakan genset," jelas Arifuddin.
Ia mengaku meski akan mendapat pasokan sekitar 130 MW pada 2009 mendatang, tetapi itu bukan untuk ketahanan cadangan listrik di Sulsel.
"Meskipun akan masuk 70 MW tetapi kita usahakan tetap pas saja. Penyambungan baru tetap akan kita lakukan tetapi akan dilakukan selektif," tambahnya.
Arifuddin juga melansir sepanjang tahun ini pihaknya mengalami kerugian mencapai Rp 1,8 triliun.
Dengan asumsi pembelian bahan bakar di Tallo dalam kondisi normal 300-350 ton pihaknya sudah mengalami kerugian berkisar Rp 4,5 miliar.
Sejak Ramadan ditambah hingga 700 ton dengan harga pembelian berkisar Rp 12 miliar per hari.
Saat, ini 60 ribu pelanggan dengan kebutuhan mencapai 100 MW menunggu sambungan baru.(Rusdy Embas)


Tidak ada komentar: