Jumat, 28 Agustus 2009
Gara-gara Petasan, Toko Mebel Terbakar
Sebuah toko mebel yang terletak di Jl Andi Tonro Sungguminasa (sekitar 2 kilometer dari perbatasan Makassar-Gowa) terbakar akibat petasan yang dimainkan anak-anak di sekitar tempat tersebut, Kamis (27/8).
Sebelum perisitwa, pemilik usaha, Ridwan Dg Nai (50), berulang kali anak-anak main petasan tetapi anak-anak tersebut tidak menghiraukan.
Petasan yang dimaini anak-anak jenis roket. Petasan inilah yang melahirkan percikan api.
Saat petasan itu diledakkan, percikan api masuk ke toko dan membakar plastik dan cepat menyebar.
Beruntung sejumlah warga yang berada di lokasi segara memberi pertolongan sehingga api bisa segera dikendalikan dan sempat menghangsukan seluruh isi toko. Sejumlah barang sempat terbakar seperti kursi dan meja.
Ini merupakan bagi orang tua untuk menasehati anak-anaknya agar tidak main petasan sembarang tempat.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Kamis, 27 Agustus 2009
Bupati Sidrap Sumbangkan Gajinya untuk Fakir Miskin
Janji kampanye Bupati Sidrap, Rusdi Masse, untuk tidak mengambil gajinya sebagai bupati dan akan diberikan kepada rakyat miskin akan ditunaikan di bulan suci Ramadan ini. Janji tersebut diungkapkan kembali Rusdi saat tarawih di Islamic Centre Pangkajene, Sidrap.
Tribun Timur, Jumat (28/8), memberitakan, gaji Bupati yang yang pengusaha ekspedisi laut itu telah terkumpul sebanyak Rp 67 juta. Uang tersebut akan disumbangkan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin pada bulan Ramadan ini.
Selain akumulasi gajinya selama beberapa bulan, secara pribadi, Rusdi juga telah menyiapkan Rp 30 juta yang selama bulan puasa akan disumbangkan sebesar Rp 1 juta setiap hari ke pengelola dan pengurus masjid.
Jika semua pemimpin di negeri ini mau menyisihkan sebagian gajinya (tidak usah seluruhnya) maka akan sangat terasa manfaatnya bagi rakyat kebanyakan. Tetapi berapa banyak pemimpin yang bisa berperilaku seperti itu? Hanya para pemimpinlah yang bisa menjawabnya.(rusdy embas) Selengkapnya...
Tribun Timur, Jumat (28/8), memberitakan, gaji Bupati yang yang pengusaha ekspedisi laut itu telah terkumpul sebanyak Rp 67 juta. Uang tersebut akan disumbangkan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin pada bulan Ramadan ini.
Selain akumulasi gajinya selama beberapa bulan, secara pribadi, Rusdi juga telah menyiapkan Rp 30 juta yang selama bulan puasa akan disumbangkan sebesar Rp 1 juta setiap hari ke pengelola dan pengurus masjid.
Jika semua pemimpin di negeri ini mau menyisihkan sebagian gajinya (tidak usah seluruhnya) maka akan sangat terasa manfaatnya bagi rakyat kebanyakan. Tetapi berapa banyak pemimpin yang bisa berperilaku seperti itu? Hanya para pemimpinlah yang bisa menjawabnya.(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
Bupati
Polisi Meninggal Saat Mengamankan Tarawih
Seorang polisi lalu lintas di Makassar tiba-tiba roboh di pos polisi saat bertugas mengamankan pelaksanaan salat tarawih di Masjid raya Makassar. Polisi berusia 43 tahun itu langsung dibawa ke RS Akademis untuk selanjutnay dibawa ke RS Bhayangkara. Namun Allah berkehendak lain, polisi bernama Mansur itu menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit tersebut.
Hingga saat ini, polisi belum menemukan penyebab kematian almarhum. Tetapi Kapolresta Makassar Barat AKBP Totok Triwibowo seperti dilansir Tribun Timur, Jumat (28/8), mengakui jika almarhum sebelumnya mengidap penyakit dalam.
Jenazah almarhum akan dibawa ke Sengkang, Kabupaten Wajo untuk dikebumikan.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Hingga saat ini, polisi belum menemukan penyebab kematian almarhum. Tetapi Kapolresta Makassar Barat AKBP Totok Triwibowo seperti dilansir Tribun Timur, Jumat (28/8), mengakui jika almarhum sebelumnya mengidap penyakit dalam.
Jenazah almarhum akan dibawa ke Sengkang, Kabupaten Wajo untuk dikebumikan.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
polisi
Rabu, 26 Agustus 2009
Jelang Akhiri Tugas Legislator Sulsel Studi Banding Lagi
Entah keinginan apa yang ada di benak para legisltaor ini. Tiga pekan jelang masa tugasnya berakhir sebagai anggota dewan mereka justru merencanakan lagi studi banding. Mungkin studi banding ini lebih tepat disebut sebagai jalan-jalan perpisahan menggunakan uang rakyat.
Hebatnya lagi, seolah tanpa beban panitia legislasi telah merekomendasikan membentuk pansus untuk menyiapkan sasaran studi para anggota dewan yang katanya terhormat itu.
Pansus direkomendasikan mempelajari daerah yang sudah menerapkan penggabungan dinas pendapatan, biro keuangan, dan biro perlengkapan.
Rekomendasi itu mengisyaratkan akan adanya kunjungan studi banding ke empat provinsi di Indonesia yang telah menerapkan kebijakan yang berasal dari PP 41. Walau akan melakukan studi banding, namun panleg tidak menjamin hasil kunjungan tersebut akan selesai sebelum masa jabatan mereka berakhir.
Ketua Panleg DPRD Sulsel Ramli Haba, seperti dilansir Tribun, Kamis (27/8), mengatakan, empat provinsi yang kemungkinan akan didatangi adalah Sumatera Barat, Kalimantan Timur (Kaltim), Banten, dan Jawa Barat.
"Kaltim dan Sumatera Barat adalah dua provinsi yang telah menerapkan PP 41, namun tidak menggabungkan ketiga lembaga tersebut. Sementara Banten dan Jawa Barat, juga telah menerapkan PP 41," jelas Ramli.
Rekomendasi pembentukan pansus, setelah sebelumnya berlangsung rapat panitia legislasi membahas perubahan Perda No 8 mengenai penjabaran PP 41. Dalam rapat itu, masing-masing pihak, baik eksekutif maupun legislatif, tidak menemui keputusan yang memuaskan sehingga panleg memutuskan merekomendasikan pembentukan panitia khusus.
Ide studi banding itu mengemuka sehari setelah legislator menerima Laporan Pertanggungjawaban (LPj) Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Wakilnya Agus Arifin Nu'mang dalam Rapat Paripurna DPRD Sulsel, Selasa (25/8).
Sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengaku kecewa atas sikap anggota DPRD Sulsel yang secara berjamaah menerima LPj Syahrul-Agus karena diduga mengandung kejanggalan dan mendapat protes legislator yang dimotori politisi PDK dan PKS.
Tiga fraksi yang selama ini dikenal rajin mengoreksi laporan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Sulsel, Golkar, PDK, dan PKS, dalam pandangan akhirnya yang dibacakan oleh masing-masing juru bicaranya, menyatakan menerima LKPj tersebut.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Politik
Penerima Elpiji Gratis Dikenai Biaya
Program gratis yang digulirkan pemerintah untuk rakyat kadang tidak bisa jalan seperti harapan. Penyaluran elpiji 3 kilogram beserta satu unit kompor gas untuk mengkonversi pemakaian minyak tanah misalnya. Penerima bantuan ini justru dikenai biaya seperti terjadi di Kota Parepare, sekitar 150 kilometer dari Makassar.
Tribun Timur, Kamis (27/8) memberitakan, di beberapa tempat di Kota Parepare, warga penerima elpiji gratis 3 kg plus kompor itu dipungut biaya Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu. Tabung dan kompor tersebut didistribusikan melalui RT/RW masing-masing.
Informasi ini dibenarkan Kabag Humas Pemkot Parepare, Iwan Asaad, yang menyebut banyak laporan yang masuk ke pihaknya terkait pungutan tersebut. Ini bertentangan dengan penegasan pemerintah yang sedari awal menjelaskan pembagian kompor gas plus elpiji 3 kilogram itu tidak dikenakan biaya alias gratis.
Tetapi Ketua RT III-RW II Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Bacukiki Barat, Sugeng, punya alasan sendiri perihal kutipan biaya tersebut. Dia mengaku menarik pungutan sebesar Rp 5.000 kepada 23 warga penerima di lingkungannya sebagai pengganti biaya transportasi penyaluran tabung dan kompor ke rumah warga.
"Itu untuk biaya transportasi dan distribusi langsung ke rumah warga. Karena tiga kali barang itu berpindah, dari kantor kelurahan, ke RT-RW, dan langsung diantar ke rumah penerima," katanya.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak semua pengurus RT-RW yang memungut biaya sama sekali kepada warganya. Seperti di RW II Kelurahan Labukkang. Sebanyak 150 KK telah menerima kompor gas dan elpiji 3 kilogram tanpa dikenai pungutan.
Kalo sudah begini siapa lagi yang harus disalahkan??? Hanya pemerintah lah yang bisa menjawab dan mengaturnya.(rusdy embas) Selengkapnya...
Tribun Timur, Kamis (27/8) memberitakan, di beberapa tempat di Kota Parepare, warga penerima elpiji gratis 3 kg plus kompor itu dipungut biaya Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu. Tabung dan kompor tersebut didistribusikan melalui RT/RW masing-masing.
Informasi ini dibenarkan Kabag Humas Pemkot Parepare, Iwan Asaad, yang menyebut banyak laporan yang masuk ke pihaknya terkait pungutan tersebut. Ini bertentangan dengan penegasan pemerintah yang sedari awal menjelaskan pembagian kompor gas plus elpiji 3 kilogram itu tidak dikenakan biaya alias gratis.
Tetapi Ketua RT III-RW II Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Bacukiki Barat, Sugeng, punya alasan sendiri perihal kutipan biaya tersebut. Dia mengaku menarik pungutan sebesar Rp 5.000 kepada 23 warga penerima di lingkungannya sebagai pengganti biaya transportasi penyaluran tabung dan kompor ke rumah warga.
"Itu untuk biaya transportasi dan distribusi langsung ke rumah warga. Karena tiga kali barang itu berpindah, dari kantor kelurahan, ke RT-RW, dan langsung diantar ke rumah penerima," katanya.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak semua pengurus RT-RW yang memungut biaya sama sekali kepada warganya. Seperti di RW II Kelurahan Labukkang. Sebanyak 150 KK telah menerima kompor gas dan elpiji 3 kilogram tanpa dikenai pungutan.
Kalo sudah begini siapa lagi yang harus disalahkan??? Hanya pemerintah lah yang bisa menjawab dan mengaturnya.(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
pemerintah kota
Eks Galian Kabel di Makassar Rusak Jalanan
Kebiasaan buruk pekerja proyek di Makassar ini sudah bukan rahasia lagi. Liat saja, di sejumlah jalan. Setiap selesai galian untuk pemasangan kabel atau pipa bawah tanah maka yang dikorbankan adalah jalanan yang ujung-ujungnya adalah pengguna jalan.
Liat saja hasil pengerjaan penimbunan dan perbaikan jalan bekas penggalian kabel listrik di sepanjang Jl Kumala hingga Jl Veteran Selatan, Makassar. Begitu pula di Jl Abdul Kadir dan Jl Dg Tata, hingga Selasa (25/8) masih tampak buruk.
Kontraktor proyek tersebut memang sudah mengaspal bekas pengerjaan sepanjang sekitar tiga kilometer. Namun bekas galian kabel bawah tanah PT PLN yang dikerjakan sejak Mei lalu belum tertutup sempurna.
Bahkan masih terlihat meninggalkan lubang di sepanjang di kedua jalan tersebut, sehingga rawan menyebabkan kecelakaan, mulai ujung Jl Kumala sampai dekat Masjid Mamajang Jl Veteran Selatan.
Padahal, kondisi tersebut juga pernah dikeluhkan Wakil Wali Kota Makassar Supomo Guntur. Sampai-sampai, Supomo mengaku telah menegur kontraktor PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengerjakan penggalian untuk kabel bawah tanah.
"Kualitas perbaikan jalan untuk penimbunan pekerjaan galian kabel PLN jelek. Kami (pemkot) sangat keberatan dan mengimbau pemborong kembalikan kualitas jalan seperti semula tidak asal tutup saja," kata Supomo di Balai Kota Makassar, akhir Juli lalu.(axa)
Pengerjaan penggalian tersebut juga beberapa kali menyebabkan pecahnya pipa milik PDAM.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Liat saja hasil pengerjaan penimbunan dan perbaikan jalan bekas penggalian kabel listrik di sepanjang Jl Kumala hingga Jl Veteran Selatan, Makassar. Begitu pula di Jl Abdul Kadir dan Jl Dg Tata, hingga Selasa (25/8) masih tampak buruk.
Kontraktor proyek tersebut memang sudah mengaspal bekas pengerjaan sepanjang sekitar tiga kilometer. Namun bekas galian kabel bawah tanah PT PLN yang dikerjakan sejak Mei lalu belum tertutup sempurna.
Bahkan masih terlihat meninggalkan lubang di sepanjang di kedua jalan tersebut, sehingga rawan menyebabkan kecelakaan, mulai ujung Jl Kumala sampai dekat Masjid Mamajang Jl Veteran Selatan.
Padahal, kondisi tersebut juga pernah dikeluhkan Wakil Wali Kota Makassar Supomo Guntur. Sampai-sampai, Supomo mengaku telah menegur kontraktor PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengerjakan penggalian untuk kabel bawah tanah.
"Kualitas perbaikan jalan untuk penimbunan pekerjaan galian kabel PLN jelek. Kami (pemkot) sangat keberatan dan mengimbau pemborong kembalikan kualitas jalan seperti semula tidak asal tutup saja," kata Supomo di Balai Kota Makassar, akhir Juli lalu.(axa)
Pengerjaan penggalian tersebut juga beberapa kali menyebabkan pecahnya pipa milik PDAM.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Selasa, 25 Agustus 2009
Astagfirullah, Gadis 7 Tahun Dicabuli
Gara-gara iseng mencium anak gadis usia tujuh tahun, seorang warga Jl Tamalate Kecamatan Rappocini Makassar, dilapor ke Polresta Makassa Timur. Pria berusia 34 tahun tersebut melakukan pencabulan di kantor kelurahan. Padahal, bulan Ramadan ini seharusnya menjadi ajang untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.
Peristiwa ini terungkap saat korban pulang ke rumahnya sambil menangis sekitar pukul 18.00 wita. Melihat ketidak biasaan itu, NA dicecer pertanyaan oleh keluarganya.
Dari mulut NA, mengalir sebuah cerita kalau ia, baru saja diciumi dan digerayangi tersangka di kamar mandi Kantor Kelurahan Kassi-kassi.
Korban menceritakan peristiwa itu terjadi saat NA bersama empat rekannya sedang bermain di sebuah lapangan yang tak jauh dari kantor kelurahan tersebut .
Usai bermain, kelima gadis kecil tersebut bermaksud pulang, hanya saja NA dipanggil tersangka yang juga penjaga kantor tersebut, dengan alasan ingin diberi hadiah.
NA yang masih terbilang polos ini, tanpa ragupun mendatangi ajakan tersebut, NA kemudian dibawa ke kamar mandi, dan saat itulah "dikerjai". Sementara empat pulang.
Selain itu, usai melaksanakan keinginannya, mengatakan agar korban keesokan harinya datang lagi, namun dengan satu syarat kejadian itu tidak disampaikan kepada siapapun.
Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Makassar Timur, Unit A Ipda Iman Teguh yang konfirmasi seperti dimuat Tribun Timur, Rabu (26/8), mengatakan bahwa laporan kerabat korban sudah diterima dan sudah diserahkan di ke Unit Reskrim.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Senin, 24 Agustus 2009
Ratusan PNS Pemkot Makassar Telat Ngantor
Inilah perilaku sebagian besar pegawai negeri di negeri ini. Hari pertama kerja bulan Ramadan tahun ini, ratusan PNS di lingkup Pemerintah Kota Makassar disebutkan telat ngantor. Palayanan macam apa yang diharapkan dari mereka?
Dari sekitar 800 pegawai di lingkup sekretariat pemkot, hanya sekitar 638 PNS yang terdata melakukan absensi pagi dengan menggunakan scan sidik jari.
Mereka yang tidak hadir kerja di awal puasa ini disebutkan sudah mengantongi izin. "Yang tidak hadir dilaporkan ada izin. Sakit, tugas belajar, cuti, maupun umrah," kata Petugas Scan Kantor Arsip dan Perpustakaan Pemkot Makassar Arsyad di balai kota, kemarin.
Sekretaris Kota (Sekkot) Makassar Anis Zakaria Kama mengaku berdasarkan pemantauan tingkat kehadiran pegawai di hari pertama bulan Ramadan masih baik. "Untuk pimpinan SKPD maupun kepala bagian tadi pagi (kemarin) langsung mengikuti paripurna di DPRD," kata Pelaksana Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Makassar ini.
Anis mengimbau seluruh pegawai untuk memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat. Bukan menjadikan bulan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan.
Kepala Bidang Penegakan Kinerja dan Kesejahteraan Aparatur Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Apriady yang ditemui terpisah mengaku di hari pertama kemarin masih banyak pegawai yang telat ngantor.
"Sudah toleransi sekitar setengah jam. Tetapi memang awal Ramadan ada penyesuaian fisik," jelas pria yang disebut-sebut akan bersaing dalam Pilkada Selayar ini.
Namun, ia memastikan seperti tahun-tahun sebelumnya produktivitas pegawai bisa lebih meningkat di bulan puasa karena mereka terfokus melakukan pekerjaan. Berdasarkan pantauan Tribun, kemarin siang sampai petang, kondisi balai kota tampak lengang.(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
pemerintah kota
Polisi Ringkus Jaringan Penipu SPG
Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Barat menangkap Gerrard Gustaf, warga Jl Tanjung Bira, Kecamatan Mariso, Makassar, Senin (24/8). Pria berusia 33 tahun ini dicurigai sebagai jaringan pemasok wanita jelita, sales promotion girl (SPG) yang akan dipasok ke perusahaan dan jasa pengguna. Gerrad diduga menipu sejumlah perempuan jelita asal Sulsel dan sekitarnya.
Polisi masih terus melakukan penyidikdan dan pengembangan terhadap kasus yang terjadi satu bulan lalu. Selain tersangka, polisi juga menahan sejumlah barang bukti, yaitu empat buah posel, satu diantaranya adalah BlackBerry.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Barat Ajun Komisiaris Polisi Agung Kanigoro seperti dilansir Tribun Timut, Selasa (25/8). Menurut Agung, modus yang digunakan tersangka cukup unik, pasalnya ia mendatangi sejumlah warung kopi kemudian mendekati calon korban dan menjanjikan sebuah pekerjaan.
Beberapa korban yang memang tidak memiliki pekerjaan, langsung tertarik, kemudian memberikan nomor ponselnya, hal tersebut terus dilakukan oleh tersangka hingga jumlah korban berjumlah puluhan orang.
Setelah terkumpul tersangka kemudian menghubungi para korban, dan memberikan tiga lembar kertas yang berisi sejumlah pertanyaan.
Hanya saja sebelum menjawab, para korban terlebih dahulu disuruh mengumpulkan ponsel mereka dengan alasan, agar mereka konsentrasi mengerjakan soal tersebut.
Waktu inilah yang digunakan tersangka untuk melarikan diri, saat para korban sedang asyik mengerjakan soal yang disodorkan.
Tersangka yang sudah menjadi target operasi, tidak bisa lagi melarikan diri saat aparat kepolisian menjemputnya ditempat persembunyian tersangka di Jl Tidung Lama, Kecamatan Panakukang, Senin (24/8) dini hari.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Polisi masih terus melakukan penyidikdan dan pengembangan terhadap kasus yang terjadi satu bulan lalu. Selain tersangka, polisi juga menahan sejumlah barang bukti, yaitu empat buah posel, satu diantaranya adalah BlackBerry.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Makassar Barat Ajun Komisiaris Polisi Agung Kanigoro seperti dilansir Tribun Timut, Selasa (25/8). Menurut Agung, modus yang digunakan tersangka cukup unik, pasalnya ia mendatangi sejumlah warung kopi kemudian mendekati calon korban dan menjanjikan sebuah pekerjaan.
Beberapa korban yang memang tidak memiliki pekerjaan, langsung tertarik, kemudian memberikan nomor ponselnya, hal tersebut terus dilakukan oleh tersangka hingga jumlah korban berjumlah puluhan orang.
Setelah terkumpul tersangka kemudian menghubungi para korban, dan memberikan tiga lembar kertas yang berisi sejumlah pertanyaan.
Hanya saja sebelum menjawab, para korban terlebih dahulu disuruh mengumpulkan ponsel mereka dengan alasan, agar mereka konsentrasi mengerjakan soal tersebut.
Waktu inilah yang digunakan tersangka untuk melarikan diri, saat para korban sedang asyik mengerjakan soal yang disodorkan.
Tersangka yang sudah menjadi target operasi, tidak bisa lagi melarikan diri saat aparat kepolisian menjemputnya ditempat persembunyian tersangka di Jl Tidung Lama, Kecamatan Panakukang, Senin (24/8) dini hari.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
polisi
Sentuh Mobil, Anak 6 Tahun Ditampar
Bulan Ramadan harusnya membuat seseorang lebih mudah mengontrol emosinya. Apalagi terhadap anak kecil. Tetapi lain halnya dengan yang dialami bocah enam tahun. Gara-gara menyentuh mobil tetangganya yang diparkir di depan rumah dia kena bogem mentah. Nauzubillah ....
Seorang pria berusia 35 tahun, warga Jl Adipura Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Makassar, tak kuasa menahan emosi saat mobilnya yang diparkir di depan rumahnya disentuh oleh bocah berusia enam tahun bernama Akhsan.
Mengetahui anaknya diperlakukan tidak layak, ibu kandung Aksan, Sri Kurnia, keberatan dan melaporkan perlakuan pria berkumis tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Markas Kepolisian Resort Kota (Mapolresta) Makassar Timur di Jl AP Pattarani, Makassar.
"Saya kasihan Pak, setelah ditempeleng Pak Kumis, Akhsan sakit," katanya di hadapan aparat SPK Mapolresta Makassar Timur, seperti dilansir Tribun, Senin (24/8).
Dalam laporannya, Sri yang juga bertetangga dengan tersangka, tidak menerima perbuatan tersangka, yang telah semena-mena menganiaya anaknya. "Masak mobilnya hanya disentuh pak, tapi anak saya ditempeleng. Kami juga sudah pertimbangkan ekses masalah ini," katanya.
Sri menambahkan, peristiwa tersebut terjadi Rabu (19/8), namun memilih melaporkan hal tersebut ke polisi karena mengaku sudah mempertimbangkanya dengan baik..(rusdy embas) Selengkapnya...
Seorang pria berusia 35 tahun, warga Jl Adipura Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Makassar, tak kuasa menahan emosi saat mobilnya yang diparkir di depan rumahnya disentuh oleh bocah berusia enam tahun bernama Akhsan.
Mengetahui anaknya diperlakukan tidak layak, ibu kandung Aksan, Sri Kurnia, keberatan dan melaporkan perlakuan pria berkumis tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Markas Kepolisian Resort Kota (Mapolresta) Makassar Timur di Jl AP Pattarani, Makassar.
"Saya kasihan Pak, setelah ditempeleng Pak Kumis, Akhsan sakit," katanya di hadapan aparat SPK Mapolresta Makassar Timur, seperti dilansir Tribun, Senin (24/8).
Dalam laporannya, Sri yang juga bertetangga dengan tersangka, tidak menerima perbuatan tersangka, yang telah semena-mena menganiaya anaknya. "Masak mobilnya hanya disentuh pak, tapi anak saya ditempeleng. Kami juga sudah pertimbangkan ekses masalah ini," katanya.
Sri menambahkan, peristiwa tersebut terjadi Rabu (19/8), namun memilih melaporkan hal tersebut ke polisi karena mengaku sudah mempertimbangkanya dengan baik..(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Kamis, 20 Agustus 2009
Polisi “Cabul” Mulai Diadili
"Mau diabadikan dulu foto-fotomu." Begitu kata Ketua Majelis Hakim Andi Cakra, sebelum membuka sidang kasus Video Bugil Mahasiswi STIEM Bungaya, di Pengadilan Negeri (PN) Makassar. Ini baru proses. Yang sangat ditunggu-tunggu publik adalah akhir dari persidangan ini.
Ucapan itu langsung direspon wartawan yang bertugas di Pengadilan Negeri Makassar. Empat dari lima personel Patmor Polwiltabes Makassar, yang duduk sebagai terdakwa kasus pencabulan mahasiswi ini hanya terdiam. Mimik muka mereka datar.
Sidang perdana kasus ini dihadiri ratusan orang. Ruang sidang disesaki pengujung. Ada puluhan jurnalis yang meliput kasus yang terjadi Mei 2008 ini. Majelis hakim membuka untuk umum ini kasus ini. Andi Cakra, didampingi Sutoto Adi Saputra dan Jan Manopo.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Hariani A Gani membacakan berkas tuntutan. Berkas dibagi tiga bundel tuntutan. Sidang perdana ini mengagendakan pembacaan dakwaan lima terdakwa. (lihat Dakwaan Para Polisi Cabul). Kelimanya didampingi tiga penasihat hukum, Dadang, Djamil Misbach, dan Ali Jaya.
Saat mendengarkan dakwaan, dari rudang sidang terdengar komentar pengunjung. "Bbetul, betul kurang ajar," bisik seorang, saat mendengarkan kronologis kejadian. Reaksi mereka seragam, mengecam dengan menggeleng-gelengkan kepala, atau suara lirih "uhhh!"
Atas kasus pelecehan tersebut, kelima terdakwa dikenakan pasal berlapis dengan hukuman maksimal sembilan tahun penjara.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
polisi
Rabu, 19 Agustus 2009
Subhanallah... Bapak Hamili Anak Kandung
Entah hukuman yang layak diberikan kepada orang tua yang tega menodai darah dagingnya sendiri. Peristiwa nan tragis ini dialami seorang siswi kelas dua SMP di Kabupaten Tana Toraja. Sang ayah yang seharusnya menjaga anaknya justru berbalik menjadi iblis perusak masa depan anak kandungnya sendiri.
Akibat perbuatan ayahnya sendiri yang telah berusia 50 tahun, anak yang baru berusia 14 tahun ini harus menanggung malu. Dia mengandung akibat hubungan luar nikah dengan ayahnya sendiri.
Akibat perbuatan tak senonoh terhadap anaknya sendiri, sang ayah berinisial LR kini mendekam di sel tahanan Mapolres Tana Toraja. Kasusnya sementara ditangani tangani Polres Tana Toraja.
Kepada penyidik seperti dilansir Tribun Timur (Kamis, 20/8), LR mengaku pertama kali memperkosa anak semata wayangnya, pertengahan Februari 2009. Saat itu, dia hanya berdua dengan sang anak karena istrinya masih di kebun.
LR mengawali aksi bejatnya dengan merayu si anak dan berjanji akan memperlakukannya melebihi perlakuan terhadap ibunya. Dengan sedikit paksaan, sekitar pukul 13.00 wita, LR berhasil menodai anaknya.
Perbuatan itu ternyata membuat LR ketagihan dan mengulangi perbuatan bejatnya itu berkali-kali. Tidak hanya di rumah, LR kadang menggauli anaknya di kebun. LR mengaku terakhir menggauli anaknya awal Agustus 2009 lalu.
Saat itu, LR hanya berdua dengan anaknya di rumah karena sang istri ke Sorowako, Luwu Timur menghadiri resepsi pernikahan salah satu keluarganya.(rusdy embas) Selengkapnya...
Akibat perbuatan ayahnya sendiri yang telah berusia 50 tahun, anak yang baru berusia 14 tahun ini harus menanggung malu. Dia mengandung akibat hubungan luar nikah dengan ayahnya sendiri.
Akibat perbuatan tak senonoh terhadap anaknya sendiri, sang ayah berinisial LR kini mendekam di sel tahanan Mapolres Tana Toraja. Kasusnya sementara ditangani tangani Polres Tana Toraja.
Kepada penyidik seperti dilansir Tribun Timur (Kamis, 20/8), LR mengaku pertama kali memperkosa anak semata wayangnya, pertengahan Februari 2009. Saat itu, dia hanya berdua dengan sang anak karena istrinya masih di kebun.
LR mengawali aksi bejatnya dengan merayu si anak dan berjanji akan memperlakukannya melebihi perlakuan terhadap ibunya. Dengan sedikit paksaan, sekitar pukul 13.00 wita, LR berhasil menodai anaknya.
Perbuatan itu ternyata membuat LR ketagihan dan mengulangi perbuatan bejatnya itu berkali-kali. Tidak hanya di rumah, LR kadang menggauli anaknya di kebun. LR mengaku terakhir menggauli anaknya awal Agustus 2009 lalu.
Saat itu, LR hanya berdua dengan anaknya di rumah karena sang istri ke Sorowako, Luwu Timur menghadiri resepsi pernikahan salah satu keluarganya.(rusdy embas) Selengkapnya...
Selasa, 18 Agustus 2009
Empat Tewas di Pantai Barombong
Pantai Barombong, sekitar 10 kilometer dari Pantai Losari Makassar makan korban lagi. Empat pengunjung masing-masing Solihin Sagita (17), M Sadiqin Amir alias Dewa (13), Akbar (17) dan Rifki (13), terbawa arus dan tenggelam saat sedang bermain air di pantai tersebut, Senin (17/8), sekitar pukul 17.00 wita.
Akbar ditemukan sekitar pukul 18.00 wita. Sedangkan Dewa sekitar pukul 19.30 wita. Keduanya sudah tewas saat ditemukan tim SAR Maritim yang melakukan pencarian. Lokasi penemuan kedua korban tidak jauh dari lokasi mereka tenggelam.
Sedangkan Solihin dan Rifki, hingga pukul 23.30 wita, tadi malam, belum berhasil ditemukan baru ditemukan hari ini. Solihin adalah siswa SMK Pelayaran Barombong tingkat IV. Puluhan rekan Solihin di SMK Pelayaran Barombong ikut melakukan pencarian bersama-sama tim SAR.
Keterangan dari sejumlah saksi mata, keempat remaja ini tenggelam setelah berusaha saling menolong saat seseorang dari mereka tenggelam dan meminta pertolongan. Namun, belum diperoleh informasi siapa yang lebih dulu tenggelam. Kapolsek Tamalate, AKP Suaib, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (18/8), mengatakan, pihaknya belum bisa memberi keterangan mengenai kronologis kejadian karena masih memintai keterangan sejumlah saksi.
Solihin dan Dewa adalah kakak beradik yang tinggal di Jalan Daeng Tata I, Kompleks Perumahan Tabaria Blok A24 Nomor 1. Solihin dan Dewa bertetangga dengan Akbar. Rumah mereka hanya dipisahkan tiga rumah. Sedangkan Rifki tinggal di blok lain namun di perumahan yang sama.
Keterangan dari adik Solihin, Sinta (15), mereka sekeluarga ke Barombong untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-15.
Rombongan berjumlah tiga mobil. Ayah dan ibu Sinta, Andi- Amiruddin-Farida, serta sejumlah keluarganya ikut serta ke Barombong. Selain keluarga, ada empat teman Solihin dan Dewa yang diajak ke Barombong. Yakni Akbar, Rifki, Wawan, dan Arfes.
Menurut Sinta, sebelum tenggelam, Solihin, Dewa, Akbar, Rifki, Wawan dan Arfes bermain-main air di tepi pantai. Namun, Sinta mengaku tidak melihat langsung saat kakak dan adiknya itu tenggelam karena dia dan keluarganya yang lain berada di rumah peristirahatan yang mereka sewa. Rumah ini, berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
"Saya tidak tahu persis kejadiannya. Yang saya tahu cuma mereka berenam mandi-mandi. Yang tahu itu Arfes dan Wawan," ujar Sinta.
Jenazah Akbar dipulangkan ke rumahnya sekitar 20.30 wita. Sedangkan mayat Dewa, hingga pukul 23.30 wita tadi malam, masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk divisum. Rencananya, jenazah Akbar akan dimakamkan di kampung orang tuanya, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Jeneponto, Selasa (18/8). Sedangkan jenazah Dewa dimakamkan di Makassar.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Akbar ditemukan sekitar pukul 18.00 wita. Sedangkan Dewa sekitar pukul 19.30 wita. Keduanya sudah tewas saat ditemukan tim SAR Maritim yang melakukan pencarian. Lokasi penemuan kedua korban tidak jauh dari lokasi mereka tenggelam.
Sedangkan Solihin dan Rifki, hingga pukul 23.30 wita, tadi malam, belum berhasil ditemukan baru ditemukan hari ini. Solihin adalah siswa SMK Pelayaran Barombong tingkat IV. Puluhan rekan Solihin di SMK Pelayaran Barombong ikut melakukan pencarian bersama-sama tim SAR.
Keterangan dari sejumlah saksi mata, keempat remaja ini tenggelam setelah berusaha saling menolong saat seseorang dari mereka tenggelam dan meminta pertolongan. Namun, belum diperoleh informasi siapa yang lebih dulu tenggelam. Kapolsek Tamalate, AKP Suaib, seperti dikutip Tribun Timur, Selasa (18/8), mengatakan, pihaknya belum bisa memberi keterangan mengenai kronologis kejadian karena masih memintai keterangan sejumlah saksi.
Solihin dan Dewa adalah kakak beradik yang tinggal di Jalan Daeng Tata I, Kompleks Perumahan Tabaria Blok A24 Nomor 1. Solihin dan Dewa bertetangga dengan Akbar. Rumah mereka hanya dipisahkan tiga rumah. Sedangkan Rifki tinggal di blok lain namun di perumahan yang sama.
Keterangan dari adik Solihin, Sinta (15), mereka sekeluarga ke Barombong untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-15.
Rombongan berjumlah tiga mobil. Ayah dan ibu Sinta, Andi- Amiruddin-Farida, serta sejumlah keluarganya ikut serta ke Barombong. Selain keluarga, ada empat teman Solihin dan Dewa yang diajak ke Barombong. Yakni Akbar, Rifki, Wawan, dan Arfes.
Menurut Sinta, sebelum tenggelam, Solihin, Dewa, Akbar, Rifki, Wawan dan Arfes bermain-main air di tepi pantai. Namun, Sinta mengaku tidak melihat langsung saat kakak dan adiknya itu tenggelam karena dia dan keluarganya yang lain berada di rumah peristirahatan yang mereka sewa. Rumah ini, berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
"Saya tidak tahu persis kejadiannya. Yang saya tahu cuma mereka berenam mandi-mandi. Yang tahu itu Arfes dan Wawan," ujar Sinta.
Jenazah Akbar dipulangkan ke rumahnya sekitar 20.30 wita. Sedangkan mayat Dewa, hingga pukul 23.30 wita tadi malam, masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk divisum. Rencananya, jenazah Akbar akan dimakamkan di kampung orang tuanya, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Jeneponto, Selasa (18/8). Sedangkan jenazah Dewa dimakamkan di Makassar.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Sabtu, 15 Agustus 2009
Guru di Makassar Pukul Siswa Hingga Terkapar
Ini salah satu perbuatan oknum guru yang tidak patut dicontoh. Bahkan wajib dijauhi agar pelesetan pepatah Guru Kencing Berdiri Murid Kencingi Guru tidak berlaku. Orang tua murid melaporkan guru olahraga SMA Negeri 12, Antang Makassar, ke Polresta Makassar Timur karena memukul siswanya.
Tribun Timur, Sabtu (15/8), memberitakan, guru tersebut memukul siswanya bernama Rahmat Saputra yang menyebabkan berambut cepak dan bertubuh tambun ini menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Mappoauddang Makassar.
Ibu korban, Hj Singgara (45), saat melapor ke Polresta Makassar Timur menyayangkan kelakuan oknum guru tersebut. "Saya juga guru, tapi kalau memberi hukuman, ya jangan sampai melukai anak didik," ujar wanita yang juga Kepala SD Negeri Borong Antang, Makassar tersebut.
Singara menceritakan, dia dikejutkan dengan sebuah pesan singkat di ponselnya yang mengabarkan bahwa anaknya sedang terkapar di sekolahnya.
Kontan Singgara kemudian menghubungi suaminya Briptu Rahman yang bertugas di Polresta Makassar Timur. Keduanya pun langsung meluncur ke sekolah anak pertamanya itu.
"Ternyata benar anak saya sudah terkapar dengan wajah pucat. Tak ingin ambil risiko, kami membawanya ke RS Bhayangkara ,"jelas Singara didampingi suaminya.
Informasi yang dihimpun dari lapangan mengungkapkan bahwa, ayah korban sempat marah di sekolah tersebut begitu mengetahui anaknya dipukul berulang kali oleh oknum guru tersebut.
Usai melaporkan tindakan oknum tersebut, Singara ditemani beberapa aparat dari Sentra Pelayanan Kepolisian Polresta Makassar Timur menjemput oknum guru itu di kediamannya di Jl Nipanipa, Makassar.
Sementara korban yang ditemui di RS Bahyangkara mengatakan dirinya tidak tahu menahu peyebab ia dipukul oleh gurunya. "Padahal saya sudah menuruti semua perintahnya," ujar Rahmat kepada sejumlah wartawan.
Rahmat juga menceritakan peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 09.30 wita. Dia disuruh lari-lari kecil berputar di lapangan sekolah tersebut sebanyak dua kali. "Begitu selesai lari perut saya dipukul, kemudian punggung saya, dan terakhir menendang pinggul saya,"ujarnya.
Hukuman
Secara terpisah Rahyuddin yang dikonfiramsi membenarkan adanya pemukulan tersebut. "Sebenarnya saya sama sekali tidak bermaksud menyakiti anak itu," ujarnya melalui telepon selularnya.
Menurut Rahyuddin peristiwa tersebut berawal saat ia memberikan pelajaran olahraga pada kelas tiga IPS 1, pelajaran sudah berlanjut beberapa puluh menit, Rahmat bersama temannya datang terlambat.
"Karena belum pemanasan kedua anak itupun kemudian saya suruh untuk lari-lari kecil berputar sebanyak dua kali, karena bermalas-malasan saat lari anak itupun saya hukum,"ujar Rahyuddin.
Rahyuddin juga membantah jika ia menendang pinggul anak tersebut. "Memang saya tendang tapi di bagian pantat, bukan di pinggul, " katanya membantah keterangan korban sebelumnya.
Singara yang selalu didampingi suaminya mengatakan dia siap berdamai dengan oknum guru tersebut, asalkan dia tidak mengulangi perbuatannya yang sudah mencoreng citra guru.
"Saya mau berdamai, asal oknum tersebut berjanji tidak mengulangi lagi perbuatannya, bukan cuma untuk anak saya tapi untuk siswa lainnya,"tegas Singgara.(rusdy embas)
Selengkapnya...
Label:
Pendidikan
Minggu, 09 Agustus 2009
Warga-Polisi Bentrok, Kapolres Terluka
Kalau polisi sebagai aparat keamanan bentrok dengan warga siapa yang harus menengahi? Tidak perlu menunggu jawaban. Lebih baca peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan berikut ini.
Ratusan warga dari 11 desa di Kecamatan Polombangkeng Utara (Polut), Takalar, sekitar 50-an kilometer arah selatan Makassar, Sulawesi Selatan, terlibat bentrok dengan polisi saat mereka (warga) berusaha menduduki lahan garapan PT Perkebunan Nasional (PTPN) XIV di Pabrik Gula Takalar, Minggu (9/8).
Versi warga, sekitar sembilan orang dilaporkan terkena tembakan polisi yang berusaha menghalau mereka. Dua warga, Jufri Daeng Tona (30) dan Haris Daeng Naba (25), hingga tadi malam masih menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Makassar, tadi malam.
Sementara lima polisi dilaporkan mengalami luka-luka terkena sabetan senjata tajam maupun lemparan batu, termasuk Kapolres Takalar AKBP Andi Asdi dan Kapolsek Polut, AKP Abd Malik.
"Kasusnya masih dalam penanganan. Laporan yang kami terima, polisi memang melepaskan tembakan peluru karet karena massa sudah anarkis dan menyerang petugas dengan senjata tajam," kata Kepala Bidang Humas Polda Suselbar, Kombes Polisi Hery Subiansari seperti dikutip Tribun Timur, Senin (10/8).
Sejumlah warga menuturkan, saat kejadian terdengar rentetan tembakan yang dilepaskan oleh polisi yang bertugas di kawasan tersebut.
Bentrokan ini adalah yang kesekian kalinya terkait sengketa lahan tebu antara warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan dengan pihak PTPN XIV melalui PG Takalar.
Kontributor Metro TV, Agus, juga menjadi korban pengeroyokan dalam insiden tersebut. Warga Gowa ini dikeroyok karyawan PG Takalar. Kameranya juga ikut dirusak.
Membakar
Bentrokan berawal sekitar pukul 09.00 wita. Ratusan orang tiba-tiba mendatangi lahan di petak A 28 Blok A2, Desa Pa'rappunganta, Polut. Saat itu, ada beberapa warga yang mulai membakar bibit tebu. Massa dipimpin oleh Haji Bani.
Perwira Polresta Takalar, Ipda Masdar, yang datang untuk menenangkan warga mendapat sebetan parang padan bagian telunjuk kanan yang dilakukan oleh Do'do Dg Gassing, warga Pakkawa, Kelurahan Mattoppodalle.
Suasana kemudian bisa dikendalikan. Namun suasana kembali memanas saat kapolres tiba di lokasi. Sekitar pukul 11.00, warga kembali merapat ke lokasi lahan dan mulai menyerang.
Kapolres saat itu sedangkan menenangkan warga agar tidak menghalangi karyawan karena mereka mengolah lahan yang sudah jadi milik pemerintah berdasarkan surat pembebasan yang dimiliki oleh PTPN XIV untuk digunakan sebagai hak guna usaha (HGU).
Kepada warga, mantan Kapolres Mamasa ini meminta diperlihatkan bukti kepemilikan lahan serta menunjukkan lahan dimaksu bila mereka belum mendapat ganti rugi.
"Kalau ada bukti hukumnya, saya siap memfasilitasi mempertemukan dengan kepemerintah. Semua harus taat pada hukum," kata kapolres saat itu.
Kapolres Dilempar
Tiba-tiba terjadi keributan. Kapolres yang sedang menyampaikan penjelasan terkena lemparan batu. Koordinator aksi, Bahrun Dg Situju, mencoba menenangkan warga agar tidak melempar.
Namun aksi massa sudah tidak terkendali. Aparat kepolisian dari Polres Takalar bersama pasukan brimob kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Warga tidak menggubris tembakan tersebut.
Warga bahkan merusaka tiga tameng brimob. Seorang anggota polisi, Bipda Amal, juga terkena lemparan warga pada bagian dada. Kanit Resintel Polsek Polut, Ipda Idrus, juga mengalami nasih serupa.
Kena Tembak
Kejadian ini juga mengakibatkan beberapa warga terkena tembakan petugas saat dibubarkan. Selain Jufri dan Haris, warga lainnya yang terkena tembakan adalah Baso Dg Nanring warga Desa Timbuseng, Dg Masso,Jamaluddin Dg Lebang, Massu Dg Manrung, dan Hamid Dg Mone.
Sebagian korban sudah diizinkan pulang setekah mendapat perawatan di RSU Takalar. Sementara sejumlah orang lainnya yang diduga sebagai pemicu diperiksa di Mapolres Takalar.
Mereka yang diamankan, di antaranya, Bani bersama tiga warga lainnya yang diduga sebagai penggerak massa. Selengkapnya...
Ratusan warga dari 11 desa di Kecamatan Polombangkeng Utara (Polut), Takalar, sekitar 50-an kilometer arah selatan Makassar, Sulawesi Selatan, terlibat bentrok dengan polisi saat mereka (warga) berusaha menduduki lahan garapan PT Perkebunan Nasional (PTPN) XIV di Pabrik Gula Takalar, Minggu (9/8).
Versi warga, sekitar sembilan orang dilaporkan terkena tembakan polisi yang berusaha menghalau mereka. Dua warga, Jufri Daeng Tona (30) dan Haris Daeng Naba (25), hingga tadi malam masih menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Makassar, tadi malam.
Sementara lima polisi dilaporkan mengalami luka-luka terkena sabetan senjata tajam maupun lemparan batu, termasuk Kapolres Takalar AKBP Andi Asdi dan Kapolsek Polut, AKP Abd Malik.
"Kasusnya masih dalam penanganan. Laporan yang kami terima, polisi memang melepaskan tembakan peluru karet karena massa sudah anarkis dan menyerang petugas dengan senjata tajam," kata Kepala Bidang Humas Polda Suselbar, Kombes Polisi Hery Subiansari seperti dikutip Tribun Timur, Senin (10/8).
Sejumlah warga menuturkan, saat kejadian terdengar rentetan tembakan yang dilepaskan oleh polisi yang bertugas di kawasan tersebut.
Bentrokan ini adalah yang kesekian kalinya terkait sengketa lahan tebu antara warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan dengan pihak PTPN XIV melalui PG Takalar.
Kontributor Metro TV, Agus, juga menjadi korban pengeroyokan dalam insiden tersebut. Warga Gowa ini dikeroyok karyawan PG Takalar. Kameranya juga ikut dirusak.
Membakar
Bentrokan berawal sekitar pukul 09.00 wita. Ratusan orang tiba-tiba mendatangi lahan di petak A 28 Blok A2, Desa Pa'rappunganta, Polut. Saat itu, ada beberapa warga yang mulai membakar bibit tebu. Massa dipimpin oleh Haji Bani.
Perwira Polresta Takalar, Ipda Masdar, yang datang untuk menenangkan warga mendapat sebetan parang padan bagian telunjuk kanan yang dilakukan oleh Do'do Dg Gassing, warga Pakkawa, Kelurahan Mattoppodalle.
Suasana kemudian bisa dikendalikan. Namun suasana kembali memanas saat kapolres tiba di lokasi. Sekitar pukul 11.00, warga kembali merapat ke lokasi lahan dan mulai menyerang.
Kapolres saat itu sedangkan menenangkan warga agar tidak menghalangi karyawan karena mereka mengolah lahan yang sudah jadi milik pemerintah berdasarkan surat pembebasan yang dimiliki oleh PTPN XIV untuk digunakan sebagai hak guna usaha (HGU).
Kepada warga, mantan Kapolres Mamasa ini meminta diperlihatkan bukti kepemilikan lahan serta menunjukkan lahan dimaksu bila mereka belum mendapat ganti rugi.
"Kalau ada bukti hukumnya, saya siap memfasilitasi mempertemukan dengan kepemerintah. Semua harus taat pada hukum," kata kapolres saat itu.
Kapolres Dilempar
Tiba-tiba terjadi keributan. Kapolres yang sedang menyampaikan penjelasan terkena lemparan batu. Koordinator aksi, Bahrun Dg Situju, mencoba menenangkan warga agar tidak melempar.
Namun aksi massa sudah tidak terkendali. Aparat kepolisian dari Polres Takalar bersama pasukan brimob kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Warga tidak menggubris tembakan tersebut.
Warga bahkan merusaka tiga tameng brimob. Seorang anggota polisi, Bipda Amal, juga terkena lemparan warga pada bagian dada. Kanit Resintel Polsek Polut, Ipda Idrus, juga mengalami nasih serupa.
Kena Tembak
Kejadian ini juga mengakibatkan beberapa warga terkena tembakan petugas saat dibubarkan. Selain Jufri dan Haris, warga lainnya yang terkena tembakan adalah Baso Dg Nanring warga Desa Timbuseng, Dg Masso,Jamaluddin Dg Lebang, Massu Dg Manrung, dan Hamid Dg Mone.
Sebagian korban sudah diizinkan pulang setekah mendapat perawatan di RSU Takalar. Sementara sejumlah orang lainnya yang diduga sebagai pemicu diperiksa di Mapolres Takalar.
Mereka yang diamankan, di antaranya, Bani bersama tiga warga lainnya yang diduga sebagai penggerak massa. Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Selasa, 04 Agustus 2009
Kecewa, Warga Tutup Jalan
Di era reformasi ini rakyat mendapat ruang gerak lebih besar untuk mengekspresikan keinginannya. So, penyelenggara negara atau mereka yang ditunjuk mengerjakan proyek yang dibiayai oleh negara harus hati-hati. Sebab kalau keseleo rakyat tidak jarang langsung bertindak seperti yang terjadi di salah satu desa di Sulawesi Selatan.
Sejumlah warga di Desa Salassae, Kecamatan Bulukumpa, Bulukumba (sekitar 170 kilometer arah selatan Makassar) menutup jalan sebagai bentuk protes karena pengerjaan jalan dinilai tidak berkualitas, dan merugikan warga.
"Penutupan ini dilakukan karena PT Harpiah Graha Perkasa dan PT Sabar Jaya Pratama hanya mengerjakan asal-asalan dan tidak berkualitas," kata Komite Pemuda Salassae, Sri Puswandi, seperti dikutip Tribun Timur, Rabu (5/8).
Menurut warga, sejak pengerjaan dimulai jalan tersebut sejauh 17 kilometer yang meliputi tiga desa yakni Salassae, Bonto Mangiring, dan Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang tidak ada taransparansi penggunaan anggaran dari pihak PT Harpiah Graha Perkasa dan PT Sabar Jaya Pratama.
Mereka juga menemukan kesalahan pada pengaspalan jenis laston tersebut yang tertuang dalam perencanaan pengerjaan sepanjang 17 kilometer. Namun yang dikerjakan hanya 11 kilometer.
Selain itu, pelaksana juga mengerjakan tidak sesuai aturan yang ada sebab ketebalan aspal hanya empat centimeter (cm) yang seharusnya enam cm. "Ini pelanggaran besar dan membohongi rakyat serta merugikan negara. Mereka harus membongkar ulang jalan ini," tegas Irfan.
Tidak Tahu
Kepala Bina Marga Bulukumba Syafrullah Arief mengaku tidak tahu menahu masalah tersebut. Ia mengaku baru mendengar informasi itu dan akan segera melakukan konfirmasi ke pihak penanggung jawab di lapangan.
"Saya baru tahu kalau ada yang seperti itu. Harus dicek kebenaran jika ada informasi yang seperti itu dan biasanya banyak info yang seperti itu perlu dipastikan dulu," katanya Syafrullah.(rusdy embas) Selengkapnya...
Label:
Peristiwa
Langganan:
Postingan (Atom)