Sebuah ketimpangan social kembali diberitakan Tribun hari ini (Jumat, 26/9). Anggota dewan yang katanya terhormat mendapat THR dari Pemerintah Provinsi Sulsel. Jumlahnya Rp 2,5 juta per orang.
Di bagian lain, Tribun menurunkan berita tentang sejumlah anak-anak dan orang tua yang sesungguhnya adalah orang-orang miskin mendatangi kantor gubernur untuk minta zakat seperti yang sering mereka terima tahun-tahun sebelumnya ketika Amin Syam menjadi gubernur.
Kedua berita tersebut menginformasikan tentang pemberian sesuatu menjelang hari raya Idul Fitri.
Bedanya, legislator Sulsel tidak perlu bersusah payah meminta sudah langsung mendapat jatah Rp 2,5 juta perorang, sementara di sisi lain, anak-anak dan orang tua tak mampu justru sudah repot-repot datang ke kantor gubernur tetapi tidak mendapat apa-apa. Bahkan diusir pulang oleh petugas pengamanan.
Kapokkah mereka diusir? Ternyata tidak. Mereka yang tinggalnya tidak jauh dari kantor gubernur ternyata datang lagi hari ini (Jumat, 26 September 2008) untuk “menagih” jatah mereka seperti yang selalu diperoleh tahun-tahun sebelumnya.
Rasanya, hati anggota dewan bukanlah terbuat dari besi karena mereka lahir bukan dari rahim sebuah batu. Bukankah lebih pantas anak-anak miskin dan janda-janda tua itu menerima THR dibandingkan anggota dewan yang selalu mengatasnamakan bicara untuk kepentingan rakyat?
Pemilu makin dekat, saatnya memilih orang yang pantas dipilih untuk benar-benar mewakili rakyat. Bukan mewakili parati.(Rusdy Embas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar