Jumat, 27 Februari 2009

Bocah Dianggap Dukun

Salah satu berita yang diturunkan Tribun hari ini (Sabtu, 28 Maret) manarik perhatian saya. Seorang bocah disebut-sebut memiliki kemampuan untuk mengobati dengan menggunakan sebuah batu sebagai medium. Benarkah? Wallahu A’lam.
Sekitar 30-an warga asal Makassar dan deerah lainnya, Jumat (27/2) siang, rela berdesak-desakan di sebuah rumah di Jl Lembo Kecamatan Tallo, Makassar, demi mendapatkan pengobatan dari Randi Jaya Kusuma (13), yang oleh warga setempat disebut "dukun cilik".
Warga meyakini, siswa kelas I SMP Ahmad Yani, Makassar ini bisa mengobati segala jenis penyakit hanya dengan sebuah batu kali seukuran telur ayam kampung. Kelebihan lainnya, klaim Mukhtar, bapak Randi, keringat anaknya harum, laiknya parfum, yang juga jadi obat alternatif.
Erni, ibu Randi adalah pedagang kacamata dan minuman di sekitar Masjid Al Markaz, terlihat sibuk membantu pengobatan dengan pemijatan dengan olesan keringat Randi. Praktik dukun cilik ini tak dipungut bayaran.
Salah satu kamar tidur, menjadi ruang praktiknya. Ruangan seukuran pos satpam kebanyakan itu di dekat dapur rumah panggung yang terbuat dari kayu. Rumah ini, mulai ramai didatangi warga yang sebagian besar dari pinggiran kota, sejak Minggu (22/2) lalu. Orang tua dan kerabatnya, terpaksa menyiapkan nomor antrean. "Biar rapi, nanti seperti kasus dukun Ponari (di Jombang, Jawa Timur), ada yang mati," kata Mukhtar, yang sehari-harinya adalah tukang becak.
Sejak Kamis (26/2) lalu, Randi tak masuk sekolah, " Pihak guru sudah melakukan rapat terkait kejadian ini, kemungkinan orang tuanya akan kami panggil, " kata Nasruddin, pihak tata usaha SMP Ahmad Yani.
Kejadian ini juga mengingatkan warga sekitar akan kemampuan Sari Bulan, di Tabaringan, kecamatan Tallo, sekitar awal dekade 1980-an. Sari Bulan juga diyakini bisa menyembuhkan aneka penyakit, dengan air yang didapat saat gerhana matahari.(Rusdy Embas)

1 komentar:

Petrus Rampisela mengatakan...

Pak Rusdy Embas yth, kalau tidak salah bapak adalah pimpinan redaksi harian Tribun Timur dan saya pernah mengunjungi bapak di kantor Tribun Timur di Jln Cendrawasih. Mengenai Bocah yang dianggap dukun, sebenarnya yang namanya dukun itu tidak ada pak, semua bohong2an saja, namanya masyarakat kita sudah putus asa dengan kehidupan ini sehingga nyari sensasi dalam bentuk yang tidak nalar. Itulah kemalangan kita dan jelas2 kegagalan sistem pendidikan kita. Di saat orang semakin hari semakin nalar, kita malah jalan mundur. Gitu aja pak komentar saya, dan salam hormat. Petrus Rampisela.