Berita kenaikan harga elpiji dari Rp 63.000 menjadi Rp 69.000 per tabung ukuran 12 kilogram menambah beban sejumlah ibu rumah tangga, khususnya mereka pendapatan bulanannya sangat pas-pasan.
Betapa tidak, harga sejumlah kebutuhan pokok sudah naik lebih dulu. Kini menyusul harga gas yang naik. Padahal barang ini sangat tidak mungkin untuk tidak dibeli karena sudah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap rumah tangga.
Celakanya, harga jual di tingkat eceran jauh melampaui harga perolehan agen dari Pertamina sebagai produsen gas elpiji. Seorang ibu rumah tangga berkisah harus merogoh kocek Rp 90 ribu untuk mendapatkan satu tabung ukuran 12 kilogram. Sudah harganya naik, menghilang pula di pasaran.
Kenaikan harga elpiji itu seolah menjadi kado buat mereka yang sementara siap-siap menyambut bulan suci Ramadan yang akan segera dijelang di awal September 2008.
Wajar saja jika ibu-ibu rumah tangga mengeluh panjang akibat kenaikan tersebut, karena mereka meyakini harga barang kebutuhan lainnya akan ikut terkatrol sehingga besarnya pengeluaran rumah tangga akan meleset jauh dari rencana pengeluaran bulanan rutin mereka.
Tetapi itulah risiko menjadi rakyat kebanyakan yang hanya bisa menerima setiap keputusan tanpa bisa protes. Hanya mampu pasrah dan harus ikhlas menjalani hidup suka atau tidak suka.
Senin, 25 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar